Berita Nasional Terpercaya

Pentingnya Diksi dalam Keindahan Puisi

0

Bernas.id – Puisi tentunya memiliki kata-kata yang indah dan penuh makna. Penulis puisi menulis kata demi kata pada puisinya melalui pemikiran matang dan hati-hati. Komposisi bunyi, irama, Rima, makna selalu dipertimbangkan oleh penulis puisi. Pemilihan kata atau diksi dalam puisi sering bersifat konotatif sehingga memungkinkan untuk dipahami dalam berbagai makna.

Diksi dalam puisi semakin memperindah bentuk puisi. Sebagai salah satu unsur dalam puisi, diksi yang tepat, efektif, dan efisien mampu menyampaikan maksud puisi dengan baik. Oleh karena itu, pengetahuan berbahasa sangat diperlukan untuk membuat puisi yang indah dan baik.

Baca juga: Kaidah Dalam Penulisan Huruf Miring dan Tujuan Penggunaannya

 

Daftar Isi :

  1. Cara Memilih Diksi dalam Puisi
  2. Kedudukan Diksi dalam Puisi
  3. Jenis Makna dalam Diksi

 

 

Cara Memilih Diksi dalam Puisi

Cara Memilih Diksi dalam Puisi

Puisi adalah karya sastra yang indah dengan sistematika penulisan unik dalam rangkaian larik yang membentuk bait. Meski puisi dapat ditulis dengan bebas dan tak beraturan, tetapi pemilihan kata dalam puisi tetap harus diperhatikan dan tidak boleh asal-asalan. Saat menulis puisi hendaknya pilih diksi yang tepat. Dalam menentukan diksi puisi, perhatikan beberapa aspek berikut ini:

1. Aspek Bunyi

Puisi resmi disebut puisi saat puisi tersebut dibacakan sehingga bunyi setiap kata menjadi pertimbangan pertama dalam menulis puisi.  Perhatikan puisi “Hatiku Selembar Daun” karya Sapardi Djoko Damono.

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput

Nanti dulu biarkan aku sejenak terbaring di sini

Ada yang masih ingin kupandang yang selama ini senantiasa luput

Sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanku setiap pagi

2. Aspek Bentuk

Selain bunyi puisi, bentuk dalam puisi juga perlu dipertimbangkan untuk memenuhi sisi artistik dan estetik puisi. Mengambil contoh puisi di atas, jumlah kata dalam setiap larik secara urut adalah 7, 8, 10, dan 9. Antar larik satu dengan yang lain tidak tampak kesenjangan sehingga puisi ini menjadi indah saat dibacakan.

3. Aspek Makna

Pengaturan diksi dalam puisi tidak boleh mengubah makna karena pesan adalah jiwa puisi sedangkan bunyi dan bentuk puisi diibaratkan seperti fisik puisi. Puisi akan indah jika fisik dan jiwa puisi menyatu.

4. Aspek Sosial

Aspek sosial merujuk pada penerimaan diksi dalam puisi yang diterima oleh publik. Selain itu, puisi yang ditulis juga harus mengandung makna dan berguna. Sebuah puisi dapat menyampaikan sesuatu yang baru, seperti informasi atau reaksi emosi. Di sisi lain, sebuah puisi dapat menggiring opini, melakukan persuasi, dan memprovokasi.

Baca juga: 18 Jenis Konjungsi, Pengertian, dan Contoh Kalimat Terlengkap

Kedudukan Diksi dalam Puisi

Kedudukan Diksi dalam Puisi

Diksi dalam sebuah puisi berperan penting, bahkan sakral. Seluruh diksi yang ada dalam puisi tidak boleh sia-sia. Artinya setiap kata di dalam puisi harus tepat dan mengandung makna sehingga puisi memiliki kepadatan. Kepadatan inilah yang kemudian membedakan puisi dan prosa.

