Kisah Pengemis Tua dan Makna Potensi Diri
Cerita berikut oleh seorang yang telah menjalani pasang surut kehidupan. Cerita menarik untuk direnungkan agar setiap pembaca remaja makin memahami makna potensi diri, makin lancar mencapai sukses masa depannya.
Hidup memang tidak bisa disangka. Sering penuh kejutan!
Tidak ada yang menyangka akan hadirnya pandemi Covid-19. Saya juga tak mengira bisa hadir di media online yang hebat ini untuk menyapa kamu. Kamu pun mungkin juga tak pernah mengira bisa seperti sekarang ini.
Bahkan Presiden pun, mungkin dulunya tak pernah mengira atau dikira bakal menjadi presiden. Bayangin kalau orang sudah tahu bahwa beliau bakal jadi presiden. Tentu sejak beliau remaja banyak orang yang ingin kenalan. Demikian juga orang-orang tenar lainnya, mungkin dulunya tak pernah mengira akan menjadi bintang di kemudian hari. Semua orang mungkin begitu.
Karena hidup tak bisa disangka, maka semua serba mungkin. Karena semua serba mungkin, maka semua punya kesempatan yang sama. Karena semua punya kesempatan yang sama, maka yang akan mendapatkan hanya orang yang mempedulikan hidupnya dan paham bahwa dirinya bisa menjadi seperti itu.
Bagaimana dengan kamu?
Apakah kamu peduli dengan hidupmu?
Apakah kamu mengenali siapa dirimu?
Tidak ada orang yang sama di dunia ini. Masing-masing memiliki keunikan dan kelebihan. Dengan keunikan dan kelebihan itu orang bisa menawarkan dan berbagi dengan yang lain. Apakah kamu mengenali keunikan dan kelebihan yang ada pada dirimu?
Mungkin kamu pernah membaca atau mendengar kisah seorang pengemis tua di pinggiran kota Bagdad yang banyak diceritakan para sufi. Kala itu Bagdad adalah kota kosmopolitan, tempat orang berdagang dan berwisata dari segala penjuru.
Dikisahkan, di pojok pinggiran jalan utama kota Bagdad ada seorang pengemis tua. Seperti biasa, dia duduk di tempat yang sama dari pagi hingga sore mengharapkan uluran kepingan dinar dari orang-orang yang lalu lalang. Bertahun-tahun pekerjaan sebagai pengemis dia jalani dan nasibnya tetap tidak berubah.
Suatu hari, lewatlah seorang pelancong yang setelah memberikan sekeping dinar, lantas pandangannya terpikat pada kotak tua lusuh yang diduduki si pengemis tersebut.
“Kalau boleh tahu, apakah kotakmu itu tempat menyimpan dinar yang kau peroleh?”, tanya si pelancong sedikit penasaran.
“Ini hanya tempatku duduk dikala siang dan sandaran tidur dikala malam hari. Tidak pernah aku membukanya”.
“Bagaimana kalau kali ini kamu buka?”, pinta pelancong.
“Untuk apa? Sia-sia saja, tidak ada isinya. Ini hanya kotak bekas yang aku temukan di tumpukan rongsokan di bekas gudang.”
“Bagaimana kamu tahu tidak ada sisinya, jika belum pernah dibuka?”.
“Aku yakin, karena sudah puluhan tahun kotak ini bersamaku”.
“Begini saja, aku beri kamu tambahan dua dinar lalu kotakmu kita buka bersama. Bagaimana?”.
Negosiasi si pelancong membuahkan hasil. Akhirnya kotak itu dibuka bersama. Mereka terkejut dan terbelalak setelah kotak terbuka. Ada berlian di dalamnya. Sesuatu yang tidak pernah disangka sama sekali. Akhirnya harta karun itu dibagi berdua.
Apa pesan moralnya? Tuhan telah menghadiahkan keunikan dan berlian kepada si pengemis untuk modal hidup. Namun dia tidak menyadari, tidak tahu, atau bahkan memilih untuk tidak mau tahu sehingga hidupnya penuh kekurangan.
Si pengemis itu sebenarnya adalah kita semua. Sampai usia sekarang ini, mungkin kita tidak tahu bahwa dalam diri kita ada kotak harta karun yang kita bawa kesana kemari sejak lahir. Bisa jadi sampai sekarang kita belum pernah menggunakannya untuk modal perjalanan hidup.
Karena itu, kenali potensi dirimu! Unboxing your wealth! Itulah mantra pertama untuk sukses menjalani kehidupan. Caranya? Lewat banyak belajar dan mencoba.
Mungkin kamu punya berlian untuk menjadi seniman atau artis kondang – namun kamu mungkin belum mengetahuinya sampai kamu mencoba melukis atau memainkan alat musik atau bernyanyi saat belajar seni.
Mungkin kamu punya harta karun untuk menjadi ahli komputer – namun kamu mungkin belum mengetahuinya sampai kamu mencoba merakit berbagai komponen elektronik saat belajar fisika.
Jika yang kamu lakukan menumbuhkan rasa senang, gairah dan energi yang luar biasa yang membuat kamu tidak capek dan bosan untuk mengerjakannya, itulah mungkin berlianmu. Itulah mungkin siapa dirimu, bakatmu, dan mungkin passion-mu.
