Berita Nasional Terpercaya

Hipnosis: Definisi, Sejarah, Cara Kerja, dan Manfaat bagi Kesehatan

BERNAS.ID – Ketika Bernas.id berbincang dengan Pakar dan Instruktur Hipnosis sekaligus Ketua Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) Avifi Arka mengungkapkan cita-cita besar dari para praktisi hipnoterapi.

Mereka ingin memberikan pemahaman masyarakat tentang hipnosis dan bahkan menjadikannya sebagai profesi. Selama ini, hipnotis kerap menjadi kambing hitam dalam berbagai tindak kriminal.

Padahal, menurut Avifi, hipnotis punya manfaat baik dalam mengatasi kecemasan, ketakutan, dan kecanduan. Saat ini, PKHI bahkan tengah menggelar layanan hipnoterapi gratis bagi pecandu gadget di seluruh Tanah Air, khususnya anak-anak, secara gratis.

Baca Juga: PKHI Gelar Layanan Hipnoterapi Gratis bagi Anak Kecanduan Gadget dan Game

Berbicara hipnosis dan hipnotis, masyarakat tak jarang sulit memahami keduanya atau bahkan mengira keduanya merupakan hal berbeda. Tapi sebenarnya apa itu hipnotis dan bagaimana sejarahnya?

Definisi

Hipnotis atau hipnosis? Dalam bahasa Inggris, disebut dengan hipnosis. Mengutip dari situs American Psychological Association (APA), hipnosis adalah teknik terapi di mana sang terapis memberikan sugesti kepada individu agar menjadi lebih rileks dan memfokuskan pikiran mereka.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hipnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali.

Masih dari KBBI, hipnotis adalah dalam keadaan hipnosis; berhubungan dengan hipnosis. Avifi mengatakan hipnotis dan hipnosis merupakan ilmu yang sama. Namun, masyarakat Indonesia lebih sering menyebut hipnotis.

“Maknanya sama. Kalau bahasa Inggris disebut hypnosis, bahasa Indonesia lebih ke hipnotis, bahasa Malaysia disebut ilmu pukau melayu, kalau orang Jawa menyebutnya gendam,” jelasnya.

“Prinsipnya secara keilmuan sama, kita antar seseorang ke gelombang otak tertentu,” imbuhnya.

APA menyebutkan meski hipnosis telah menjadi kontroversi, tapi sebagian tenaga klinik telah sepakat hipnosis bisa menjadi teknik terapi yang kuat dan efektif untuk berbagai kondisi. Berbagai kondisi itu seperti kesakitan, kecemasan, dan gangguan suasana hati.

Hipnosis juga dapat membantu orang mengubah kebiasaan mereka, seperti berhenti merokok, fobia ketinggian, kecanduan game, dan sebagainya. Lalu, mengapa hipnotis masih sering mendapat stigma dari masyarakat?

“Kalau kita runut, yang memperkenalkan hipnotis ke masyarakat itu kurang utuh menyampaikannya, atau takut menyebut itu (hipnotis/hipnosis), sehingga masyarakat menilainya masih buruk,” katanya.

Hipnosis memiliki sejarah panjang hingga akhirnya digunakan sebagai salah satu metode terapi dalam menyembuhkan pasien.

Sejarah

Mengutip Encyclopædia Britannica, sejarah hipnosis sama kunonya dengan ilmu sihir dan ilmu pengobatan. Namun, sejarah ilmiahnya dapat ditelusuri pada akhir abad ke-18. Seorang dokter asal Jerman bernama Franz Mesmer menggunakan hipnosis untuk mengobati pasiennya di Wina dan Paris.

Namun, ia membuat kesalahan karena meyakini hipnotis sebagai ilmu klenik yang mengalir melalui si penghipnotis ke subjeknya. Dari situ, ia justru kehilangan kepercayaan dan didiskreditkan.

Metode yang ia gunakan itu kemudian dikenal sebagai mesmerisme, sesuai dengan nama belakangnya. Memerisme dikenal sebagai teknik terapi hipnotis tertua yang pernah ada. Namun, apa yang dilakukan oleh Mesmer itu malah menarik minat praktisi medis.

Sejumlah dokter terus memanfaatkan teknik tersebut tanpa sepenuhnya paham. Sampai pada pertengahan abad ke-19, seorang dokter asal Inggris bernama James Braid mempelajari fenomena tersebut. Kemudian, ia mencetuskan hipnotisme dan hipnosis, yang diambil dari nama dewa tidur Yunani, Hypnos.

Baca Juga: Kisah Avifi Arka Perjuangkan Hipnotis sebagai Profesi Mulia dan Memberi Manfaat Positif

Pada 1880-an, minat ilmiah terhadap hipnosis semakin meluas. Seorang dokter asal Perancis Ambroise-Auguste Liébeault menggunakan teknik mesmerisme itu untuk mengobati pasien. Ia memperoleh dukungan dari seorang profesor kedokteran di Strasbourg, Hippolyte Bernheim.

Secara mandiri, keduanya menulis bahwa hipnosis tidak melibatkan kekuatan fisik dan tidak ada proses fisiologis, namun merupakan kombinasi tanggapan psikologis yang dimediasi dengan sugesti.

