Berita Nasional Terpercaya

Perjalanan Profesor Khairurrijal, Dari Sistelnas hingga Guru Besar ITB

0

Bernas.id – Ketika mendengar kata Fisika, yang ada di benak kita pasti tentang rumus-rumus yang membingungkan, teori, juga angka-angka yang membuat otak keriting.

Namun, lain halnya dengan Prof. Dr.Eng. K. Khairurrijal M.Si. Sejak kecil ia sudah menganggap Fisika sebagai hal menyenangkan. 

Maka Tak heran, pelajaran yang biasanya menjadi momok menakutkan bagi banyak orang itu justru membuatnya meraih kesuksesan besar hingga menjabat sebagai guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Lalu bagaimana perjalanan oria asal Bengkulu ini hingga berhasil meraih jabatan akademik tertinggi dalam dunia pendidikan Berikut kisah inspiratifnya:

Berawal dari Sistelnas

Khairurrijal mulai menampakan prestasi akademiknya ketika terpilih sebagai wakil Bengkulu dalam ajang Siswa Teladan Nasional (Sistelnas). Ajang sistelnas merupakan kompetisi siswa berprestasi tingkat nasional yang digelar sejak kepemimpinan Presiden Soeharto.

Ajang tersebut mempertemukan siswa-siswi berprestasi mulai dari tingkat SMP hingga SMA dari seluruh pelosok Indonesia. Khairurrijal terpilih mewakili daerah kelahirannya dalam ajang Sistelnas di tahun 1982, tepatnya saat ia menduduki bangku sekolah menengah atas (SMA).

Untuk mengikuti ajang tersebut, Khairurrijal harus mengikuti berbagai tes, baik tertulis, wawancara, dan keterampilan, dari tingkat kecamatan, provinsi hingga melaju ke ajang nasional.

“Untuk ikut Sistelnas ini, kita nggak Cuma harus menonjol di bidang akademik tetapi juga harus punya kemampuan di bidang non akademik,” ucapnya.

Menurut Khairurrijal, ada banyak sekali hal yang didapatkan  dari ajang Sistelnas dan berhasil menjadi bekal dirinya untuk mencapai kesuksesan yang ia raih saat ini.

“Berkat Sistelnas, percaya diri jadi lebih meningkat, apalagi sama panitia kita juga dibekali berbagai ilmu, salah satunya kepemimpinan. Itulah yang membentuk diri saya hingga saat ini,” tambahnya.

Khairurrijal mengatakan bahwa Sistelnas ini sebenarnya merupakan ajang yang baik untuk mencari talenta anak-anak negeri di seluruh pelosok Indonesia. Sebab, dengan adanya Sistelnas anak-anak yang berada  di daerah jauh dari ibu kota juga bisa memperlihatkan kemampuannya.

“Kebetulan saya dari daerah yang bisa dikatakan saat itu akses untuk fasilitas pendidikan yang baik sangat terbatas. Dengan ikut Sistelnas ini, saya juga lebih mudah masuk ITB,” ucao dia.

Namun sejak Presiden Soeharto lengser dari jabatannya, ajang Sistelnas ini sudah ditiadakan. Khairurrijal pun berpendapat bahwa program semacam Sistelnas ini sebenarnya masih relevan dengan zaman ini.

“Sistelnas ini sebenarnya sangat bagus dan masih relevan dengan zaman ini karena manfaatnya banyak. Siswa-siswa di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan juga bisa dieksplor prestasinya.,” tambahnya.

Selain program siswa berprestasi, siswa yang ikut dalam ajang Sistelnas ini juga bisa terlibat dalam proyek Perintis garapan Soeharto.

Proyek Perintis merupakan jalur masuk ke perguruan tinggi di tahun 1979 hingga 1983. Berkat keikutsertaanya dalam Sistelnas, Khairurrijal pun mendapat kesempatan untuk ikut dalam Proyek Perintis 2, di mana ia bisa masuk ke ITB dengan jalur undangan khusus.

Baca juga: Kisah Rungu: Berawal dari Passion hingga Tiket ke Perancis (Bagian 1)

Kegemaran Belajar Fisika

Berbeda dengan anak-anak lainnya, sejak kecil Khairurrijal tidak pernah menganggap Fisika sebagai momok menakutkan. Ia malah berpikir bahwa Fisika adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Fisika itu justru ada dalam kehidupan sehari-hari kita, loh.Lingkungan sekitar kita itu nggak pernah luput dari Fisika, misalnya, kalau mau buka pintu, itu ada ilmu Fisikanya. Coba bayangin kalau nggak ada Fisika, mungkin kita membuka pintu malah jadinya diangkat. Makin repot, kan?” ucapnya.

Bahkan dalam memasak pun, kata Khairurrijal, juga tak lepas dari ilmu Fisika.

