Berita Nasional Terpercaya

Kisah Pemilik Catering Nirbaya, Dari Jual Kain Hingga Sukses Bisnis Kuliner

0

Bernas.id – Catering Nirbaya mungkin bukan nama hal yang asing bagi masyarakat Yogyakarta, Setiap ada hajatan atau acara besar, sebagian besar menu yang tersaji pasti diolah oleh tangan-tangan terampil dari catering Nirbaya. 

Namun, siapa yang menyangka bahwa catering yang juga pernah menangani pesanan dari perusahaan penerbangan ternama PT Garuda Indonesia. HJ Mudjiati Sukarman adalah orang dibalik kesuksesan Catering Nirbaya tersebut.

Berkat dedikasinya dalam dunia jasa boga Indonesia, wanita 92 tahun itu pun mendapat penghargaan lifetime achievement award 2022 dari perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia. 

Ibu dari delapan orang anak tersebut berhasil membuat nama catering Nirbaya dikenal banyak orang, meskipun tidak memiliki latar belakang di bidang tata boga atau memasak. Lalu bagaimana kisah wanita yang akrab dipanggil Mudjiati ini memulai usahanya? Berikut kisah lengkapnya. 

Berawal dari keterbatasan ekonomi

Keterbatasan ekonomi membuat Mudjiati yang masih berusia muda saat itu harus memutar otak agar bisa menghidupi kedelapan orang anaknya. Wanita kelahiran Sleman 31 Desember 1931 silam itu, pernah mencoba peruntungan dengan menjual kain di Pasar Kranggan Yogyakarta. Sayangnya, usaha tersebut masih belum mampu menunjukan hasil yang baik untuk membantu pendapatan keluarga.

Tidak patah arang, Mudjiati muda pun mencoba untuk menjual lemper dan arem-arem. Usahanya kali ini tak sia-sia. Bak gayung bersambut, arem-arem dan lemper buatan Mudjiati pun ternyata cocok di lidah masyarakat Yogyakarta. Hingga akhirnya, lemper dan arem-arem buatan Mudjiati mulai diperbincangkan banyak orang. 

Rasa lemper dan arem-aremnya yang sangat menggoda lidah pun membuat Mudjiati kebanjiran pelanggan. Bahkan, perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia pun memesan kudapan yang diolah oleh Mudjiati.

“Saya juga nggak tahu kenapa waktu itu perusahaan sekelas Garuda bisa memesan makanan buatan saya. Saya nggak pernah melakukan promosi atau memasang iklan,” ucap Mudjiati saat bertemu dengan tim Bernas.id.

Di usia yang sudah menginjak kepala sembilan, Mudjiati masih aktif menjadi anggota PPJI (Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia) Kota Yogyakarta. Semangatnya dalam dunia kuliner juga masih terlihat membara. Hal ini terlihat jelas saat tim Bernas menemuinya, Mudjiati masih mampu mengingat pengalaman-pengalaman yang ia lalui saat membuat masakan untuk pelanggan. Dibantu oleh sang anak, Mudjiati tetap berusaha mengontrol kualitas rasa dari catering yang didirikannya tersebut.

Hj Sri Wahyuni Dewi, SE, MM, selaku ketua  DPD PPJI DIY juga mengapresiasi prestasi yang diraih oleh Mudjiati. Kepada tim Bernas.Id, wanita yang akrab disapa Dewi itu juga berharap agar Catering Nirbaya terus berinovaso sehingga mampu menghadapi kompetitor.

“Selamat dan sukses untuk ibu Mudjiati pemilik catering Nirbaya. Saya Mengaprisiasi beliau yg hampir 50 tahun menekuni bidang usaha kuliner, semoga penghargaan ini menginspirasi anggota PPJI agar bisa memberikan pelayanan yg baik ,inovasi menu dan kwalitas menu yang prrima agar bisa bertahan dalam menghadapi kompetitor,” ungkapnya.

Dewi juga bercerita bahwa sebagian besar mereka yang tergabung sebagai anggota PPJI terjun ke bisnis kuliner karena hobi atau kebutuhan ekonomi, salah satu contoh nyata adalah Catering Nirbaya.

