Berita Nasional Terpercaya

Perjalanan Kaprodi Arsitektur UNMAHA Raih Beasiswa di Inggris

0

BERNAS.ID – Universitas di Inggris memang menjadi idaman banyak pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi. Bahkan, Inggris menjadi negara yang memiliki banyak mahasiswa internasional setelah Amerika Serikat. 

Setiap kali ada pemeringkatan perguruan tinggi terbaik dunia, Universitas di Inggris juga tak pernah absen dari 25 daftar universitas terbaik dunia.

Melanjutkan studi perguruan tinggi di Inggris memang banyak keuntungannya. Kita bisa belajar budaya baru, mendapatkan berbagai kemudahan dalam proses studi, keamanan lebih terjamin, juga merasakan pengalaman belajar dengan sistem terbaik.

Hal itu pula yang dirasakan oleh Muhammad Fuad Al Huda. Pria yang kini menjabat sebagai ketua Program Studi Arsitektur di Universitas Mahakarya ini berhasil mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu mahasiswa universitas di Inggris melalui program beasiswa LPDP yang menjadi idaman banyak orang.

Bermula LPDP

Pria yang akrab disapa Fuad ini menceritakan pengalamannya selama berkuliah di University of Sheffield, United Kingdom. Sebagai informasi, University of Sheffield merupakan salah satu dari kampus terbaik di Eropa dan masuk dalam daftar universitas terbaik di dunia versi QS World ranking University 2021.

Karena reputasi University of Sheffield yang baik itulah, Fuad pun tertarik untuk melanjutkan studi di kampus terbaik dunia tersebut. Peluang belajar di kampus Inggris tersebut semakin terbuka lebar sejak ia mendapatkan informasi mengenai pendaftaran beasiswa LPDP.

Terinspirasi dari jejak sang istri yang juga seorang awardee LPDP, Fuad pun membulatkan tekad untuk mencoba mendapatkan beasiswa idaman banyak pelajar Indonesia itu.

“Awalnya, saya dapat kabar tentang LPDP itu dari istri saya yang kebetulan awardee LPDP juga. Dari situ, saya kemudian menyiapkan segala keperluan untuk mendaftar beasiswa. Tak disangka, ternyata saya lolos seleksi tahap pertama dan kemudian berlanjut ke tahap berikutnya,” ucapnya.

Fuad juga bercerita melanjutkan studi ke luar negeri bukanlah keinginan awalnya. Namun melihat peluang beasiswa tersebut, ia juga tak ingin menyia-nyiakannya.

“Setelah lolos seleksi administrasi itu, saya kemudian lanjut ke tahap wawancara dengan para profesor dan focus group discussion.” Ucapnya.

Setelah lolos ketiga tahapan dari LPDP, pria lulusan Universitas Islam Indonesia tersebut masih belum menemukan kampus untuk melanjutkan studinya.

Setelah melakukan riset tentang reputasi universitas terbaik dunia, ia pun menjatuhkan pilihannya pada University of Sheffield.

Baca juga: Ingin Kuliah di Inggris dan AS, Simak 4 Tips Berikut

Meski belum mendapatkan kampus tujuan, Fuad memang sudah menargetkan diri untuk melanjutkan studi di kampus yang ada di Inggris, salah satunya University of Sheffield.

Fuad juga menjatuhkan pilihannya pada program studi Urban Desain. Menurutnya, jurusan tersebut juga sejalan dengan latar belakang pendidikan sebelumnya sekaligus membuatnya memiliki output yang lebih luas setelah lulus kuliah nanti.

Output kuliah di jurusan urban design itu sangat beragam. Kita nggak Cuma belajar soal desain arsitektur tetapi juga bisa belajar tentang kebijakan tatanan kota,” ucapnya.

Dengan belajar urban design, Fuad mengaku bisa memiliki sudut pandang yang lebih luas dan sesuai dengan program studi yang ia ambil semasa mengambil gelar sarjana.

Terinspirasi dari Ridwan Kamil

Fuad mengaku tertarik memperdalam ilmu arsitektur karena terinspirasi dari beberapa tokoh yang sering tampil di media massa.

“Ketika saya melihat televisi, banyak sekali tokoh-tokoh dengan latar belakang pendidikan arsitektur punya track record yang baik di media. Dari situ saya merasa ‘kok keren, yah, kuliah arsitektur’,” ungkap Fuad.

Fuad juga mengakui bahwa sosok Ridwan Kamil adalah tokoh yang membuatnya semakin yakin untuk memperdalam ilmu arsitektur dengan mengambil jurusan urban planning.