“Contohnya, saat mendidihkan air, minyak, dan, santan, tentu memerlukan suhu atau titik didih yang berbeda beda agar bisa matang sempurna,” tambah dia.

Khairurrijal juga berkata Fisika yang kita pelajari di masa SMA atau SMP hanyalah sebagian kecil saja. Namun, saat kita lebih mendalaminya, kita akan memahami dengan jelas bahwa fisika memiliki peranan besar dalam kehidupan.

“Teori seperti rumus gaya, momentum massa, katrol, itu sebenarnya Cuma kulitnya saja. Nanti, kalau kita belajar lebih dalam di perguruan tinggi, kita jadi tahu apa saja kegunaan itu semua. Mungkin waktu SMA atau SMP kita uma tahunya untuk hafalan rumus saja,” ucap dia.

Kegemaran dirinya dalam bidang ilmu fisika juga membuatnya selalu berinovasi untuk menghasilkan temuan baru yang berguna bagi masyarakat.

Hal itu pun juga membawanya meraih segudang penghargaan, salah satunya penghargaan inovasi ITB di tahun 2015.

Ia juga tercatat sebagai dosen berprestasi tingkat nasional juga dan mendapatkan tanda kehormatan Satyalancana yang diberikan langsung oleh presiden di tahun 2014 dan 2007.

Baca juga: Perjalanan Kaprodi Arsitektur UNMAHA Raih Beasiswa di Inggris

Beasiswa ke Jepang

Prestasi Khairurrijal tak berhenti hanya dengan menjadi mahasiswa ITB saja.Ia juga berhail meraih gelar magister dan doktoral lewat program beasiswa Monbukagakusho.

Sebelum menuntut ilmu di Jepang, Khairurrijal memperoleh gelar Bachelor of Science (B.Sc.) dan Master of Science (M.Sc.) di bidang Fisika dari ITB.  

Kemudian, ia mengejar gelar doktor di Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Hiroshima untuk mempelajari silikon dioksida ultra tipis untuk transistor efek medan semikonduktor oksida logam canggih.

Tak berhenti sampai disitu, Khairurrijal juga memperoleh gelar Doktor Teknik (Dr.Eng.) pada tahun 2000 dan berhasil  menerbitkan 7 makalah dalam jurnal dan 12 makalah dalam prosiding selama studinya.

Menurutnya, prestasi hebat yang diraihnya ini juga tak luput dari  bekal yang ia peroleh selama ajang Sistelnas.

“Untuk bisa ikut Sistelnas, kita kan harus menonjol di akademik dan non akademik, semua itu saya bawa sampai sekarang,” tambahnya.

Ia juga memberikan tips kepada seluruh pelajar Indonesia yang ingin mengikuti jejaknya untuk melanjutkan studi ke Jepang. Melalui virtual interview bersama Bernas.id, Khairurrijal menyatakan bahwa kunci penting meraih beasiswa itu ada saat kita mengikuti sesi interview.

Ia menyarankan kepada seluruh pelajar Indonesia yang berhasil lolos dalam tes wawancara beasiswa agar benar-benar mampu meyakinkan pewawancara bahwa dirinya layak untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

“Saat wawancara, kita memang harus menyakinkan pewawancara bahwa kita layak menerima beasiswa. Kalau kita tidak bisa meyakinkan pewawancara kalau kita layak, maka susah sekali untuk lolos,” ucap dia.

“Sebenarnya, masih terbawa waktu Sistelnas. Karena waktu itu, kita diajari bagaimana beragumentasi dan menyakinkan orang lain. Jadi, kita benar-benar harus bisa meyakinkan orang lain bahwa usulan kita ini layak untuk didengarkan atau di apresiasi,” tambahnya.

Untuk meyakinkan pewawancara, Khairurrijal menyarankan agar kita bisa membuat konstruksi pemikiran dengan logika yang tepat agar orang lain bisa menerima dan mengikuti apa yang kita usulkan.

Setiap usulan yang kita ajukan harus disertai riset atau bukti kuat agar pewawancara tahu bahwa kita benar-benar memahami negara dan program studi yang menjadi tujuan untuk melanjutkan studi.

“Kita bisa riset lewat koran, acara televisi. Sekarang juga cari informasi jadi lebih mudah dengan internet,” ucap dia.

Melanjutkan studi ke Jepang memang menjadi tujuan Khairurrijal karena ia memandang Jepang bukan sekadar negara maju saja. Fasilitas pendukung pendidikan juga sangat baik dan masyarakat di Jepang pun juga tak pernah tanggung-tanggung ketika mempelajari sesuatu.

“Masyarakat di Jepang itu kalau mempelajari sesuatu sangat sungguh-sungguh. Jadi, kita bisa ikut trbawa. Saya sendiri saja selama dsekolah di Jepang, bisa dari jam 8 pagi hingga 11 malam di laboratorium,” ungkap Khairurrijal. 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.