“Biasanya berdasar hobi memasak atau lingkungan, akhirnya menjadi pengusaha kuliner katering,” ucap wanita yang akrab disapa Dewi tersebut.

Meski berawal dari ketidaksengajaan, anggota PPJI tidak pernah setengah-setengah dalam menjalankan bisnis kuliner. Terbukti mereka selalu antusias mengikuti berbagai pelatihan yang disediakan, salah satunya pelatihan kepemimpinan (Leadership Training) & Cooking Demo dengan tema “Leadership in Society 5.0 Era”, yang diselenggarakan 3 Februari lalu.

Baca juga: Kisah Budi Seputro, dari Angkringan hingga Sukses Kembangkan Sate Ratu yang Dikenal 85 Negara

Sebuah Prestasi besar

Kepada Tim Bernas.id, Mudjiati juga bercerita bahwa prestasi besar pernah ia dapatkan saat Catering Nirbaya miliknya mendapatkan pesanan untuk mengisi konsumsi dalam acara Peringatan Hari Angkatan Perang tanggal 5 Oktober 1975. Saat itu ia mendapat pesanan berupa lemper dan roti yang menghabiskan sekitar 200 kilogram beras ketan.

Catering Nirbaya didirikan oleh Mudjiati sekitar tahun 1975. Pesanan untuk Peringatan Hari Angkatan Perang tersebut membuat Mudjiati mulai memberanikan diri untuk mendirikan sebuah catering yang kini dikenal dengan nama Catering Nirbaya.

“Saya nggak menyangka jika usaha saya di bidang kuliner bisa mendapatkan penghargaan seperti ini,” ucapnya.

Mudjiati juga bercerita bahwa tidak ada rahasia khusus yang ia lakukan sehingga catering yang ia dirikan bisa sukses hingga saat ini.

“Yah, yang penting itu fokus, nggak usah neko-neko dan ngurusin orang lain. Yang penting, usaha yang kita lakukan itu jujur, penuh tanggung jawab, dan tidak merugikan orang lain,” ucapnya.

Catering Nirbaya kini sudah memiliki beberapa pegawai, baik pegawai tetap maupun freelance. Dengan bantuan anak-anaknya, Catering Nirbaya tersebut masih eksis hingga saat ini. Bahkan, Catering Nirbaya sendiri sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Kini, anak kedelapan lah yang membantu mengelola usaha milik Mudjiati tersebut.

“Awal pesanan besar itu bisa dibilang dari perusahaan Garuda itu. Kita nggak pakai promo atau iklan, mereka yang datang ke rumah,” ucap Mudjiati.

Kepada Tim Bernas.id, Mudjiati juga bercerita bahwa ia pernah menolak pesanan besar dari pihak Kereta Api Sancaka saat awal-awal kereta tersebut beroperasi.

“Mereka datang ke rumah kita, tapi kita nggak mau karena nggak mampu, udah full terus. Kita udah banyak pesanan dari acara nikahan takut nggak bisa memberikan yang terbaik, mending kita tolak saja,” ucapnya.

Menurut Mudjiati, banyaknya pesanan yang datang terkadang memang membuat kita mudah tergoda. Akan tetapi, ia dan tim Catering Nurbaya juga harus menyesuaikan dengan kemampuan diri. Sebab, jika pesanan yang sudah masuk terlampau banyak hal itu bisa membuat fokus pikiran terbagi dan kualitas makanan pun bisa menurun.

“Yah, pihak mereka tetap maksa. Sampai-sampai mau kasih kontrak selama dua tahun, tapi tetap kita tolak. Rejeki nggak akan kemana, kok,” ungkapnya.

Baca juga: Kisah Bobby Ardyanto Setyoaji, Berkat Hobi Traveling Sukses Kembangkan Dunia Pariwisata

Tips Sukses Berbisnis Catering ala Mudjiati 

Meski mengaku tak punya strategi promosi khusus agar nama catering yang didirikannya bisa terkenal, Mudjiati juga memiliki tips khusus dalam mengelola bisnis kuliner tersebut.