Penggunaan diksi dalam puisi dimaksudkan penulis untuk menggerakkan imajinasi pembaca sekaligus menjelaskan makna puisi tetapi tetap memperhatikan kesan menarik dari sisi bunyi, bentuk, dan rasa. Ketepatan diksi yang dipakai penulis dalam sebuah puisi tak lepas dari pengetahuan tentang makna dari setiap kata. Penulis puisi harus mengetahui segala hal yang melatarbelakangi kata dan interpretasi kata.

Kata yang dirangkai menjadi puisi telah dipertimbangkan oleh penulis dari segi makna, komposisi, dan posisinya. Kombinasi dari berbagai kata dapat melahirkan ide, imajinasi, perasaan, dan gagasan baru. Dalam karya sastra, termasuk puisi ada banyak diksi yang memberikan berbagai kesan atau makna. Oleh karena itu, penulis perlu memahami makna sebelum memilih diksi.

Baca juga: 51 Jenis Font Keren untuk Desain dan Menulis Buku

Jenis Makna dalam Diksi

Jenis Makna dalam Diksi

Makna leksikal dan makna gramatikal

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan kata aslinya serta berdasarkan pada observasi panca indera sehingga kata tersebut bermakna sebenarnya. Di sisi lain, makna gramatikal adalah makna dari kata-kata yang terbentuk dari proses gramatikal sehingga arti katanya menyesuaikan posisinya di dalam suatu kalimat.

Makna referensial dan makna nonreferensial

Makna referensial adalah makna dari kata yang memiliki referen, biasanya berupa kata sambung dan preposisi. Sementara itu, makna nonreferensial berasal dari kata yang tidak memiliki referensi, umumnya berupa kata tugas, seperti rumah, pasar, dan matahari.

Makna denotatif dan makna konotatif

Makna denotatif adalah makna asli suatu kata. Sebaliknya, makna konotatif adalah makna kiasan yang berhubungan dengan rasa.

Makna konseptual dan makna asosiatif

Makna konseptual adalah makna kata yang apa adanya sedangkan makna asosiatif adalah makna yang diasosiasikan pada kata lain. Contohnya, makna konseptual dari melati adalah bunga berwarna putih sedangkan makna asosiatifnya adalah kesucian karena warna putih pada melati identik dengan kesucian.

Makna kata dan makna istilah

Makna kata adalah makna kata yang dapat berubah akibat pengaruh berbagai faktor sehingga makna suatu kata akan jelas saat dipakai dalam suatu kalimat. Contohnya, kata 'tahanan' dapat berarti perbuatan menahan, benda yang ditahan, atau orang yang ditahan. Sementara itu, makna istilah adakah makna yang tetap dan pasti dari sebuah kata tetapi kepastian makna hanya digunakan dalam lingkup tertentu. Misalnya dalam lingkup hukum, kata 'tahanan' pasti memiliki makna tentang orang yang ditahan berdasarkan suatu perkara hukum.

Makna idiomatikal dan makna peribahasa

Makna idiomatikal merupakan makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Selanjutnya, makna peribahasa adalah makna tersirat dari suatu kata. Peribahasa bersifat membandingkan dan mengumpamakan sehingga disebut juga perumpamaan

Makna kias dan lugas

Makna kias adalah makna dari kata yang tidak merujuk pada arti sebenarnya sedangkan makna lugas adalah makna dari kata yang tidak menimbulkan multi tafsir.

Seringkali menulis puisi dianggap enteng dengan alasan kebebasan gaya bahasa. Padahal puisi yang baik perlu memperhatikan diksi dan penentuan diksi harus dilandasi dengan perbendaharaan kata yang banyak. Bagi pemula, tidak masalah menulis puisi dengan gaya bebas. Namun seiring waktu, perlu memperhatikan berbagai aspek, termasuk diksi agar puisi yang ditulis semakin apik.

Baca juga: Mengenal Biografi dari Ciri-ciri Hingga Strukturnya

Leave A Reply

Your email address will not be published.