Perempuan Pemberdaya Ekonomi Keluarga: dari Peran Aktivitas Domestik ke Peran Aktivitas Bisnis

Perempuan Pemberdaya Ekonomi Keluarga: dari Peran Aktivitas Domestik ke Peran Aktivitas Bisnis
Jejak perjalanan terekam di rubrik tokoh remaja ini dipersembahkan kepada para remaja. Remaja saat ini dapat memilih jalan ketokohan di bidang apapun yang menjadi passion dalam perjalanannya ke depan. Selamat membaca dan mendapat inspirasi mengatur jalan ketokohan sebagai remaja. Anda pasti bisa bila mau menggali kemampuan karunia Tuhan yang masih tersembunyi dalam diri anda.
Dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat agar dapat terus menjaga perekonomian. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membangun energi positif dari berbagai sisi kehidupan. Pada kesempatan kali ini, salah satu sosok inspirasi bagi remaja yang bersinergi dengan masyarakat, mengenai pemberdayaan kaum perempuan, adalah Prof. Ambar Pertiwiningrum.
Prof. Ambar Pertiwiningrum, seorang Guru Besar di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Beliau menempuh pendidikan S-1 di Fakultas Peternakan UGM pada tahun 1985, kemudian melanjutkan studi S-2 di Bioteknologi UGM pada tahun 1995, setelah itu melanjutkan S-3 di Universitas Gifu-Jepang pada tahun 2004. Saat ini Prof. Ambar aktif mengajar di UGM, mata kuliah yang diampu mengenai penanganan limbah baik teori maupun praktiknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh ketertarikannya terhadap pengelolaan limbah yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis.
Berkaitan dengan bidang yang digelutinya, Prof. Ambar melakukan pendampingan bagi kaum perempuan, istri peternak di sebuah desa di Jawa Timur. Para ibu rumah tangga yang biasanya hanya melakukan kegiatan domestik tersebut diberdayakan sehingga dapat ikut membantu perekonomian keluarga terlebih di masa pandemi seperti saat ini.
Baca juga : LPDP dan Kemendikbud Ristek Berikan Beasiswa Khusus Vokasi Lewat Kampus Merdeka
“Kegiatan domestik erat kaitannya dengan perempuan. Perempuan selalu diasosiasikan dengan pekerjaan rumah tangga dan dinilai tidak bisa berkontribusi aktif dalam pemenuhan ekonomi keluarga. Perempuan dianggap tidak mampu memimpin dalam suatu pekerjaan karena dianggap sebagai makhluk yang terlalu menggunakan perasaan dalam pengambilan keputusan. Inilah perspektif perempuan yang selama ini melekat dalam masyarakat. Peran perempuan secara tradisional masih dialamatkan pada kegiatan non-ekonomi, yaitu peran perempuan sebagai pengasuh anak dan mengurus rumah tangga, namun kenyataannya terdapat variasi pilihan peran perempuan saat ini misalnya, peran wanita dibidang ekonomi yang makin besar.”
Kiprah perempuan sebagai penggerak ekonomi rumah tangga mulai menunjukkan eksistensinya. Jika sebelumnya kesempatan kerja kaum perempuan sangat minim dan banyak yang berstatus sebagai istri atau ibu rumah tangga. Namun, saat ini perempuan bisa memberdayakan diri secara produktif untuk mendukung kemandirian dan produktivitas ekonomi keluarga. Seperti yang terjadi di Desa Tahunan, Kabupaten Pacitan. Desa yang didampingi selama empat tahun terakhir ini oleh Prof. Ambar.
“Desa Tahunan merupakan salah satu desa di Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, terletak di dataran tinggi yang udaranya sejuk sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani ataupun peternak terutama peternakan sapi perah. Menurut data dari Kabupaten Pacitan, Desa Tahunan setiap hari mampu memproduksi 159 liter susu per hari. Kondisi peternakan sapi perah yang dikelola secara bersama menjadi salah satu daya dukung ekonomi masyarakat Desa Tahunan. Dalam perspektif gender, kegiatan peternakan sapi perah di Desa Tahunan selama ini didominasi oleh kaum pria. Namun kenyataannya perempuan-perempuan istri peternak sapi perah ini, memiliki energi potensi untuk memberdayakan diri. Melihat potensi tersebut diyakini bahwa peran besar perempuan dalam aktivitas ekonomi rumah tangga dapat diwujudkan,” ungkapnya.
