Berita Nasional Terpercaya

Kisah Dokter Asep Ahmad Saefullah Dalami Spiritualitas dan Hipnosis yang Mengubah Hidupnya

0

BERNAS.ID – Spritualitas dan hipnosis merupakan hal yang berbeda, namun keduanya malah bisa menjadi perpaduan yang pas untuk mengenal kasih Tuhan dan mengenal diri sendiri.

Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh dr. Asep Ahmad Saefullah. Selain menjalani kesehariannya sebagai seorang dokter dan Kepala RSUD Kubu Raya, ia juga Ketua DPW Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) Kalimantan Barat.

Tak jarang, ia pun menggunakan kemampuannya di bidang hipnosis untuk menunjang pekerjaannya sebagai seorang dokter. Dokter Asep juga membantu keyakinan seseorang untuk melanjutkan hidup.

Baca Juga: Kisah Edward Henry yang Rela Jadi “Tempat Sampah” Para Remaja Melalui Hipnosis

Lalu, bagaimana kisah dokter Asep bertemu dan mengenal hipnosis, yang juga membuat hidupnya lebih baik? Berikut selengkapnya.

Dokter Bukan Impian Masa Kecil

Asep lahir di Tangerang. Dia dibesarkan di keluarga yang akrab dengan laku spiritual. Sebagai seorang muslim, ia kerap diajak sang ayah berkeliling untuk berziarah ke makam-makam tokoh karismatik.

Mungkin itulah penyebab dia tidak pernah bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun, justru memiliki asa menjadi seorang pilot.

“Waktu kecil saya sering diajak ayah saya berkeliling, safari tour spiritual, ziarah ke makam-makam tokoh-tokoh karismatik, ke Demak, Madura. dan sebagainya,” katanya kepada Bernas.id.

“Mungkin pengalaman seperti itu membuat saya sampai saat ini menganggap bahwa spiritual di atas segalanya,” imbuhnya.

Demi menggapai keinginannya menjadi seorang pilot, setelah lulus SD, ia pun memilih sekolah umum. Di keluarganya, Asep merasa paling disayang sebab ia memperoleh apapun yang ia inginkan, termasuk salah satunya mendalami seni.

Harapannya mencapai asa sebagai pilot terhalang oleh syarat tinggi badan minimal 170 cm. Meski gagal, ia tak ingin berlarut dalam kesedihan sehingga memilih seni sebagai penggantinya.

Setelah lulus SMA, ia pun mendaftar di Institut Kesenian. Jakarta (IKJ) mengambil jurusan seni rupa. Namun, diam-diam ayahnya mengambilkan formulir pendaftaran mahasiswa fakultas kedokteran di universitas negeri.

“Diam-diam ayah saya memikirkan yang terbaik buat ayah saya, itu pun ayah saya katanya melalui laku spiritual,” ujar Asep.

“Ayah saya ahli ibadah, dalam salat malam, ada visioner yang terbaik buat anak saya. dilambangkan sesuatu yang nggak bisa digambarkan tapi indah banget kalau saya jadi dokter,” jelasnya.

Baca Juga: Kisah dr. Ramadhanus: Sempat Bilang Haram, Kini Sembuhkan Luka Batin dengan Hipnosis

Meski sudah ada formulir pendaftaran di fakultas kedokteran, tapi Asep tidak sempat mengikuti ujian. Kemudian sang ayah memintanya mendaftar di Universitas YARSI, Jakarta Pusat.

Padahal saat itu, Asep sudah diterima di IKJ. Namun, ayahnya tetap meminta agar dia mencoba untuk mengikuti tes di fakultas kedokteran. Singkat cerita, ia pun akhirnya mantap menjadi seorang dokter.

“Ini adalah pilihan hidup yang tepat, dan di sinilah saya memaksimalkan potensi diri,” tuturnya.

Kalimantan Barat Bukanlah Tempat Asing

Dari Jakarta, lalu bagaimana ceritanya dokter Asep sampai ke Kalimantan Barat? Sebenarnya, daerah itu bukanlah tempat yang asing baginya. Sejak SMA, dia kerap berlibur ke rumah kakaknya di sana.

Namun, ia sama sekali tidak pernah berpikiran untuk mengabdi di wilayah tersebut. Apalagi sebelumnya, ia ditugaskan di sebuah puskesmas di pinggiran Jakarta, yang penuh dengan kemudahan untuk rujukan pasien karena dekat dengan rumah sakit besar.

Suatu ketika, setelah gagal lulus dalam tes CPNS, ia pun berlibur ke Pontianak, tempat sang kakak. Ia melihat keindahan Kota Pontianak dengan tepian sungai di mana lalu lintas airnya begitu hidup.

Ada kapal-kapal tradisional yang berlabuh mengangkut semen, gula, dan berbagai produk lainnya. Sampai di rumah sang kakak, ia malah mendapat kejutan. Diam-diam kakaknya mengambilkan formulir pendaftaran CPNS.

