Berita Nasional Terpercaya

Nitilaku Virtual Tahun Kembar

0

Yogyakarta, BERNAS.ID  – Sebagai bagian tak terpisahkan dari Universitas Gadjah Mada, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) telah menjadi bagian penting dari proses pematangan putra-putri terbaik Universitas Gadjah Mada untuk mengejawantahkan semangat perjuangan, kerakyatan, kebangsaan dan Pancasila yang berkebudayaan.  Nitilaku tahun 2020 akan diselenggarakan oleh Pengurus Pusat KAGAMA, sebagai salah satu bentuk peringatan Dies Natalis Universitas Gadjah Mada 2020, adalah bakti KAGAMA untuk almamater dan bangsa Indonesia, membagikan inspirasi dan spirit perjuangan dan pengabdian Universitas Gajdah Mada pada bangsa Indonesia dan kemanusiaan.  Nitilaku adalah pawai budaya dari Kraton Yogyakarta menuju Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada. Pawai ini diharapkan bisa menjadi peringatan dan simbolisasi perjalanan sejarah UGM yang berawal dari semangat perjuangan bangsa Indonesia yang awal kelahirannya bertempat di Kraton Yogyakarta sampai kemudian memulai perjalanannya di tempatnya berdiri sampai sekarang, di Bulaksumur.

Iqbal Tuwasikal, ketua panitia nitilaku mengatakan bahwa Mengingat tahun 2020 ini masih dalam masa pandemi covid-19, perlu penyesuaian bentuk dan teknis pelaksanaan Nitilaku yang berpegang pada protokol kesehatan. Oleh karena itu skenario pelaksanaan Nitilaku ini mengambil bentuk pelaksanaan secara daring (online). Pawai, pertunjukan seni budaya, dan keterlibatan peserta akan diselenggarakan secara virtual, baik melalui siaran langsung maupun bentuk interaksi daring yang lain melalui kanal media sosial.

Ganjar Pranowo Ketua Umum KAGAMA menyatakan bahwa kegiatan ini menghadirkan bentuk sinergi 5K yaitu Kampus (sebagai basis pengembangan ilmu-teori), Keraton, Kampung (sebagai basis pengembangan budaya-praksis), Komunitas dan Korporasi dalam kerangka ke-Bhinekaan Tunggal Ika-an dan keilmuwan kontekstual. Sinergi 5K itu akan hadir dalam bentuk kehadirannya sebagai elemen acara dan memperlihatkan perwakilan yang bisa menunjukkan relasi dan kontribusi masing-masing dalam mewujudkan spirit nilai- nilai Universitas Gadjah Mada; perjuangan, kebangsaan, Pancasila yang berkebudayaan.

Napak tilas boyongan Universitas Gadjah Mada dari Kraton menuju Bulaksumur dan menghadirkan menghadirkan representasi 5 K sebagai elemen-elemen acara tidak semata-mata bertujuan nostalgia peristiwa sejarah. Hal yang lebih penting dari itu adalah melihat kembali, merayakan, dan mengambil inspirasi dari sinergi 5 K sebagai modal sosial yang tangguh untuk menghadapi berbagai tantangan di masa kini dan masa depan, terutama tantangan menghadapi pandemi covid 19.

LATAR GAGASAN NITILAKU TAHUN KEMBAR
20 Mei 1949, masih dalam ketegangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman agresi militer Belanda, Panitia Perguruan Tinggi mengadakan rapat di Pendapa Kepatihan Yogyakarta. Rapat dipimpin oleh  Prof.  Dr.  Soetopo,  dengan  anggota rapat antara lain,  Sri  Sultan  Hamengku  Buwono   IX,  Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H.

Salah satu hasil rapat itu adalah kesanggupan Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito untuk mendirikan kembali perguruan tinggi di wilayah republik. Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersedia meminjamkan kraton dan beberapa gedung di sekitar kraton untuk ruang kuliah. Setelah itu persiapan lain dilakukan dan pada tanggal19  Desember  1949 Pemerintah Republik Indonesia secara resmi menyelenggarakan perguruan tinggi negeri bernama Universiteit Negeri Gadjah Mada, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM). Kegiatan belajar pada saat itu diselenggarakan di Pagelaran Kraton Yogyakarta.

