BERNAS.ID – Hutan pinus, hutan hujan, hutan jati, dan berbagai hutan lainnya punya manfaat besar bagi planet kita, tak terkecuali kesehatan. Lebih jauh, hutan juga bisa meningkatkan sistem imun pada tubuh kita.
Sementara pandemi memaksa kita untuk lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Belum lagi beban pekerjaan yang memaksa kita untuk terus menatap layar komputer. Kejenuhan pun mendorong kita untuk mencari relaksasi.
Luangkan waktu untuk sejenak menikmati alam, menghirup udara segar, mendengarkan nyanyian burung dan suara air mengalir di sungai, atau menyaksikan angin yang menggerakkan ranting-ranting pohon.
Kegiatan semacam itu bisa dilakukan dengan menjelajah hutan terdekat dari tempat tinggal kita. Istilah kerennya forest therapy atau terapi hutan, yang kini semakin populer di dunia.
Baca Juga: Masih Sulit Memaafkan? Coba Forgiveness Therapy agar Hidup Jadi Lebih Bahagia
Mengutip dari laman Harvard Health Publishing, terapi hutan terinspirasi dari praktik shinrin-yoku atau foresth bathing yang berarti mandi hutan. Sebagai catatan, terapi hutan ini berbeda dengan mendaki.
Biasanya, pemandu akan mengajak Anda untuk menikmati alam melalui indera. Terapi ini membuat kita memperoleh manfaat besar dari hubungan diri kita dan seluruh alam di dunia.
Shinrin-yoku sendiri dimulai di Jepang pada 1980-an sebagai respons atas krisis kesehatan nasional. Waktu itu, pemerintah Jepang menyoroti fenomena banyaknya lonjakan penyakit yang berkaitan dengan stres akibat pekerjaan.
Pada 2004, penelitian tentang hubungan antara hutan dan kesehatan manusia dimulai di Iiyama, Jepang, yang terkenal dengan hutan rimbun dan hijau. Sekarang, ada lebih dari 2,5 juta orang per tahun yang jalan-jalan di hutan untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan.
Lalu, apa saja manfaat forest therapy atau terapi hutan bagi kesehatan manusia?
Mengurangi stres
Stres meningkatkan kadar hormon kortisol. Sementara, stres jangka panjang dan peningkatan kortisol memicu tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sakit kepala, dan berbagai penyakit lainnya.
Penelitian menyebutkan, kadar kortisol mengalami penurunan setelah orang tersebut berjalan-jalan di hutan.
Meningkatkan imunitas
Pohon mampu mengeluarkan essential oil atau minyak atsiri yang disebut phytoncides, yang memiliki sifat antimikroba dan dapat mempengaruhi kekebalan tubuh.
Penghasil terbesar senyawa itu seperti pohon cemara, pohon pinus, pohon aras, dan tumbuhan runjung atau konifer. Jadi, jalan-jalan di hutan pinus bisa jadi pilihan untuk meningkatkan kebugaran.
Penelitian di Jepang menunjukkan adanya peningkatan jumlah dan aktivitas sel kekebalan dari orang-orang yang menghabiskan tiga hari dua malam di hutan dibandingkan mereka yang jalan-jalan di perkotaan.
Baca Juga: Bagaimana Mengatasi Trauma Korban Bencana Alam Melalui Hipnoterapi?
Sel kekebalan itu disebut natural killer cells atau sel pembunuh alami yang mampu melawan virus dan kanker.Bahkan manfaat tersebut masih bisa dirasakan hingga sebulan setelah melakukan perjalanan di hutan.
Mengurangi kecemasan
Sejumlah penelitian juga menunjukkan paparan minyak alami dari pohon membantu mengatasi depresi, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi kecemasan.
Minyak alami dari pohon juga mengandung senyawa delta 3-karen yang dapat mengurangi peradangan, melindungi diri dari infeksi, dan meningkatkan kualitas tidur.
Mempercepat penyembuhan
Mereka yang harus terkurung di kamar perawatan di rumah sakit ternyata bisa memperoleh manfaat hanya dengan melihat alam. Sebuah penelitian kecil yang diterbitkan beberapa dekade lalu membandingkan dua orang yang menjalani perawatan setelah menjalani operasi kandung empedu.
Satu pasien ditempatkan di ruangan dengan jendela ke pemandangan luar, sementara satu lagi dengan pemandangan dinding bata. Hasilnya, orang yang melihat alam pulih lebih cepat pulih dan hanya sedikit membutuhkan obat penghilang rasa sakit.
