Berita Nasional Terpercaya

Berhasil Lolos Beasiswa S2 dan S3 di Australia, Dosen Favorit UGM Ini Bagikan Tipsnya

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Australia yang merupakan benua terkecil di dunia ternyata memiliki negara dengan sistem pendidikan yang tak kalah bagus dengan negara-negara di Eropa atau Amerika.

Salah satu pengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM), I Made Andi Arsana, juga sepakat dengan hal tersebut.

Kepada Bernas.id, Andi yang sempat mengenyam pendidikan jenjang magister dan doktoral di Negeri Kangguru itu juga mengatakan bahwa kondisi di Australia memang sangat mendukung untuk proses belajar.

“Di Australia ada banyak akses ke learning center untuk membantu mahasiswa yang kesulitan belajar,” ucap dia.

Selain itu, Andi juga merasa pengajar-pengajar di kampus Australia memiliki hubungan yang sangat akrab dengan mahasiswanya. Hal itu pula yang membuat para pelajar di negeri tersebut tak segan untuk bertanya atau berdiskusi jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami.

“Di sana, manggil dosen hanya dengan sebutan nama saja tidak masalah. Kita bisa jadi lebih akrab dengan dosen. Kedekatan mahasiswa dan dosen disana tidak dibawa ke hal-hal personal. Meski dekat, kalau memang kita dapat nilai jelek, dosen akan memberikan nilai yang sesungguhnya,” ungkapnya.

Baca juga: Ingin Masuk UGM? Simak Tips dari Salah Satu Pengajarnya

Tips Lolos Beasiswa di Australia

Dosen pengajar teknik geodesi UGM tersebut berhasil menuntaskan pendidikan jenjang magister dan doktoralnya melalui beasiswa Australian Development Scholarship (ADS) dan Australian Leadership Awards (ALA).

“Saya dapat beasiswa ADS itu di tahun 2004 dan beasiswa ALA di tahun 2008,” ucapnya,

Lalu bagaimana cara Andi berhasil meraih beasiswa di negeri kangguru itu?

Beasiswa ADS saat ini berganti nama menjadi Australia Awards Scholarships (AAS). Baik beasiswa AAS dan ALA merupakan program beasiswa yang diselenggarakan pemerintah Australia untuk pelajar di Indonesia.

Secara umum, syarat untuk mendaftar beasiswa AAS dan ALA sama seperti beasiswa pada umumnya. Berikut syarat tersebut:

  • Bukti kewarganegaraan
  • Surat penerimaan tanpa syarat di kampus Australia atau Letter of Acceptance Unconditional (Loa unconditional).
  • Ijazah dan transkrip nilai
  • Bukti prestasi akademik
  • Surat rekomendasi
  • Resume atau curriculum vitae.
  • Bukti kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL atau IELTS).

Dokumen-dokumen tersebut nantinya diperlukan dalam proses seleksi administrasi.

Baca juga: Pernah Dapat Nilai “Jeblok”, Bagaimana Kisah Dosen Favorit UGM ini Raih Beasiswa ke Australia?

Cara mendapatkan Loa Unconditional

Loa unconditional dan bukti kemampuan berbahasa Inggris biasanya biasanya menjadi momok menakutkan bagi banyak pejuang beasiswa.

Memang tidak mudah untuk lolos seleksi masuk di kampus Australia sebab kita harus bersaing dengan pelajar dari Australia itu sendiri dan pelajar dari berbagai negara lainnya.

Menurut Andi, hak pertama yang harus dilakukan pelajar sebelum mendaftar di kampus tujuan adalah menentukan bidang kajian yang akan dipelajari di kampus tersebut.

“Setelah menentukan jurusan apa yang akan diambil,periksa persyaratan yang ditetapkan oleh universitas tujuan,” ucapnya.

Menurut Andi semua kampus di Australia menyediakan pendaftaran online tanpa tes langsung. Jadi,kita bisa mengirim berkas yang menjadi syarat melalui akses internet.

Beberapa kampus di Australia terkadang menetapkan kualifikasi bahasa asing seperti TOEFL dan IELTS dalam pendaftaran.

Selain itu, ada beberapa jurusan yang juga memberikan syarat tambahan seperti  hasil tes Graduate Record Examination (GRE) atau Graduate Management Admission Test (GMAT). 

Beberapa kampus di Australia juga ada yang mensyaratkan surat rekomendasi, menulis essay atau karya tulis dalam topik tertentu.

Karena itu, kita wajib mencari tahu terlebih dahulu informasi pendaftaran melalui website resmi universitas tujuan.