Prof. Ambar merekat kolaborasi mulai dengan akademisi Dinas Pertanian dan Koperasi Kabupaten Pacitan, serta SMK Pertanian yang ada di Pacitan. Dimantapkanlah pembelajaran Laboratorium Edukasi Tani (LARETA) yang sudah dikenalkan di SMK-SMK Pertanian. Tatanan kehidupan masyarakat tidak diubah, namun makin diberdayakan, khususnya kaum perempuan di Desa Tahunan. Pada era pandemi Covid-19 ini perempuan memiliki tantangan tersendiri, perempuan harus bisa menjadi garda depan dalam upaya pengendalian Covid-19 di lingkup keluarga baik terkait pola hidup bersih dan sehat ataupun membantu ekonomi keluarga karena terdampak Covid-19. Pemilihan target pada perempuan juga didasarkan pada hasil riset terdahulu. Ditemukan bahwa Desa Tahunan memiliki potensi pemberdayaan perempuan dalam menghidupkan lokomotif ekonomi rumah tangga. Berbagai isu gender dalam sektor peternakan yang diangkat diantaranya adalah, akses dan kontrol ternak serta peran dan tanggung jawab pengambilan keputusan dalam produksi hingga pemasaran peternakan. Kenyataan ketimpangan pengetahuan mengenai penyakit, pakan, dan manfaat ternak itu sendiri, dan ketimpangan dalam memperoleh jasa dalam sektor peternakan wajib diperbaiki.
Prof. Ambar dan tim melalui Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) Universitas Gadjah Mada dan beberapa bantuan berbagai pihak mendampingi perempuan istri peternak sapi perah Desa Tahunan Pacitan berhasil memberdayakan peran perempuan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan istri peternak bahwa setiap ekor sapi mampu memproduksi 15–30 liter susu/hari. Permulaan yang baik namun pendapatan belum cukup baik. Melihat kondisi ini perlu adanya usaha peningkatan nilai tambah dari usaha peternakan sapi perah. Usaha diperlukan adalah melibatkan ibu-ibu peternak sebagai lokomotif penggerak ekonomi rumah tangga membantu kepala keluarga. Dilakukan intervensi teknologi pengolahan produk olahan susu dan empon-empon dengan pembuatan susu pasteurisasi dan kefir.
Baca juga : Yusuf Mansur Berikan Beasiswa Kuliah S1 Gratis di UNMAHA
Salah satu inovasi pengolahan susu yang coba diimplementasikan adalah susu jamu (ZUMU). ZUMU menjadi produk susu khas di Desa Tahunan, menggabungkan susu pasteurisasi dengan empon-empon yang melimpah di Desa Tahunan seperti jahe merah dan kunir. Selain itu ada MIYU susu fermentasi yang kaya akan probiotik. Keberadaan ZUMU dan MIYU juga memiliki nilai tambah apalagi di masa pandemi Covid-19 sebagai minuman bergizi dan meningkatkan imunitas tubuh. Intervensi teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi susu sapi. Selanjutnya dilakukan edukasi kepada kaum perempuan tentang peternakan sehat sehingga dapat menghasilkan susu berkualitas dan pengolahan limbah agar menjadi produk bernilai jual tinggi melalui budidaya jamur dan kompos. Dilakukan juga edukasi kepada kaum perempuan di Desa Tahunan tentang pentingnya memberdayakan diri dalam menciptakan ekonomi peternakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Jika pada tahun 2018–2020 berfokus pada penciptaan produk bernilai ekonomi tinggi dari produk olahan susu sapi (susu pasteurisasi dan susu fermentasi) maka pada tahun 2021 berfokus pada penguatan jejaring kerja sama dalam pemasaran produk dan kelembagaan pemberdayaan perempuan.
“Diharapkan pada masa mendatang bisa membuahkan hasil yang berkelanjutan untuk menopang ekonomi lokal di Desa Tahunan. Pemberdayaan perempuan istri peternak juga menggerakkan kembali ekonomi desa yang sempat lesu sebagai akibat pandemi Covid-19. Diharapkan juga di masa mendatang peran perempuan di sektor ekonomi lebih di kedepankan dengan melibatkan kaum perempuan dalam sektor usaha, tidak hanya bekerja di sektor domestik saja. Tentunya dengan mengintegrasikan sumber daya alam lokal dan manusia yang potensial dan jejaring kerja sama multipihak. Dengan demikian kesejahteraan keluarga dan ekonomi lokal desa dapat diwujudkan. Semoga para remaja banyak yang tertarik untuk menjadi tokoh pemberdayaan perempuan,” ucap Prof. Ambar.
Sampai jumpa lagi suatu saat di masa Indonesia Modern dengan rakyat cerdas merata, sehat jiwa raga, dan sejahtera serta berbahagia. (Intan Auvia reporter dan suka mempelajari channel YouTube Sudjarwadi Ugm, Whatsapp : +62 858-7768-1197).