Di masa mudanya, Mudjiati selalu berusaha terjun langsung ke dapur agar kualitas makanan yang dihasilkan benar-benar terjamin, baik dari segi rasa maupun kebersihan. Mulai dari berbelanja sampai persiapan untuk diantar ke pemesan pun ia ikut mengontrolnya.

Dalam proses penyediaan pesanan, Mudjiati  juga menghitung sendiri semu kebutuhan, baik itu dari biaya belanja hingga keuntungan yang akan diperoleh.

“Dulu waktu masih kuat, saya masak sendiri,belanja, sampai persiapan ke gedung ikut. Sekarang saya sudah serahkan ke anak-anak saja. Sudah nggak kuat. tapi, kalau anak-anak minta masukan, ya, tetap saya turun tangan,” ungkapnya.

Kepada Tim Bernas, Mudjiati juga mengatakan bahwa keuntungan bukanlah hal pertama yang ia cari saat menjalankan bisnis. Saat konsumen terlihat kurang mampu untuk membayar pesanan. Mudjiati bahkan berusaha membantu mereka agar dana yang dimiliki konsumen bisa sesuai dengan hasil menu tanpa mengurangi kualitasnya.

Selain memastikan kualitas makanan, Mudjiati juga selalu menerapkan kejujuran dan rasa syukur dalam menjalankan bisnisnya. Menurutnya, rasa syukur dan jujur adalah kunci penting dalam menjalankan setiap usaha.

“Yang penting itu selalu bersyukur dan jujur agar kita bisa fokus pada kualitas. Jadi, pelanggan puas dengan menu yang kita berikan,” ucapnya.

Mudjiati juga mengatakan bahwa dalam berbisnis sebisa mungkin harus menghindari hutang. Meski banyak pihak perbankan yang menawarkan pinjaman lunak. Mudjiati selalu menolaknya. Ia berprinsip bahwa bisnis yang dijalankannya harus sesuai dengan kemampuan diri sendiri sehingga tidak terbiasa berhutang.

“Saya selalu ingat pesan orangtua saya dulu agar tidak terbiasa berhutang dan selalu mengukur kemampuan diri. Jadi, saya jalankan bisnis ini sesuai kemampuan saya,” tambahnya.

Mudjiati juga selalu mengutamakan rasa kekeluargaan kepada seluruh karyawan agar lingkungan kerja dalam bisnis cateringnya selalu kondusif.

“Kita juga mesti sabar dalam menghadapi berbagai karakter karyawan dan selalu mengutamakan rasa kekeluargaan. Jangan sampai ada karyawan yang saling tidak bertegur sapa karena itu bisa membuat kerja jadi tidak fokus,” ungkapnya.

Baca juga: Kisah Umi Waheeda, Sukses Kelola Pesantren Tanpa Bantuan Donatur

Pahit manis berbisnis katering

Menjalankan sebuah bisnis tentu bukan hanya kisah manis saja yang tersaji. Terkadang, kita harus melalui hal pahit saat berbisnis, pengalaman yang sama juga pernah dialami oleh Mudjiati. Saat menjalankan bisnis catering, Mudjiati juga sering ditipu oleh konsumen. Terkadang, ada konsumen yang tidak membayar pesanan  sehingga Mudjiati harus berbohong kepada suami dengan mengatakan bahwa pesanan sudah dibayar. Ia khawatir sang suami akan menempuh jalur hukum untuk menghadapi pelanggan tersebut.

“Yah, waktu itu saya mikir nggak usah bilang suami biar gak diperkarakan. Besok pasti dapat lebih banyak dari yang lain,” ucapnya saat mengenang pengalaman pahit tersebut.

Di usia yang sudah menginjak 93 tahun tersebut, Mudjiati masih menghitung sendiri kebutuhan pesanan dengan bantuan anak terakhirnya. Ia juga menyiapkan proses regenerasi dengan baik agar bisnis yang dijalankannya bisa bertahan.

“Sebagai pengusaha catering, kita perlu menghitung dengan cermat pesanan yang masuk, jangan asal menerima pesanan tanpa perhitungan. Selain itu, kita juga perlu memperti bangkan kemampuan agar konsumen terlayani dengan lancar dan usaha bertahan lama,” pesan Mudjiati untuk seluruh pengusaha catering.

Leave A Reply

Your email address will not be published.