“Kadang, ada juga kampus yang menerapkan syarat agar kandidat memiliki karya yang sudah diterbitkan,” ucapnya.

Mengenai biaya pendaftaran, beberapa kampus di Australia ada yang mensyaratkan biaya pendaftaran, ada pula yang tidak.

“Kalau ada biaya pendaftaran, nanti bisa dibayar melalui kartu kredit atau transfer internasional. DI Universitas Wollongong tempat saya kuliah dulu tidak ada biaya pendaftaran,” tambahnya.

Tips Lolos Seleksi Wawancara Beasiswa Australia

Setelah dinyatakan lolos seleksi administrasi, pendaftar harus melalui tahapan tes wawancara. Tahap wawancara ini sangat menentukan apakah pendaftar akan lolos seleksi atau tidak.

Andi bercerita saat menjalani seleksi wawancara beasiswa AAS, dirinya tidak melakukan persiapan khusus. Ia hanya mengumpulkan berbagai informasi terkait universitas yang akan menjadi tujuannya menuntut ilmu.

“Waktu itu ada dua pewawancara yang saya hadapi. Persiapan saya cuma mengumpulkan informasi terkait universitas yang saya tuju dan jurusan yang nantinya saya pelajari,” tambahnya.

Selain itu, Andi juga mengatakan hal terpenting agar lolos seleksi wawancara beasiswa ke Australia adalah mampu menguasai keadaan.

“Jika menguasai keadaan, pikiran akan jadi lebih rileks saat menjawab semua pertanyaan wawancara,” ucap dia.

Saat sesi wawancara, Andi juga menyarankan agar kita mampu menunjukan kontribusi apa saja yang sudah dan akan dilakukan demi kemajuan Indonesia.

“Ini juga hal penting untuk menunjukan bukti kesungguhan kita dalam belajar. Selain itu, banyak informasi mengenai hal-hal apa saja yang harus dilakukan ketika belajar di Australia agar pewawancara tahu kalau kita sudah melakukan persiapan yang matang,” tambahnya.

Kondisi di Australia tentu sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. Hal itu juga bisa berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis mahasiswa saat berkuliah nantinya.

Untuk memastikan bahwa kita bisa beradaptasi dengan baik selama di Australia, pewawancara akan menanyakan mengenai persiapan kita dalam menghadapi hal tersebut.

“Saya juga menyarankan para pelajar yang ingin lolos seleksi beasiswa ke Australia nantinya bisa mengaitkan ilmu atau jurusan yang diambil dengan topik yang populer. Gunakan bahasa yang sederhana ketika membahas hal itu sebab tidak semua pewawancara memahami bidang kajian yang kita pelajari,” tambahnya.

Hal yang tak kalah penting ketika melakukan sesi wawancara beasiswa adalah etika atau sopan santun. Menurut Andi, etika merupakan hal penting yang harus kita bawa di situasi apapun.

“Di manapun kita berada, etika harus selalu dijaga. Etika juga faktor penting yang akan membuat kita terlihat menarik dan simpatik di mata orang lain. Tanpa etika, prestasi dan pengalaman yang segudang jadi nggak ada artinya,” ucap Andi.

Andi mengatakan salah satu cara untuk memperlihatkan ketika kita di depan pewawancara adalah menerapkan sikap duduk yang baik.

Duduklah dengan posisi tegak dan hindari menyandarkan tangan di atas meja dan menyandarkan punggung ke kursi.

Selain itu, kita juga harus menatap mata pewawancara saat berbicara dan memainkan mimik muka yang wajar ketika berbicara.

“Mengangguk seperlunya saja ketika mendengar pewawancara bicara dan senyum seperlunya saja. Karena terlalu banyak mengangguk dan senyum justru kita tidak kelihatan profesional,” ucapnya.

Untuk pelajar Indonesia yang bertekad melanjutkan studi Australia melalui jalur beasiswa, Andi juga berpesan agar tetap selalu percaya dengan kemampuan diri dan membuka pikiran seluas-luasnya.

Percaya dengan kemampuan diri akan membuat kita terlihat menarik dan mudah bergaul saat berada jauh di kampung halaman. Selain itu, kita juga harus bisa membaca pikiran seluas-luasnya agar tidak menjadi pribadi yang menutup diri.

“Yah, meskipun ada beberapa nilai-nilai di Australia yang berbeda dengan Indonesia, jangan langsung defensif. Kita terima saja tanpa harus meninggalkan nilai-nilai yang sudah ada dalam diri kita,” ucap dia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.