Berita Nasional Terpercaya

Saham ANTM Aneka Tambang Layak untuk Dibeli (Buy) di 2021, Ini Analisisnya!

0

Bernad.id – Perkembangan harga emas Antam memang naik tajam di masa pandemi. Meski masa pandemi, saham ANTM dari PT Aneka Tambang Tbk melonjak yang dimulai pada 9 Januari 2021 hingga saat ini.

Lonjakan level harga Rp766 pada awal Januari 2021 tersebut masih bertahan hingga hari ini, Rabu (5/5/2021). Level harga ANTM masih menyentuh Rp2.630. Meskipun sempat tujun tajam pada 1 Maret 2021 pada level Rp2.231, kini saham ANTM masih mencetak pertumbuhan.

Baca juga: 3 Cara Membeli Saham Bagi Pemula dengan Mudah

Diperkirakan prospek ANTM tetap hijau di tahun 2021. Pasalnya, prospek komoditi nikel yang memiliki harga yang mendukung peningkatan level harga ANTM. Selain itu, segmen hilir komoditas nikel berada pada masa ekspansi yang menjadi andalan PT Aneka Tambang Tbk. Hilirisasi nikel yang dilakukan oleh ANTM ini berpotensi meningkatkan pendapatannya.

Saat ini, ATM telah memperoleh izin untuk beroperasi terkait aktivitas ekspor mineral logam. Mineral logam khusus untuk bijih bauksit dengan berat 1,9 juta wmt (wet metric ton) tahun 2021. Di samping itu, izin tersebut juga sejalan dengan proyek hilirisasi dari Smelter Grade Alumina Refery (SGAR) yang sedang dibangun.

Proyek hilirisasi tersebut mampu menyempurnakan izin ekspor bijih bauksit yang diterima ANTM pada 2020 lalu untuk pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) yang berada di Tayan. Pabrik ini mampu menjual bijih bauksit seberat 1,2 juta ton.

Baca juga: Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Berpotensi Menguat, Ini Penyebabnya!

Target ANTM pada Komoditas Nikel

Ambisi ANTM agresif pada tahun ini menjadi angin segar bagi investor. ANTM merencanakan target pengoperasian bijih nikel dengan volume produksi mencapai 8,44 juta wmt. Target produksi ini naik menjadi 77,3% yoy.

Sementara itu, ANTM juga meningkatkan target penjualan tahun ini sebesar 103,3% yoy atau setara dengan nikel seberat 6,7 juta wmt. Target ini pun sejalan dengan pertumbuhan industri pengolahan domestik.

Tim Riset Panin Sekuritas, Juan Oktavianus menilai bahwa target ANTM cukup realistis. Ia menganggap bahwa dengan adanya ekspansi tersebut, harga bijih nikel di pasar domestik telah teratasi.

Juan juga menyatakan bahwa belum ada informasi pasti terkait harga patokan mineral logam khusus untuk bijih nikel dengan kadar 1,8% selama semester pertama 2020. Dampaknya, para penambang bijih ini merasa keberatan disebabkan harga bijih nikel yang ditentukan oleh pihak smelter ANTM.

Tercatat bahwa harga bijih nikel untuk pasar domestik saat ini berada pada level harga USD38 per ton. Harga ini lebih rendah dibandingkan dengan harga ekspor bijih nikel seharga USD59 per ton.

Baca juga: 

Produksi Feronikel ANTM yang Konservatif

ANTM dinilai cukup konservatif saat menetapkan target produksi feronikel pada level 26.000 ton atau naik sebesar 0,2% yoy  saja. Panin Sekuritas pun memprediksi bahwa hilirisasi Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH) akan mampu beroperasi pada tahun 2022.

Berdasarkan estimasi kapasitas produksi feronikel, pabrik tersebut mampu memproduksi 13.500 ton. Hal tersebut berdampak pada peningkatan produksi feronikel ANTM pada level 40.500 ton.

Baca juga: 6 Langkah Belajar Investasi dan Trading Saham dari Nol

Produksi Emas ATM

ANTM memiliki cadangan emas yang terus berkurang di tambang Pongkor dan Cobinong. Hal ini membuat target produksi emas ANTM dan penjualannya pun menurun sebesar 17,6% yoy sebesar 1,4 ton. Sedangkan target penjualan emas ANTM berada pada level 18 ton yang menurun sebesar 18,2% yoy

Apabila diasumsikan cadangan bijih emas ANTM adalah 8,4 ton yang habis pada masa tambang selama 4 tahun di 2019. Maka cadangan emas yang tersisa hanya seberat 6,8 ton dengan catatan tidak terjadi penambahan cadangan emas pada tahun 2020.

Dari analisis perkembangan operasi bijih nikel dan cadangan emas ANTM, Panin Sekuritas merekomendasikan investor untuk membeli saham ANTM dengan target level harga Rp3.700.

Secara keseluruhan, Panin Sekuritas menilai bahwa saham ANTM juga dipengaruhi oleh peningkatan performa proyek konsorsium Indonesia Battery Corporation (IBC), peningkatan kapasitas produksi feronikel smelter Halmahera Timur, dan harga nikel yang cenderung positif.

Baca juga: IHSG Kembali Melemah Hari Ini, BBRI dan BBCA Tetap Jadi Incaran Investor.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.