Baca juga: Kisah Julius Widiantoro, Anak Desa yang Menjelma Jadi Brand Strategist Merek Kenamaan
Harta karun baru sebatas modal. Si pengemis tentu punya tanggungjawab mendesain misi hidupnya, proaktif menggunakan modal tersebut untuk menghasilkan karya yang manfaat bagi dirinya dan orang lain. Demikian juga kamu.
Berdirilah di depan kaca cermin. Kenalilah siapa sosok yang ada di cermin itu. Berdialoglah dengan dia.
Berlian itu ada dalam dirimu. Kamulah yang akan bertanggung jawab atas hidupmu. Tidak ada yang bisa mengubah takdirmu selain dirimu. Masa depanmu ada di tanganmu. Kamu adalah apa yang kamu perbuat untuk dirimu.
Desain dan wujudkan misi hidupmu. Desainlah pendidikanmu dan berusahalah untuk terus naik ke atas mencapai setiap jenjang tangganya.
Apa pun yang ingin kamu lakukan untuk hidup kamu, selalu diperlukan pendidikan untuk mewujudkannya. Kamu ingin mengasah harta karun berlianmu sebagai seniman, dokter, guru, arsitek, atau profesi lainnya? Kamu butuh pendidikan yang baik untuk setiap karir tersebut.
Tidak mesti harus lewat pendidikan formal, namun bisa nonformal atau informal.
Pendidikanlah yang punya dampak besar terhadap kesuksesanmu dalam hidup. Semakin jauh yang kamu pelajari dan praktikkan, semakin bersinar berlian dalam dirimu, semakin banyak peluang dalam karir kehidupanmu. Teruslah belajar, percayalah!
“Orang yang buta huruf di abad ke-21 bukanlah yang tidak bisa membaca dan menulis, namun orang yang tidak bisa belajar untuk terus belajar”, demikian kata Alvin Toffler.
Sekarang adalah tahun ajaran baru 2021/2022. Pelajaran baru, guru baru, dan teman baru. Mungkin di antara kamu ada yang sedikit ketinggalan dan perlu penyesuaian.
Be proactive dalam mewujudkan misi hidupmu.
Jangan merasa putus asa. Jangan biarkan orang lain dan lingkungan menghambat kesuksesanmu. Jangan menyerah jika kamu belum berhasil pada kesempatan pertama. Coba lagi, dan belajarlah dari kesalahanmu. Jangan merasa minder jika temanmu lebih baik. Banggalah pada mereka, ambil pelajaran dari kebiasaan baik yang mereka lakukan.
Baca juga: Kelik Pelipur Lara, Melawak Sejak SD hingga Sukses Jadi Wakil Presiden Republik BBM
Orang-orang yang paling sukses di dunia biasanya adalah yang paling banyak gagal sebelumnya. J.K. Rowling, sang penulis buku Harry Potter, mengungkapkan bahwa buku Harry Potter pertamanya ditolak hingga 12 kali oleh penerbit sebelum akhirnya diterbitkan dan menjadi best seller dunia. Michael Jordan, sang legenda bola basket, pernah dikeluarkan dari tim basket SMA-nya. Dia pernah gagal ikut ratusan pertandingan dan gagal memasukkan ribuan tembakan bola selama karirnya. Namun dia mengatakan, “Saya telah gagal berulang kali dalam hidup saya, dan itulah mengapa saya berhasil”.
J.K. Rowling dan Michael Jordan tidak pernah menyerah karena tahu bahwa dalam dirinya ada keunikan dan berlian sebagai penulis dan pebasket yang harus terus diasah.
Mereka mengasah diri, berangkat dari diri sendiri, untuk bisa mengubah dunia.
Mungkin kamu pernah mendengar atau membaca tulisan uskup agung Anglikan yang inspiratif itu:
“Ketika masih muda, penuh kebebasan dan punya imajinasi tanpa batas, aku memimpikan bisa mengubah dunia. Namun ketika beranjak semakin tua, aku meyadari bahwa dunia tidak berubah. Kuputuskan untuk mempersempit sedikit, dan hanya ingin mengubah negaraku. Tapi itu juga tampaknya tak berhasil. Saat aku memasuki usia senja, dalam suasana putus asa, aku berusaha untuk mengubah hanya keluargaku saja karena mereka yang paling dekat denganku. Namun sayang, mereka juga tidak bisa berubah. Sekarang ini aku berbaring di ranjang kematianku dan baru menyadari bahwa jika seandainya dulu aku mulai dengan mengubah diriku terlebih dahulu, lalu dengan keteladananku bisa memengaruhi keluarga, dan dengan dorongan mereka aku mungkin bisa membaikkan negaraku, dan siapa tahu setelah itu bisa mengubah dunia.”
Jadi, mulailah memahami potensi dirimu, desain misi hidupmu, jalani dengan banyak belajar dan mencoba, be proactive, dan mulailah dari membaikkan diri sendiri.
Hidup memang tak bisa disangka: mungkin saja kelak kamu bisa mengubah dunia.
Semoga.
Nah, betul kan ?
Cerita tentang pengemis tua ini dituturkan oleh Dr.Ananto Staf Ahli menteri yang mengurus pendidikan, masa bakti 2015-2020 dan sekarang masih menjabat Koordinator Nasional ESD (Education for Sustainable Development), Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO.
Sampai jumpa lagi suatu saat di masa Indonesia Modern dengan rakyat cerdas merata, sehat jiwa raga, dan sejahtera serta berbahagia. (Intan Auvia reporter dan suka mempelajari channel YouTube Sudjarwadi Ugm, Whatsapp : +62 858-7768-1197).