Berita Nasional Terpercaya

Nyepi: Memberi Waktu Jeda untuk Bumi

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Nyepi merupakan masa bagi umat Hindu khususnya di Indonesia untuk memberi waktu jeda bagi bumi. Nyepi adalah saat yang baik untuk memberikan jeda bagi ruang.

Hal itu disampaikan oleh tokoh muda Hindu, I Ketut Telik Satyawan dalam dialog yang digelar Institut DIAN/ Interfidei secara daring, Minggu (7/3/2021). Acara digelar untuk menyambut Nyepi yang jatuh pada 14 Maret 2021.

“Saya pribadi lebih suka menyebut Nyepi sebagai hari suci, karena tidak dibuat raya, meriah begitu. Cuma rangkaiannya memang perayaan,” kata Ketut.

Ia menjelaskan, Nyepi merupakan peringatan tahun baru Saka, yang asal perhitungannya dari India, berdasar perputaran bulan dan matahari. Tahun baru itu jatuh pada bulan kesepuluh (sasi kadasa) yang menurut penanggalan Masehi jatuh bulan Maret.

Tiga hari sebelum malam tahun baru menurut Ketut akan digelar Melasti yang maknanya adalah membuang kotoran atau ruwatan. Ini biasa dilakukan dengan membasuh wajah, tangan, dan kaki di laut. Sebab laut diyakini adalah Tirta Panglebur Nirmala, air suci pelebur segala kekotoran. 

“Atau bisa juga di mata air,” jelasnya.

Saat hari suci Nyepi sendiri menurut Ketut lazim dilakukan Catur Brata Penyepian. Di sini dilakukan Amati Geni (mematikan api/listrik), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang).

“Kalau dilihat asal katanya, langu itu aroma, bumbu masakan, minum-minuman, yang membuat bersenang-senang,” katanya.

Meskipun ada aturan itu, menurut Ketut ada aktifitas kerja yang tidak bisa dihentikan, misalnya kegiatan di rumah sakit. Berdasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya, ia menjelaskan, banyak tenaga kesehatan khususnya di Bali yang tidak libur, tetap bekerja waktu Nyepi.

“Itu ada pengecualian, meletakkan kemanusiaan di atas hukum adat,” katanya.

Menurut Ketut, ada ayat dalam kitab suci Bhagawad Gita yang menyebut istilah “tidak bekerja dalam bekerja”. Ini adalah perasaan tidak melakukan kerja walau tubuh melakukan kerja, karena yang dilakukan adalah pelayanan. Dan itu sebaiknya yang diterapkan saat Nyepi, bagi orang-orang dengan profesi tertentu.

“Kita bisa merasa bekerja tanpa merasa bekerja,” jelasnya.

Ketut menambahkan, biasanya Nyepi identik dengan aktivitas menghalau bhuta kala, atau sosok yang dianggap jahat. Namun baginya bhuta kala itu adalah simbolisasi dari tubuh dan pikiran.

“Jadi bhuta tidak selalu berarti buruk, jadi itu penunjang kehidupan,” ungkap Ketut.

Dirinya menegaskan, Nyepi memang saat tepat memberi waktu kepada ruang. Nyepi adalah momen bagi umat manusia untuk memberi jeda pada ruang, supaya tercipta harmoni.

“Entah ruang tubuh kita atau alam yang kita tempati,” katanya. (den)

Leave A Reply

Your email address will not be published.