Berita Nasional Terpercaya

Crypto Dalam Tren Penurunan, Investor Waspadai Crypto Winter

0

Bernas. id – Seiring dengan saham, mata uang kripto terus bergerak turun sejak awal tahun ini dan baru saja mengalami minggu terburuknya sejak Maret 2020. Banyak investor yang khawatir kalau pasar bearish ini akan terus berlanjut atau disebut sebagai 'Crypto Winter'.

Bitcoin (BTC) pada Senin (24/1/2022) turun menjadi U$32.982.11, poin terendah sejak Juli, menurut metrik koin, tetapi naik 5,6% dalam perdagangan sore menjadi U$37.183,25. Sementara itu, bursa saham Dow Jones turun sebanyak 1.115 poin dan S&P  500 jatuh ke wilayah koreksi untuk sesaat.

Mata uang kripto terbesar kedua, Ethereum (ETH) jatuh hingga level $ 2,176,41, terendah sejak Juli, menurut metrik koin. Kemudian naik 1,1% menjadi U$2,444,85. Bitcoin dan Ether hampir anjlok sebesar 50% dari nilai tertinggi sepanjang masa mereka pada November 2021. Sementara Solana mengalami penurunan yang bahkan lebih curam, anjlok 65%.

Pada Selasa (25/1/2022), Bitcoin mencatat sedikit peningkatan yakni naik 2,86% di level US$36.271,14. Harga BTC ini merupakan penurunan sebesar 14,23% dalam sepekan. Meski mengalami kenaikan, nilai tersebut merupakan terendah sepanjang tahun 2022.

Sedangkan Ethereum masih dalam level penurunan, dengan turun 1,4% di level US$2.407,05, anjlok 25,17% dalam waktu sepekan. Baik Bitcoin maupun Ether berada pada level yang sama dengan Juli 2021.

Menyusul kedua kripto dengan kapitalisasi terbesar tersebut, nilai mata uang kripto lainnya juga mengalami guncangan.

Aksi jual besar-besaran di pasar mata uang kripto ini menjadi pukulan besar bagi para investor karena memusnahkan U$1 triliun kapitalisasi pasar dari industri kripto, menurut data coinmarketcap. Sedangkan kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini U$665 miliar turun dari hampir U$1,3 triliun pada November 2021.

Kendati begitu, kapitalisasi pasar mata uang kripto keuangan terdesentralisasi (DeFi) meningkat 7,26 persen menjadi U$113,19 miliar sementara stablecoin naik 0,14% menjadi U$165 miliar. Stablecoin terikat pada aset seperti dolar atau mata uang fiat lainnya atau emas, untuk menstabilkan harganya.

Baca juga: 3 Cara Lindungi Dompet Crypto Anda dari Peretasan 

Daftar Isi :

  1. Penyebab Anjloknya Pasar Kripto
  2. Mungkinkah Pasar Kripto akan Masuk ke Menuju ke “Crypto Winter”?
  3. Kesempatan Memborong Aset Kripto

Penyebab Anjloknya Pasar Kripto

1. Sikap Hawkish Bank Sentral AS

Rencana agresif bank sentral AS, Federal Reserve, untuk menaikkan suku bunga pada Maret 2022 dan kinerja sektor IT yang landai juga mempengaruhi pasar kripto.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga beberapa kali selama tahun ini dalam upaya untuk mengurangi inflasi, sehingga memicu sentimen jual terhadap kelas investasi berisiko seperti kripto dan saham teknologi. Ini membuat imbal hasil obligasi secara signifikan lebih menarik. 

Selain itu, pemerintah Biden, bersama dengan Kongres AS juga duduk dan memperhatikan dampak mata uang kripto, mengingat bahwa pemerintah AS akan merilis strategi komprehensif untuk mencakup berbagai aset digital.

2. Larangan Bank Sentral Rusia

Aksi jual juga disebabkan adanya peraturan lebih lanjut tentang pasar kripto di Rusia.  Bank Sentral Rusia baru-baru ini mengumumkan niatnya untuk menerapkan larangan menyeluruh pada perdagangan kripto, sirkulasi, penambangan, dan aktivitas terkait lainnya. 

Ini tentunya mengirimkan gelombang ketakutan ke seluruh penjuru , mengingat bahwa Rusia adalah pusat penambangan kripto terkemuka, di belakang AS dan Kazakhstan.
 
3. Sentimen dari Wall Street

Aksi jual besar-besaran Wall Street yang terjadi kemarin semakin ditekan oleh meningkatnya hubungan pasar kripto dengan pasar saham, berkat meningkatnya minat institusional terhadap kripto, yang juga berdampak buruk pada mata uang kripto.