Selama berkunjung ke Prancis pada waktu yang hampir bersamaan, seorang dokter asal Austria Sigmund Freud terkesan dengan terapi hipnosis untuk gangguan neurotik atau ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Balik ke Wina, Freud menggunakan hipnosis untuk membantu neurotik mengingat kembali peristiwa mengganggu yang telah dilupakan oleh para pasien. Ia terus mengembangkan sistem psikoanalisisnya.

Namun, pertimbangan teoritis dan kesulitannya untuk menghipnotis beberapa pasien, membuat Freud meninggalkan hipnosis. Terlepas dari apa yang dilakukan Freud dan penolakan terhadap hipnosis, beberapa penggunaan teknik ini dipakai dalam pengobatan psikoanalisis bagi tentara yang mengalami neurosis selama Perang Dunia I dan II.

Penggunaan hipnosis kemudian diizinkan dalam lingkup terbatas dalam pengobatan. Namun, banyak peneliti yang telah mengajukan teori berbeda tentang apa dan bagaimana hipnosis dapat dipahami.

Cara Kerja Hipnotis

Apa yang terjadi ketika pasien mendapatkan terapi hipnosis? Dilansir dari Healthline, terapis yang terlatih biasanya akan menstimulasi pasien dalam keadaan konsentrasi yang intens atau perhatiannya terfokus.

Keadaan seperti itu biasanya dipandu dengan isyarat verbal dan pengulangan. Situasi ini mungkin membuat pasien tampak seperti tidur, tapi masih sepenuhnya menyadari apa yang terjadi.

Kemudian, terapis akan memberikan sugesti yang dirancang untuk membantu pasien mencapai tujuannya. Karena si pasien dalam kondisi fokus yang tinggi, maka ia lebih terbuka terhadap saran, yang apabila pada kondisi normal justru diabaikan. Ketika sesi selesai, terapis akan membangunkan pasien.

Lalu, apa yang terjadi pada otak ketika seseorang selama hipnosis? 

Peneliti di Harvard University mempelajari otak 57 orang selama sesi terapi hipnosis. Mereka menemukan dua hal:

  • Dua area otak yang bertanggung jawab untuk memproses dan mengendalikan apa yang terjadi pada tubuh menunjukkan aktivitas yang lebih besar selama hipnosis
  • Area otak yang bertanggung jawab atas tindakan dan area yang menyadari tindakan tersebut tampak terputus selama hipnosis

“Prinsipnya, secara keilmuan, kita mengantar seseorang di gelombang otak tertentu. Nah, gelombang otak ini namanya theta. Saat seseorang berada di gelombang otak theta, dia cenderung reseptif menerima nasihat,” jelas Avifi.

Sebagai informasi, gelombang theta adalah rentang gelombang otak  antara 4-8 Hz. Gelombang ini terjadi saat tidur dan meditasi. Mengutip Alodokter, gelombang theta juga berhubungan dengan memori atau daya ingat serta tingkat kesadaran dan siklus tidur alami tubuh.

Berbicara tentang hipnosis, tak bisa dijauhkan dengan istilah efek plasebo. Namun, hipnosis menunjukkan adanya perbedaan nyata dalam aktivitas otak. Ini berarti otak bereaksi terhadap hipnosis dengan cara yang unik, yang lebih kuat dari efek plasebo.

Manfaat

Hipnosis punya manfaat bagi sejumlah masalah kesehatan. Sejumlah penelitian memang mendukung penggunaan hipnosis untuk beberapa kondisi, tapi tidak semuanya. 

Mengutip Healthline, penelitian menunjukkan hipnosis terbukti untuk mengobati:

  • nyeri
  • sindrom iritasi usus
  • gangguan stres pascatrauma
  • insomnia

Penelitian terbatas juga menyebutkan hipnosis bisa digunakan untuk mengatasi:

  • depresi
  • kecemasan
  • kecanduan rokok
  • penyembuhan luka pascaoperasi
  • obesitas

Baca Juga: Medikopomologi: Seni Terapi Buah Bergizi di Masa Pandemi Covid-19

Mengutip PKHI, terapan hipnotis saat ini sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia seperti Hypnoterapist (penyembuhan), Hypno Parenting (pola asuh orang tua), Stage & Street Hypnosis (hiburan seperti di Televisi atau Media Sosial), Forensic Hypnosis (untuk para praktisi dan penegak hukum), Hypno Selling (teknik menjual), Hypno Motivation, Hypno Birthing (melahirkan tanpa rasa sakit), Medical Hypnosis (mental anestesi, khitan tanpa sakit, cabut gigi tanpa sakit), dan sebagainya. 

Fakta Unik

Melansir Very Well Mind, penelitian menunjukkan sejumlah besar orang berpotensi mudah dihipnotis. Berikut fakta unik terkait hipnosis:

  • Sekitar 10-15% orang sangat responsif terhadap hipnosis
  • Sekitar 10% orang dewasa dianggap sulit atau tidak mungkin untuk dihipnotis
  • Anak-anak cenderung lebih rentan terhadap hipnosisOrang yang mudah larut dalam fantasi jauh lebih responsif terhadap hipnosis

Meski demikian, Avifi yang sudah belasan tahun mendalami hipnosis punya pendapat berbeda.

“Bagi kami dan sejumlah universitas di luar negeri banyak mengatakan semua orang mudah dihipnotis asal dia mengizinkan (dirinya untuk dihipnosis). Yang penting tidak tunagrahita, karena hipnotis ini ilmu komunikasi,” jelasnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.