“Pak Ridwan Kamil kan juga lulusan urban planning. Melihat sosok dia yang kharismatik, saya juga tertarik untuk mengikuti jejak dia,” tambah dia.

Dengan ilmu yang dimilikinya itu, Fuad juga berharap bisa memberikan sumbangan besar bagi tatanan wilayah di Indonesia.

Hal tersebut juga ia buktikan dengan mengabdikan diri di Universitas Mahakarya Asia (UNMAHA).

“Setelah lulus, saya memang ingin berbagi ilmu arsitektur ke generasi berikutnya karena itu saya juga berminat menjadi dosen agar ilmu yang saya dapatkan semasa kuliah ini bisa disalurkan ke generasi muda,” ucap dia.

Suka duka di Inggris

Menjalani masa studi di negara yang benar-benar berbeda dengan Indonesia tentu bukan hal yang mudah, begitu pula yang dirasakan oleh Fuad.

Perbedaan zona waktu juga membuatnya sempat menjalani jet lag selama minggu-minggu awal berada di Inggris.

“Minggu pertama di Inggris itu saya sempat mengalami jet lag harus menyesuaikan jam tidur. Orang-orang pada tidur saya malah nggak bisa tidur. Saat orang lain beraktivitas, saya malah tidur. Hal itu sempat dialami selama seminggu penuh,” ungkapnya

Proses adaptasi  yang membutuhkan kekuatan fisik dan mental juga harus dilalui oleh flFuad selama menjalani studi di Inggris.

“Kuliah di luar negeri itu ada dua komponen yang kita jalani, yaitu hidup di dalam kampus dan di luar kampus. Ternyata, bahasa Inggris yang kita gunakan di dalam kampus itu berbeda dengan di luar kampus,” ucap Fuad.

Fuad bercerita, bahasa Inggris yang digunakan selama berada di luar kampus tidak perlu menggunakan bahasa formal.

Karena itu, ia juga perlu memilah kosa kata yang harus digunakan ketika berinteraksi dengan orang lain di luar kampus, termasuk apa saja yang bisa digunakan di dalam lingkungan perkuliahan.

Selain itu, Fuad juga harus mengerahkan seluruh kekuatan fisik dan mentalnya untuk menyelesaikan masa studinya, salah satunya dengan menghabiskan waktu di kampus selama sehari penuh.

Baca juga: Jadi Salah Satu Negara Favorit, Ini Daftar Beasiswa Program Sarjana dan Pascasarjana di Kanada

Menurut Fuad, selama menjalani kegiatan di kampus dirinya juga perlu banyak bergaul karena hal tersebut juga sangat menunjang keberhasilannya dalam menyelesaikan studi.

“Saat kuliah, hidup kita itu benar-benar tersita di kampus. Saya sering pulang jam 3 pagi hanya untuk mengerjakan tugas. Untungnya, fasilitas perpustakaan di Inggris itu buka 24 jam. Sistem keamanan disana juga sangat baik. Jadi, pulang jam berapa pun nggak perlu takut,” tambahnya.

Fuad juga pernah mengalami jatuh sakit hingga ia harus mendapatkan perawatan intensif saat menjalani masa studinya. Meskipun sedang berada di dalam perawatan intensif, ia tetap harus berjibaku dengan tugas-tugas perkuliahannya.

“Waktu itu sempat sakit tipes juga mungkin karena faktor kelelahan. Saat di rawat di rumah sakit pun, saya harus bawa buku dan laptop buat mengerjakan tugas kuliah. Untuk fasilitas di sana sangat mendukung,” ucapnya.

Berkarier di UNMAHA

Berkarier sebagai dosen di Universitas Mahakarya Asia (UNMAHA)  merupakan pilihan Fuad setelah menuntut ilmu di Inggris. Menurutnya sistem pembelajaran di UNMAHA juga mirip dengan sistem pembelajaran di Inggris.

“Kurikulum di Inggris itu mirip dengan Indonesia, ada teori dan praktek. Namun, sistem pembelajaran di Inggris itu menuntut mahasiswa lebih aktif. Jadi, kita dituntut untuk lebih banyak praktek di lapangan,” ucapnya.

Selama  mengajar di UNHAMA, Fuad juga menerapkan apa yang didapatkannya selama berkuliah di Inggris. Dengan begitu, pengalaman mahasiswa selama berkuliah di UNMAHA akan serupa dengan pengalaman belajar di Inggris.

“Jadi, saya punya rekaman khusus selama kuliah di Inggris lalu saya pilah-pilah mana yang cocok dengan budaya Indonesia, lalu saya praktikan selama mengajar. Jadi, kuliah di UNMAHA ini experience-nya sama dengan kuliah di Inggris,” tambahnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.