Berita Nasional Terpercaya

Peringatan Hari Ibu, Momen Perjuangan Pergerakan Perempuan Indonesia

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Peringatan Hari Ibu, merupakan momen memperingati perjuangan pergerakan perempuan di Ndalem Joyodipuran, Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1928 kala itu. Saat itu, berkumpul kurang lebih 1000 perempuan dari 30 organisasi yang bersatu memperjuangkan hak-haknya sebagai wujud memajukan bangsa dan negara.

Kota Yogyakarta pun dipilih sebagai lokasi puncak peringatan Hari Ibu tahun 2021. Untuk tema yang diangkat Hari Ibu sejak 2019, yaitu Perempuan Berdaya, Indonesia Maju.

Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan dari puluhan organisasi perempuan itu ada yang bertahan sampai sekarang ini. “Organisasi yang bertahan hingga kini, yaitu Aisyah, Wanita Katholik dan Wanita Taman Siswa,” tuturnya, Rabu (22/12/2021).

Baca Juga Komposer Alfath Flemmo Rilis Saat Terindah feat Youtuber Nabdynta di Hari Ibu

Bintang mengatakan pada tahun 2021, perempuan harus tangguh di masa pandemi. “Perempuan harus  berani dan inovatif, serta berani menjadi agen perubahan,” ucapnya. 

Bintang juga menyampaikan Hari Ibu yang dilaksanakan di Indonesia merupakan hari untuk mengapresiasi perempuan-perempuan di Indonesia. “Semoga hal ini menjadi pendorong bagi kita semua, serta pemangku kepentingan dan masyarakat luas bahwa perempuan punya eksistensi yang tinggi dalam pembangunan di Indonesia,” katanya.

Tak lupa Bintang menyampaikan harapan khususnya kepada media massa terkait cara menarasikan dan menyampaikan kepada masyarakat dalam mengangkat cerita peringatan Hari Ibu.

Bintang menambahkan, dalam rangkaian acara Peringatan Hari Ibu tahun ini, pihaknya mengunjungi lapas perempuan dan anak, juga melakukan pendampingan kepada anak yatim piatu karena orang tua mereka meninggal akibat Covid-19.

“Kami juga mendampingi perempuan yang menjadi kepala keluarga karena suaminya meninggal akibat Covid-19,” ujarnya.

Baca Juga Begini Cara Diaspora Merayakan Hari Ibu di Taiwan

Ketua Panitia Peringatan Hari Ibu Ratna Susianawati menyampaikan serangkaian acara yang digelar untuk memperingati Hari Ibu ke-93 di Indonesia. Misalnya, acara yang dilangsungkan di Ndalem Joyodipuran yang sekarang menjadi Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Yogyakarta.

“Di tempat inilah berlangsung Kongres Perempuan Pertama pada 1928. Sedangkan puncak peringatan Hari Ibu dilangsungkan di Gedung Manggala Bhakti Wanitatama, yang ketika itu sebagai tempat pergerakan perempuan selanjutnya,” jelas Ratna.

Pada Peringatan Hari Ibu tahun ini digelar berbagai kegiatan, antara lain seminar, talkshow, webinar yang mengangkat sisi pemaknaan kembali Hari Ibu yang disesuaikan dengan dinamika perempuan saat ini, melibatkan lembaga terkait, partisipasi mandiri dari masyarakat, juga kolaborasi dengan Pemda.

Selain itu, Ratna menambahkan, juga ada kunjungan lapangan, salah satunya roadshow mengunjungi pejuang perempuan sebagai bentuk penghargaan pejuang perempuan di masa  lalu. Namun bicara pahlawan tidak hanya masa lalu, juga ada perempuan masa kini terutama perempuan tangguh di masa pandemi.

Bintang juga dikatakan Ratna telah mengunjungi kelompok perajin perempuan lansia tangguh yang diharapkan menopang sisi pemulihan ekonomi Indonesia. “Dalam upaya mengangkat produk unggulan perempuan UMKM, kami gelar pasar virtual. Ibu Menteri bahkan menjual produk UMKM perempuan ini dan animo masyarakat tinggi,” ujar Ratna.

Untuk memberikan dorongan anak muda, Peringatan Hari Ibu juga menggelar lomba esai dan vlog. Berbagai penulisan ini menunjukkan generasi muda menjadi bagian yang terlibat dalam aksi perjuangan selanjutnya. Juga dilangsungkan serangkaian promosi publikasi untuk gaungkan kembali makna Hari Ibu di kanal media, dan radio komunitas, ujar Ratna seraya menambahkan tanpa mengurangi makna hakikat, puncak pelaksanaan Hari Ibu diselenggarakan secara hybrid (online dan offline).

Di tempat sama, GKBRAy Adipati Paku Alam X menyampaikan, peringatan Hari Ibu di Yogyakarta melibatkan lima komponen organisasi  wanita, dengan melangsungkan bakti sosial, vaksinasi dan donor darah. Yang menarik, kegiatan ini diisi dengan lomba menggambar tas pandan yang hasilnya kemudian dilelang untuk kepentingan amal.

“Kami berikan 100 tas pandan kepada keluarga yang kurang mampu untuk diwarnai selama seminggu, kemudian akan dipilih pemenangnya. Tas-tas pandan yang telah diwarnai ini selanjutnya dilelang,” papar Gusti Putri.

Hasil lelang, dikatakannya, disalurkan kepada para pengrajin tas pandan lansia di Bantul, Yogyakarta guna mendorong upaya regenerasi sekaligus menjadi stimulus agar UMKM terkait dapat naik kelas. (jat) 

Leave A Reply

Your email address will not be published.