Jadi Impian Setiap Perempuan, Kontes Kecantikan Ternyata Pernah Dilarang

Bernas.id – Sonia Fergina Citra asal Bangka Belitung, dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2018, Jumat (9/3). Ia menyandang mahkota kontes kecantikan itu setelah menyingkirkan finalis lain, yaitu Vania Fitryanti asal Banten dan Wilda Octaviana Kalimantan Barat. Menyandang gelar Puteri Indonesia barangkali merupakan impian sebagian besar wanita di Indonesia pada masa kini. Namun, siapa sangka kontes kecantikan yang memiliki sejarah panjang itu pernah juga dilarang.
Sebagaimana diragkum Historia, kontes kecantikan pernah digelar di Indonesia sejak 1935. Ketika itu, sebuah pasar malam di Semarang menghelat Concour Loerik-Kleding yang menampilkan para perempuan mengenakan kain lurik. Acara ini dikecam oleh sejumlah organisasi perempuan karena dianggap tidak sesuai budaya Timur.
Gagasan kontes terus berkembang hingga setelah Indonesia merdeka. Pada 1960, seorang pengusaha Simon Petrus Goni berencana menggelar Miss Indonesia, tetapi batal karena dikecam Presiden Soekarno lantaran dianggap tidak sesuai karakter bangsa. Kontes kecantikan seperti yang digagas Simon itu baru bisa digelar pasca suksesi kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto. Pada 1967, ajang Miss Indonesia yang pertama di Jakarta. Pemenangnya, Slyvia Taliwongso kemudian dikirim mengikuti Miss International di Jepang.
Wacana tentang kontes kecantikan kemvali menghangat pada 1974, ketika Nia Kurnia Ardikoesoema menjadi finalis pertama dalam Miss Universe di Manila, Filipina. Nia dikirim ke ajang tersebut di tengah pro-kontra kontes kecantikan yang terus terjadi di dalam negeri.
Pemerintah bersuara keras menyikapi pro kontra tersebut. Pada 1977, Ibu Negara Tien Soeharto melarang Indonesia berpartisipasi dalam kontes kecantikan Internasional lantaran dianggap tidak sesuai kepribadian bangsa. Kendati demikian, pendukung kontes kecantikan bergeming. Sejumlah nama tetap mengikuti kontes kecantikan di luar negeri secara diam-diam.
Misalnya Abdi Naba Riwayati Basoamier yang mengukuti ajang Miss Universe di Seoul, Korea Selatan pada 1980. Selain itu ada juga Andi Botenri yang dikirim ke ajang Miss World di London, Inggris. Andi bahkan tidak hanya sekali mengikuti ajang tersebut. Ia kembali berlaga pada Miss Universe 1983 yang digelar di Missouri, Amerika Serikat. Pada tahun yang sama, Titi Dwi Jayanti juga mengikuti Miss World di London, Inggris.
Banyaknya perempuan yang mengikuti kontes kecantikan secara diam-diam, membuat pemerintah berang. Pada 1984, pemerintah resmi melarang segala kegiatan kontes kecantikan lewat SK Mendikbud No 237/U/1984.
Namun, hal itu tidak juga menghentikan perkembangan kontes kecantikan di Indonesia. Pada 1990, Mooryati Soedibyo menggagas ajang Puteri Indonesia. Ia mendapatkan inspirasi setela menyaksikan acara Miss Universe di Bangkok. Ajang puteri Indonesia yang pertama digelar pada 1992. Mooryati tidak kehabisan akal supaya ajang yang dihelatnya mendapatkan restu pemerintah. Ia misalnya selalu membawa juara puteri Indonesia menghadap Tien Soeharto untuk meminta dukungan, meski tidak selalu berhasil.