Kisah Agnes Elok Dirikan Cafe Kopi Ro Teh, Pernah Dapat Dua Pelanggan Sehari?

BERNAS.ID – Agnes Elok Kirana Putri punya keinginan besar untuk mendirikan sebuah cafe, tapi rencana itu tertunda karena pandemi Covid-19. Di sisi lain, sang ayah baru saja pensiun sehingga mau tidak mau dia harus putar otak untuk memperoleh penghasilan.
Sementara, usaha milik keluarganya berupa villa di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, sepi pengunjung karena pembatasan mobilitas karena wabah. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk mengubah villa tersebut menjadi sebuah cafe dengan nama Cafe Kopi Ro Teh.
Ternyata, perjalanan bisnis cafenya tidak mulus. Bahkan, ia pernah hanya mendapat dua pembeli dalam sehari. Bagaimana kisah Elok dalam merintis Cafe Kopi Ro Teh? Berikut selengkapnya.
Serba Mendadak
Elok merupakan lulusan psikologi, namun dia punya hobi masak. Kegemarannya dengan kuliner membuatnya tertarik untuk mendirikan sebuah restoran sejak dua tahun lalu.
“Sebenarnya saya lulusan psikologi. Jadi jauh banget sama jurusanku. Tapi saya suka masak dan hobi masak,” ujarnya.
Awalnya, dia bekerja sebagai Human Resource Departement atau HRD di sebuah perusahaan di Jakarta. Setelah melahirkan anak pertama, dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali ke Yogyakarta pada tahun lalu.
Baca Juga: Kopi Ro Teh Sedayu, Cafe Klasik dengan Hidangan Khas Nusantara di Barat Kota Jogja
Ia pun kembali menghidupkan impiannya untuk mendirikan sebuah cafe, yang rencananya bisa buka pada September 2020. Bisa dibilang, cukup mendadak karena persiapannya juga cepat.
“Sebenarnya, pas Juni dua tahun lalu. Kemudian saya ingin cepat-cepat buka tapi terhambatsama PPKM, mundur-mundur, sampai September 2020, Desember 2020. Terus agak longgar, dan Februari 2021 kita buka cafe,” ucapnya kepada Bernas.id.
Pada 12 Februari 2021 kemudian berdirilah sebuah cafe bernama Kopi Ro Teh di di Jalan Sengon Karang No. 16, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, di lahan seluas 2.200 meter persegi.
Memanfaatkan Aset
Cafe Kopi Ro Teh berawal dari kekhawatiran Elok terhadap kondisi perekonomian di keluarganya, apalagi sang ayah baru saja pensiun. Ia pun melihat peluang dari sebuah villa milik orangtuanya.
Villa dengan 5 kamar itu beroperasi pada 2016. Namun, pandemi membuat penginapan tersebut sepi pengunjung. Tidak ingin villa milik keluarganya menganggur, perempuan berusia 28 tahun itu pun berupaya memanfaatkan aset tersebut.
Dalam hitungan beberapa bulan, villa itu telah berubah menjadi kompleks cafe yang menyajikan makanan dan minuman khas Nusantara, yang cocok untuk berkumpul dengan keluarga. Di cafe itu pula terpajang koleksi barang-barang antik milik ayahnya, seperti mobil klasik, motor jadul, lukisan, dan sebagainya.
“Kalau untuk properti punya papa saya. Memang papa saya kolektor, Jadi kami nggak bingung lagi (sewa tempat),” ujarnya.
“Saya lebih menonjolkan apa yang papa saya punya. Koleksi apa yang papa saya punya. Konsepnya berupa garasi karena di depan ada garasi,” imbuhnya.
Konsep nuansa yang dihadirkan oleh Cafe Kopi Ro Teh tetap menonjolkan ornamen-ornamen Jawa klasik, dengan bangunan dari kayu, batu-batu, kursi vintage, lampu gantung, dan lain-lain,
“Di dalamnya lebih ke outdoor, mengingat pandemi jadi orang lebih cenderung lebih ingin ke outdoor,” kata Elok.
Seperti namanya, Kopi Ro Teh menyajikan minuman utama berupa kopi dah teh. Jika membuka halaman pertama buku menu, pengunjung akan dihadapkan pada pilihan menu signature, yakni Hiluma, Aruma, Peach Blum, dan Honey Chrysanthemum. Ada juga minuman selain kopi dan teh yang menjadi favorit pengunjung, yakni Strawberry Mojito dan Gresso.
Untuk makanan, Cafe Kopi Ro Teh menyediakan menu andalan seperti Lontong Cap Go Meh, Ayam Geprek Spesial, Nasi Paru, dan Nasi Babat Madura. Pada akhir pekan, cafe ini punya menu spesial yakni Bubur Manado dan Tahu Campur Surabaya.
“Semua makanan di kisaran harga Rp20.000-Rp25.000. Kalau minuman signature harganya Rp25.0000,” tuturnya.
Untuk memastikan cita rasa dan kualitas, tak jarang Elok terjun langsung ke dapur. Kini, ada tiga chef dan 25 karyawan lain yang bekerja di Cafe Kopi Ro Teh.
Dua Pelanggan Sehari
Meski peluang bisnis kuliner di Yogyakarta sangat terbuka, namun situasi pandemi membuat semuanya berubah. Apalagi Elok mendirikan cafe di tengah wabah yang belum tahu kapan berakhir
Pernah ketika pemerintah kembali memberlakukan PPKM, ia harus menyaksikan sendiri dalam satu hari hanya ada satu atau dua pelanggan. Pendapatan yang diperoleh dalam sehari itu juga cuma Rp100.000.
“Pas PPKM parah banget. Aku nggak merumahkan karyawan, cuma pendapatannya satu hari ada satu atau dua pelanggan. Itu cuma Rp100.000 dari pagi sampai malam,” ucapnya.
Dengan pendapatan yang sangat minim, namun Elok enggan untuk merumahkan karyawannya. Dia merasa pada situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini, karyawannya sangat bergantung pada cafe ini. Di sisi lain, dia merasa karyawannya adalah bagian dari keluarga sehingga ia tetap ingin mempertahankan mereka.
Baca Juga: Travelers Patut Mencoba Wisata Kuliner Kulonprogo Sisi Selatan Ini
Kini, dengan situasi yang lebih baik dan makin gencar promosi, Cafe Kopi Ro Teh banyak dikunjungi pelanggan. Pendapatannya pun melonjak drastis. Pada weekdays bisa mencapai Rp5 juta-Rp 7,5 juta. Sementara pada akhir pekan, omzetnya bisa sampai dua digit dalam sehari.
“Kalau weekend dulu sampai Rp5 juta sampai Rp7 juta, kalau sekarang luar biasa biasa bisa di angka Rp20 juta,” tuturnya.
Menurut Elok, prospek usaha kuliner tidak ada matinya, namun harus mengikuti perkembangan tren. Dia juga berharap bagi siapa pun yang ingin mengikuti jejaknya membuka bisnis kuliner untuk tidak menyerah.
“Jangan takut kalau kita memulai sesuatu. Kalau misalkan jatuh, bangkit lagi. Kalau gagal, jangan langsung down,” katanya.
Sejauh ini, Elok mengaku belum akan membuka cabang baru meski sejumlah pelanggannya berharap demikian. Tapi, masih ada peluang untuk membuka “sister” Kopi Ro Teh dengan nama yang berbeda tapi tetap satu manajemen.