Meningkatkan Fokus
Ada satu studi menarik tentang manfaat green roof atau atap sebuah bangunan yang seluruh permukaannya ditutupi vegetasi dan tanaman. Para peserta diminta untuk melihat pemandangan alam di green roof dan yang lain melihat tembok beton masing-masing selama 40 detik.
Hasilnya, mereka yang melihat ruang hijau itu dapat fokus selama mengerjakan tugasnya, sementara mereka yang melihat tembok beton kehilangan konsentrasi selama bekerja.
Cara Melakukan Terapi Hutan
Sebenarnya, Anda tidak harus menghabiskan waktu tiga hari dua malam untuk melakukan forest therapy atau terapi hutan. Sebuah penelitian di Inggris terhadap 20.000 orang menunjukkan setidaknya menghabiskan waktu selama 120 menit dalam seminggu di hutan juga sudah cukup meningkatkan kesehatan dan kebugaran.
120 menit bisa Anda lakukan dalam sekali perjalanan,atau sekadar jalan-jalan singkat selama 20 menit setiap hari di hutan terdekat dari rumah Anda. Di Indonesia, mungkin jarang ditemui profesi pemandu terapi hutan bersertifikat.
Baca Juga: Mengenal Self-Hypnosis, Terapi Diri Sendiri untuk Atasi Kecemasan dan Masalah Kesehatan
Tapi jangan khawatir, Anda bisa melakukannya sendiri dan ajak beberapa teman atau anggota keluarga. Jadi apa saja yang harus diperhatikan untuk melakukan terapi hutan?
Mengutip dari buku Forest Bathing: How Trees Can Help You Find Health and Happiness karya dokter dan peneliti Qi Li, ada beberapa hal yang dilakukan untuk menikmati manfaat dari mandi hutan.
“Yang harus kita lakukan adalah menerima undangan dari alam. Kemudian, biar Ibu Pertiwi yang melakukan selebihnya,” ucap Li.
Berikut sejumlah cara terapi hutan versi dokter Li:
Cari lokasi terbaik
Lokasi terbaik yang dimaksud bukan berarti mencari hutan yang jauh, dan menghabiskan banyak waktu untuk menuju ke sana. Cukup area hijau terdekat dari rumah seperti taman kota, cagar alam, kebun raya, dan sebagainya.
“Biarkan tubuhmu menjadi pemandumu. Dengarkan apa yang diinginkan tubuhmu,” kata Li.
Lebih lanjut, Li mengatakan bagi mereka yang tidak punya akses pergi ke hutan atau tidak bisa keluar rumah untuk alasan tertentu, bisa gunakan minyak pohon untuk dihirup atau dioleskan. Jika ingin merasakan sensasi keharuman pohon, minyak esensial itu bisa dimasukkan dalam wadah bernama diffuser, atau disemprotkan, atau bisa juga diteteskan dalam baskom yang berisi air panas.
Gunakan semua indra
Ketika sudah menemukan lokasi yang pas, biarkan alam masuk melalui telinga, mata, hidung, mulut, tangan, dan kaki. Coba sentuh, cium, dan lihat sekeliling.
“Nikmati rasa hutan dan lepaskan perasaan senang dan ketenangan,” tutur Li.
Jangan terburu-buru
Ketika memutuskan untuk melakukan forest therapy, berarti kita siap untuk meluangkan waktu lebih banyak sehingga tidak terburu-buru.
Untuk pemula, Li menyarankan untuk berjalan pelan di hutan. Kita bahkan bisa merasakan dampak positif setelah dua menit berada di hutan. Namun menurutnya, yang paling ideal sekitar empat jam.
Coba aktivitas lain
Selain sekadar berjalan-jalan, Li merekomendasikan beberapa kegiatan lain yang bisa dilakukan di hutan seperti yoga, meditasi, piknik, menulis puisi, dan bahkan mempelajari tumbuhan.
Mengapresiasi keheningan
Merasakan hiruk pikuk perkotaan membuat tubuh tidak bisa rileks. Tapi kalau beruntung, kita bisa menemukan pemandangan hijau yang jauh dari kebisingan.
Keheningan dapat memulihkan, apalagi hutan menyajikan suara yang bisa menyembuhkan kita, seperti suara gemerisik dedaunan, tetesan air, dan kicauan burung.
Forest therapy atau terapi hutan ini bisa menjadi pilihan untuk memulihkan kebugaran tubuh. Anda bisa melakukannya sendirian atau mengajak teman, dan nikmatilah karunia alam ini.