Dukungan Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada Universitas Gadjah Mada tidak tanggung-tanggung. Beliau kemudian menghibahkan tanah seluas 183,36 hektar di Bulaksumur sebagai lokasi kampus.

Setelah proses pembangunan yang berlangsung dari 1950-1959 itu selesai, Universitas Gadjah Mada boyongan, pindah dari Pagelaran Kraton menuju Bulaksumur yang menjadi tempatnya hingga sekarang.

19 Desember 2020, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta akan berusia 71 tahun. Sejak kelahirannya di masa revolusi, keberadaannya sudah terbukti mampu menjawab tantangan untuk menjadi pionir di bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, Universitas Gadjah Mada juga mampu membuktikan dirinya sebagai perguruan tinggi yang memegang erat nilai perjuangan, kebangsaan, Pancasila, dan menjadi oase kebudayaan. Telah banyak pula alumninya yang telah mengabdi, membaktikan diri dan mengambil peran strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Tahun 2020 adalah tahun yang penuh tantangan. Hampir seluruh dunia, termasuk pula bangsa Indonesia, berjuang menghadapi pandemi Covid 19. Pandemi ini tidak hanya merenggut ratusan ribu jiwa, tetapi menghantam segala bidang kehidupan manusia; baik di bidang ekonomi, politik, bahkan kebudayaan. Sekali lagi, ketangguhan bangsa Indonesia diuji untuk bersatu dan bergotong royong mengatasi tantangan ini.

Dukungan serentak dari masyarakat itu terbentuk salah satunya oleh modal sosial yang berupa ikatan kebersamaan atas dasar kemanusiaan dan nilai-nilai kearifan lokal yang membentuk kepercayaan dan kemampuan untuk bekerja secara kolektif dan saling mendukung demi kepentingan bersama.

Universitas Gadjah Mada, sebagai institusi pendidikan telah menjadi salah satu ruang yang sangat efektif mengembangkan modal sosial. Selain sebagai ruang transfer dan mengolah pengetahuan, Universitas Gadjah Mada juga telah menjadi ruang pembelajaran nilai,  norma,  budaya, ataupun sikap-sikap bijaksana yang akhirnya membentuk modal sosial yan teguh dan kuat.

Universitas Gadjah Mada sendiri lahir dari gotong royong dan rasa tanggung jawab bersama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di masa krisis perang kemerdekaan. Pada proses  perkembangannya, dia tumbuh dengan memelihara kepekaan yang tinggi pada  berbagai persoalan bangsa  dengan ketulusan untuk hadir sebagai solusi. Tentu hal itu tidak dilakukan oleh semata-mata oleh civitas kampus Universitas Gadjah Mada. Modal sosial yang tumbuh itu telah membentuk sinergi kolektif dari berbagai elemen, baik yang berdasar pada semangat kebangsaan, semangat kemanusiaan, dan kesadaran sebagai bagian masyarakat global.

Di masa pandemi covid 19 ini, sinergi di atas telah menunjukkan kekuatannya secara nyata. Peneliti dari Universitas Gadjah Mada telah memberikan kontribusinya dengan rancangan ventilator sebagai alat kesehatan yang vital bagi orang yang membutuhkan, terutama saat ini untuk korban yang terpapar covid 19. Selain itu Universitas Gadjah Mada (UGM) secara resmi melakukan serah terima teknologi alat deteksi Covid-19 melalui embusan nafas yang diberi nama GeNose kepada Kemenristek. Banyak pula alumni dan aktivis mahasiswa yang kemudian bersinergi dengan masyarakat kampung dan korporasi untuk bahu-membahu melawan dampak pandemi di berbagai bidang, terutama bidang kesehatan, ketahanan ekonomi di sektor riil, ketahanan sosial, dan ketahanan budaya.

NITILAKU TAHUN KEMBAR akan mengambil bentuk daring, sebagai respon atas tantangan-tantangan yang hadir di tahun 2020. Bukan semata-mata menjadi peringatan dan nostalgia, tetapi menjadi satu titik untuk merayakan bakti KAGAMA pada UGM dan sinergi bersama, sekaligus menarik inspirasi dari nilai-nilai perjuangan yang diwariskan pendahulu untuk selalu teguh menghadapi berbagai tantangan di masa kini dan masa depan , demikian ditambahkan Rektor UGM, Prof. Panut mulyono.

Leave A Reply

Your email address will not be published.