Berita Nasional Terpercaya

Hari Sumpah Pemuda, Anak-anak Muda Desak Bank BUMN Stop Danai Batubara

0

JAKARTA, BERNAS.ID – Tahun ini UNICEF, organisasi PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya di negara-negara berkembang, mengeluarkan laporan yang mencengangkan terkait dampak krisis iklim terhadap anak-anak muda.

Organisasi di bawah PBB itu memperkirakan 850 juta atau 1 dari 3 anak di seluruh dunia terkena dampak krisis iklim ekstrem, tak terkecuali di Indonesia.

“Menurut laporan UNICEF, anak muda di Indonesia adalah salah satu kelompok di dunia yang menghadapi risiko dampak krisis iklim,” ungkap Koordinator Indonesia Team Leader 350.org, Sisilia Nurmala Dewi, Kamis (28/10/2021).

“Krisis Iklim telah mengancam kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak-anak muda di Indonesia,”imbuhnya.

Baca Juga Tiongkok Batalkan Pembangunan Puluhan Pembangkit Listrik Batubara

Sisilia menyebut emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi penyebab krisis iklim sehingga harus dikendalikan. “Jika tidak, krisis iklim akan semakin mengancam kehidupan di bumi. Salah satu penyumbang emisi GRK itu adalah batubara,” ucapnya.

Ginanjar Ariyasuta, aktivis muda yang tergabung dalam gerakan Jeda untuk Iklim mengatakan Pemerintah perlu menghadirkan pembangunan yang berpihak ke masyarakat dan lingkungan, bukan hanya segelintir orang.

“Kongkritnya, pembangunan PLTU Batubara harus dihentikan karena selain menjadi sumber emisi GRK juga erat kaitannya dengan konflik agraria yang merampas lahan masyarakat,” ujarnya.

Data inventori GRK, penyebab perubahan iklim dari Kementerian ESDM menunjukkan di tahun 2015 PLTU batubara menyumbang emisi sebesar 122.5 juta ton CO2e atau 70% dari seluruh emisi pembangkit listrik. “Jika proyek-proyek batu bara ini terus didanai oleh perbankan, bencana ekologi akan lebih sering terjadi,” ucap Sisilia Nurmala Dewi.

“Ironisnya, di Indonesia, bank-bank BUMN, seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN, adalah bank-bank,  yang menurut laporan lembaga urgewald, selama Oktober 2018 hingga Oktober 2020, masih tercatat pada Global Coal Exit List (GCEL) memberi pinjaman ke proyek-proyek energi kotor batubara,” bebernya.

Padahal, lanjut Sisil, trend pendanaan energi di dunia mulai menghentikan pendanaan di sektor energi kotor batubara. “Negara-negara G7 dan China sudah berkomitmen menghentikan pendanaan untuk energi kotor batubara. Namun, bank-bank BUMN justru belum menunjukan komitmen untuk menghentikan pendanaan ke energi kotor batubara,” tuturnya.

Terkait dengan itulah, di Hari Sumpah Pemuda tahun ini, ungkap Sisila Nurmala Dewi, sudah seharusnya menjadi momentum bagi anak-anak muda di Indonesia untuk mendesak bank-bank milik negara agar sesegera mungkin melakukan aksi iklim secara nyata. “Di hari Sumpah Pemuda ini, bank-bank BUMN harus segera membuat komitmen baru menghentikan pendanaan ke energi kotor batubara,” tegasnya.

“Anak-anak muda yang telah memiliki kesadaran ekologi yang tinggi, cepat atau lambat, akan menarik uang mereka ke bank-bank yang masih terus mendanai energi kotor batubara itu,” tutup Sisil. (*/jat) 

Leave A Reply

Your email address will not be published.