Berita Nasional Terpercaya

10 Arsitektur Rumah Tradisional Jawa yang Kian Langka

0

Bernas.id — Bagi yang belum pernah berkunjung ke kawasan nJeron Beteng Kraton Yogyakarta dalam benaknya pasti terbayangkan perkampungan yang masih banyak berderet rumah-rumah warga yang masih menyisakan bekas-bekas rumah khas berarsitektur jaman dahulu rumah tradisional Jawa yang indah nan asri.

Kenyataannya seiring perubahan jaman, banyak rumah-rumah kuno atau tradasional yang tragisnya malahan berada dekat pusatnya peradaban dan budaya Jawa yaitu Keraton Mataram Ngayogya Hadiningrat atau di kawasan nJeron Beteng, banyak yang telah lupa atau melupakan ciri khasnya bangunan berarsitektur jaman dulu tatkala membuat rumah baru maupun memugar rumah lamanya.

?Beberapa tahun lalu memang banyak warga yang mendirikan rumah baru dengan model bangunan atau arsitektur rumah modern yang sesuai dengan jamannya. Yang disayangkan kalau mendirikan rumah baru itu dengan cara merobohkan rumah lama kategori tradisional yang sejatinya indah dan penuh makna filosofi budaya Jawa. Namun sekarang di wilayah Panembahan ada perkembangan yang cukup mengembirakan, banyak warga yang sudah sadar dengan membangun atau merehab bangunan rumahnya kembali dengan menampakan asitektur aslinya tradisional Jawa,? papar Lurah Panembahan Purnama, SE, kepada Bernas.id, Jumat (13/07/2018), di Kantor Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta.

Semantara dalam karangannya, Sastra Amidjaja di Majalah Jawa terbitan Java Institut bulan Desember 1923, yang dilansir ulang Hermanu pada bukunya Seni Awang-awang Arsitektur Jawa Lama, Terbitan Bentara Budaya Yogyakarta Bulan Mei 2004, menjelaskan, ada 10 macam bentuk rumah tradisional Jawa, yang kini keberadaannya semakin mengkhawatirkan apabila tidak ada upaya melestarikan.

1. Rumah Joglo, rumah Joglo juga disebut rumah Tikelan. Disebut demikian karena atap rumah itu seakan-akan tikel/ patah menjadi tiga bagian. Bagian yang teratas itulah yang bernama Joglo atau Brunjung yang ditopang oleh empat batang tiang utama yang juga disebut Saka Guru. Dibanding dengan tiang-tiang lainnya, Saka Guru berukuran lebih panjang dan lebih besar, didirikan di atas landasan dari batu yang disebutnya Ompak.

Jumlah tiang pada rumah Joglo jumlah keseluruhan ada 36 buah, terdiri dari, 4 batang saka guru, 12 saka penanggap dan 20 saka rawa. Lantai yang dibatasi dengan saka penanggap lebih tinggi daripada lantai bagian yang mengitarinya.

2. Rumah Limasan, rumah ini berbentuk dengan atap limas yang terdiri dua empyak (atap) besar serong dan dua empyak kecil segitiga.

3. Rumah Sinom, rumah sinom adalah rumah bentuk limasan dengan tambahan emperan di sekitarnya.

4. Rumah Kampung, adalah bentuk rumah yang dibangun oleh kebanyakan warga dengan bentuk terdiri atas dua empyak/ atap besar dan kedua ujungnya ditutup dengan dinding terkadang berventilasi, yang sering disebut Tutup Keong.

5. Rumah Dara Gepak, adalah sama seperti rumah kampung namun ditambah emperan di sekitarnya.

6. Rumah Klabang Nyander, rumah bentuk ini sama dengan bentuk rumah limasan, yang membedakan hanya hadapan rumahnya diputar balik 45derajat atau bentangan lebar rumah menjadi muka rumah.

7. Rumah Srotongan, bentuk rumah sama dengan rumah kampung dan ditambah dua emperan.

8. Rumah Kutuk Ngambang, Kutuk adalah sejenis ikan tawar. Jadi bentuk rumah ini seperti bentuk rumah kampung tetapi lebih memanjang.

9. Rumah Tajug, bentuk atapnya seperti piramida. Biasanya rumah yang berbentuk tajug ini adalah Langgar (rumah ibadah), cungkup rumah untuk makam, dan sebagainya.

10. Rumah Panggang Pepe (Gedang Selirang), rumah ini hanya memiliki satu empyak/ atap saja seperti bentuk sesisir pisang dan biasanya dibangun di lahan yang terbatas dan berhimpit dengan dinding rumah sebelahnya. (ted)

Leave A Reply

Your email address will not be published.