Bursa S&P 500 telah jatuh 8 persen sejak awal tahun, sedangkan bursa teknologi The Nasdaq Composite turun lebih dari 12 persen. Korelasi yang meningkat antara bursa saham dan Bitcoin telah memperburuk aksi jual kripto.

Baca juga: 5 Strategi Investasi Hadapi Volatilitas Cryptocurrency

Mungkinkah Pasar Kripto akan Masuk ke Menuju ke “Crypto Winter”?

Penurunan terus menerus ini membuat beberapa investor kripto membahas kemungkinan “crypto winter” sebuah frasa yang merujuk pada pasar bearish bersejarah dalam sejarah pasar mata uang virtual yang masih muda ini. 

Pasar bearish yang paling terbaru pada kripto terjadi pada akhir 2017 dan awal 2018, ketika Bitcoin jatuh sebanyak 80 persen dari levelnya tertinggi sepanjang masa.

David Marcus, mantan Kepala Kripto di induk Facebook, Meta, tampaknya mengakui bahwa Crypto Winter telah tiba.

“Ini selama Crypto Winter bahwa pengusaha terbaik membangun perusahaan yang lebih baik. Ini adalah waktu lagi untuk fokus pada pemecahan masalah nyata vs memperbanyak token,” cuitnya di Twitter.

Meskipun pasar kripto terus anjlok akhir-akhir ini, para analis berpendapat bahwa terlalu dini untuk mengatakan bahwa pasar kripto akan masuk ke nilai terburuknya atau “Crypto Winter”.

Analis dari Wazirx Trade Desk menyebutkan beberapa bukti bahwa pasar mata uang virtual masih diminati. Salah satunya yakni Intel, yang mulai melangkah ke industri pertambangan Bitcoin. Perusahaan chip ini berencana untuk mengungkap chip penambangan Bitcoin, dan sekitar 300 bank memiliki rencana untuk meluncurkan perdagangan bitcoin pada paruh pertama 2022.

Microsoft telah membeli Activision, pengembang game terkemuka di dunia, mengulangi fokusnya pada 'Metaverse'. Selain itu ada rencana Instagram untuk mengintegrasikan NFT, dan Twitter yang meluncurkan verifikasi NFT.

Pakar pasar mengatakan bahwa penurunan terbaru di pasar kripto bukanlah fenomena khusus industri. Industri keuangan seluruhnya terdampak, hingga sentimen pasar juga mengenai pasar token digital. Oleh karena itu, ketiga penyebab di atas sangat berdampak pada aset token digital.

Anjloknya koin digital utama telah menjadi anugerah bagi stablecoin, atau mata uang digital yang melacak nilai mata uang fiat seperti dolar AS. USD coin, stablecoin terbesar kedua, telah menambah nilai pasar lebih dari U$5 miliar sejak Minggu, menurut data dari Coingecko. 

Analis dari bursa kripto, Luno, berpikir bahwa kemerosotan baru-baru ini di kripto hanya sekedar 'koreksi' daripada penurunan berkelanjutan. Hal ini karena Bitcoin biasanya terlihat meroket dulu sebelum anjlok 80% atau lebih. Ini mengacu pada pola grafik yang menunjukkan kenaikan curam dalam harga dan volume perdagangan diikuti oleh penurunan harga yang tajam.

Umumnya koreksi untuk Bitcoin berada dalam kisaran 30-50%, yang merupakan level saat ini, sehingga dinilai analis masih dalam wilayah koreksi normal. Level yang patut diwaspadai adalah ketika Bitcoin menyentuh U$30.000.

Jika ditutup di bawah level itu dalam seminggu atau lebih, analis menilai itu pasti akan menunjukkan kemungkinan besar pasar bearish. Penurunan sekitar 80% dari puncak Bitcoin baru-baru ini akan menunjukkan harga kurang dari U$15.000. Namun, skenario seperti itu dinilai tidak mungkin akan terjadi.

Baca juga: Mengenal Cryptocurrency Bubble, Kehancuran Nilai Cryptocurrency

Kesempatan Memborong Aset Kripto

Pakar pasar percaya bahwa pasar mata uang kripto tidak akan lebih rendah dari tahap saat ini dan membuang teori bahwa pasar kripto mulai mati. Dengan beberapa institusi menyapu miliaran dolar, ini dianggap sebagai kesempatan beli yang baik.

Apalagi selama ini, nilai kripto selalu naik lagi setelah turun signifikan, menurut analisis Bitbns.
Pasar saham juga telah berkinerja buruk selama beberapa bulan terakhir, tetapi masih menikmati kepercayaan investor di dalamnya.

Memang, untuk berinvestasi di kripto diperlukan kesabaran besar. Nantinya, kejelasan regulasi dari bank sentral AS, The Fed, akan menstabilkan mata uang kripto.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.