Berita Nasional Terpercaya

Terapkan Model-model Pengajaran Berikut Demi Efektivitas Pembelajaran Daring

0

Bernas.id – Jadwal pembelajaran semester dua telah berlangsung mulai Senin (04/01/2021). Namun, pembelajaran tatap muka yang rencananya akan dilaksanakan pada Januari 2021 masih belum bisa direalisasikan. Hal ini mengingat bahwa adanya peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.

Di kota Malang, pembelajaran semester genap tetap dilaksanakan secara daring. Hal tersebut berdasarkan pada keputusan dari Wali Kota Malang, Sutiaji. ?Kondisi kota Malang saat ini belum memungkinkan untuk pembelajaran tatap muka. Kondisi ini akan dievaluasi lagi jika memungkinkan,? tambahnya.

Banyak orang tua yang mengeluh dengan adanya pembelajaran daring. Hal tersebut dikarenakan belum memahami teknik dan gaya pembelajaran anak. Terlebih lagi, dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih. Kendala utama dari pembelajaran Daring adalah mengenai sinyal. Para orang tua menginginkan adanya fasilitas dari pemerintah, seperti menyediakan spot WiFi dengan tempat duduk yang berjarak, sehingga pembelajaran dapat tetap berlangsung dengan baik dan lancar.

Di samping itu, pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik, jika pendidik memahami konsep pembelajaran dengan utuh. Pengajaran atau pembelajaran merupakan proses, cara, dan perbuatan mengajar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Sedangkan menurut UU Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran diartikan sebagai sebuah proses antara siswa dengan pendidik, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Dalam Cepy Riyana (2012: 3-5) dijelaskan bahwa pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut di antaranya, yaitu (1)Guru sebagai fasilitator harus memahami karakteristik dan sifat siswa secara utuh; (2)Metode pembelajaran yang digunakan harus berpusat pada kegiatan siswa; (3)Sarana dan prasarana yang memadai; (4)Tersedianya berbagai sumber belajar; dan (5)Media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga dapat mendorong minat siswa dalam belajar.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut untuk membuat sebuah desain pembelajaran. Dalam membuat sebuah desain pembelajaran, guru perlu memperhatikan model dan strategi pembelajaran yang cocok untuk menyampaikan setiap materi. Menurut Joyce dkk. dalam Shilpy A. Octavia (2020:12), model pembelajaran merupakan suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran, perencanaan kurikulum, bahkan perancangan bahan-bahan pembelajaran. Oleh karena itu, model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

Adapun macam-macam model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah sebagai berikut.

  1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Oleh karena itu, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan tugas melalui belajar berkelompok secara kooperatif. Selain itu, model pembelajaran ini juga melatih siswa untuk saling membantu dan berlatih beinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi. Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
  2. Model Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan tanya-jawab lisan yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa, sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman, dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Adapun indikator-indikator pembelajaran kontekstual, yaitu (1)modeling, pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh; (2)questioning, eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi; (3)learning community, seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan; (4)inquiry, identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan; (5)constructivism, membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis; (6)reflection, rangkuman dan tindak lanjut; dan (7)authentic assessment, penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktfitas siswa, penilaian portofolio, penilaian yang objektif dari berbagai aspek.
  3. Model Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah. Dalam upaya meningkatkan kualitas dalam pembelajaran, para ahli pembelajaran menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri, serta bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu salah satunya dalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
  4. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Model pembelajaran ini dapat diterapkan dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kondusif, kompak, serta tumbuh rasa kompetisi antarkelompok. Suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan, yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok, sehingga terjadi diskusi kelas.

Dengan memahami model-model pembelajaran tersebut, guru dapat mengondisikan kelas dengan efektif dan kondusif, meskipun pembelajaran dilaksanakan secara daring. (Rrw)

Leave A Reply

Your email address will not be published.