PADANG, HarianBernas.com — “Adat Basandi Syarak, Syarak basandi jo Khitabullah” merupakan pesan yang biasanya keluar dalam acara Bajamba, tradisi rakyat Minang.
“Adat Basandi Syarak, Syarak basandi jo Khitabullah” yang dalam bahasa Indonesia artinya Adat Bersendikan Syari’at, Syari”at bersendikan Kitab Allah. Ini merupakan pepatah di adat Minang yang masih terus dijaga. Masyarakat Minang dalam melalui semua aktivitas dan kegiatannya ingin tetap menjaga norma-norma yang berlaku dalam kehidupan adat istiadat Minang.
Baca juga: Rumah Joglo, Rumah Adat Jawa yang Memiliki Banyak Keunikan
Makan Bajamba menjadi salah satu perwujudan dari pepatah tersebut. Makan Bajamba adalah makan bersama dengan menggunakan tangan langsung dan menghormati orang yang lebih tua. Dalam adat makan Bajamba tidak akan ditemukan sendok dan garpu yang disediakan. Semua makan dengan tangan. Dan untuk memperlihatkan kebersamaan, beberapa orang makan dalam satu wadah.
Dalam makan bersama, hal yang perlu diperhatikan adalah, tidak boleh mengambil lauk yang jaraknya jauh dan dahulukan orang tua. Selain itu, dalam makan bersama ini tidak ada tisu atau serbet makan yang disediakan. Selalu hadir daun pisang di acara makan Bajamba.
Fungsi dari daun pisang sendiri untuk menghapus lemak yang menempel di tangan dengan cara menyobek daun pisang menjadi lembaran kecil kemudian diremas hingga lemak dan sisa-sisa makanan yang menempel di tangan hilang. Setelah itu barulah cuci atau bilas dengan air.
Makan Bajamba ini biasanya digunakan untuk acara resmi. Salah satunya acara pernikahan. Acara ini hadir saat calon pengantin pria datang ke rumah calon pengantin wanita dan disediakanlah acara makan Bajamba. Untuk acara makan Bajamba disediakan lauk sebanyak 9 jenis. Lauk ini wajib ada. Tambahannya hanya kue-kue khas masyarakat Minang.
Lauk yang wajib seperti selada padang, rending, gulai itiak, ayam goreng, ayam patek, perkedal, sayur buncis, juga ayam semur. Semuanya harus ada dan tidak boleh ketinggalan.
Yang unik dari Bajamba ini selain aturan makanannya yang tidak dapat ditinggalkan, biasanya makan Bajamba dibuka dengan acara kesenian Minang, kemudian pembacaan ayat suci Al-Qur’an, hingga acara berbalas pantun.
Tradisi Minang yang unik ini diyakini berasal dari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dan diperkirakan telah ada sejak agama Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-7. Oleh karena itu, adab-adab yang ada dalam tradisi ini umumnya didasarkan pada ajaran Islam terutama Hadits.
Beberapa adab dalam tradisi ini antara lain adalah seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya setelah mendahulukan orang yang lebih tua mengambilnya. Ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ditambah sedikit lauk-pauk, nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat.
Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika ada yang tercecer di tangan kiri, harus dipindah ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama.
Tujuan makan dengan cara tersebut agar nasi yang hedak masuk ke mulut bila tercecer tidak jauh dari piring sehingga yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi yang ada dalam piring secara bersama-sama. Selain itu, posisi duduk juga harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara basimpuah atau dalam bahasa Indonesianya bersimpuh bagi yang perempuan dan baselo atau bersila bagi laki-laki. Setelah selesai, tidak ada lagi nasi yang tersisa di piring, dan makanan yang disediakan wajib dihabiskan.
Seperti inilah salah satu dari tradisi makan yang banyak ditemui di Indonesia. Ketika budaya luar memiliki adat istiadat dalam menyantap hidangan, maka negeri Indonesia pun memiliki keragaman yang patut dijaaga. Jika negara lain mempertahankan adat istiadat tersebut sehingga menjadi sebuah keunikan yang dilirik oleh dunia, mengapa kita juga tidak?
Baca juga: Mengenal Keunikan Rumah Adat Jambi yang Memiliki Ukiran Eksotik