“Kakak saya tipenya sama kayak ayah saya, suka membuat kejutan. Ternyata dia ambilkan formulir, sudah dia isi, tinggal saya tanda tangan. Besoknya saya ujian. Saya ikut ujian, mengisi dengan santai, iseng-iseng berhadiah. Nggak diterima juga nggak apa-apa,” kata Asep.

Setelah mengikuti ujian dan berlibur di sana, ia pun pulang. Sekitar 3 minggu kemudian, ia mendapat telepon dari sang kakak. Kabar baik menghampiri dokter Asep. Ia diterima sebagai pegawai negeri sipil di Kalimantan Barat.

Baca Juga: Kisah Dodik Pujo Prasetyo, Dokter Nyentrik Pelopor Hipnosis di NTT

Asep mengatakan hari itu adalah salah satu momen terbaik dalam hidupnya, selain menghadiahi gelar dokter kepada sang ibu dan hari pernikahannya. Dengan menjadi seorang aparatur sipil negara, setidaknya ia telah menunaikan satu bakti kepada ayahnya yang berharap anak-anaknya mengabdi untuk negeri.

Ia pun pindah ke Kalimantan Barat pada 2008 akhir, dan memulai tugasnya pada 2009.

Mengenali Hipnosis dan Diri Sendiri

Sebelum bergabung dengan PKHI, Dokter Asep baru sekadar tahu ada hipnotis sebagai sebuah pertunjukkan yang menghibur. Kemudian pada 2016, ia berkesempatan mengikuti pelatihan manajemen krisis bencana di Bandung.

Salah satu materi yang ia terima waktu itu adalah tentang penyembuhan trauma atau trauma healing melalui metode hipnosis. Ia belajar bagaimana bisa masuk ke dalam pola pikir manusia dan alam bawah sadar melalui sugesti-sugesti.

“Ya, teknik-teknik dasar saya sudah dapat. Tapi ya sekadar itu saja, belum ada ketertarikan lebih besar lagi,” katanya.

Dokter Asep semakin tidak asing lagi dengan hipnosis karena ia memiliki kawan seorang psikolog, yang juga praktik hipnoterapi. Meski demikian, dia juga belum tertarik untuk mengikuti pelatihan hipnosis.

Hingga suatu ketika, seorang temannya yang lain mengajaknya untuk ikut pelatihan hipnosis yang diadakan di Pontianak oleh Indonesia Hypnosis Center (IHC). Meski ragu, ia tetap memberanikan diri untuk mendaftar.

Tepat pada hari H pelatihan, ia baru memutuskan untuk berangkat. Ia pun sekelas dengan temannya tersebut. Di kelas, dokter Asep memperoleh pandangan baru terkait hipnosis. Ia belajar lebih dalam dan mempraktikan banyak teori.

“Saya nggak terlalu kesulitan karena sebelumnya sudah terpapar bagaimana sih hipnosis itu,” ujarnya.

“Di situ diajari pelatihnya dan lebih banyak praktik. Keren banget, saya semakin tertarik dan bikin nagih,” imbuhnya.

Baca Juga: Kisah Pendeta Lusia, Aktif Bantu Umat dari Berbagai Agama Berkat Panggilan Tuhan

Dokter Asep menyadari pikiran manusia sangatlah dahsyat. Dia menjadi ingat seorang filsuf yang pernah berkata kualitas manusia ditentukan dari pikiran. Pernyataan itu memang benar adanya.

Dia mencontohkan ilmuwan terkenal Albert Einstein yang tidak lulus sekolah, namun ia menjadi seorang jenius. Menurutnya, itu karena Einstein mampu menemukan sesuatu di balik pikirannya.

“Dan itu bisa untuk menolong orang lain, jadi nggak cuma untuk memaksimalkan diri,” ucapnya.

Bagi Asep, hipnosis telah memberikan perbedaan dalam hidupnya. Ia memang seorang introvert dengan teman yang sedikit. Dia juga merasa hidupnya tidak punya prestasi apa-apa sehingga tidak terdorong untuk melakukan sesuatu yang lebih.

Dengan hipnosis, ia merasa dibimbing untuk mengenali diri sendiri. Dia menyadari setiap manusia di dunia memiliki potensi. Dia bahkan berharap setiap orang juga bisa memperoleh ilmu hipnosis.

“Ini harusnya tidak hanya saya yang menikmati atau menerima, dan mengecap kenikmatan ilmu ini. Harusnya semua orang mengenal dengan sangat baik hipnosis ini,” tuturnya.

“Bukan hanya mengenal katanya hipnosis kalau di terminal atau waktu mudik, digunakan untuk kejahatan,” tambahnya.

Hipnosis dan Spiritual

Sebagai seorang dokter umum, hipnosis sangat berguna dalam membantunya menangani pasien. Misalnya, ketika pasien memerlukan tindakan bedah minor, dokter Asep menggunakan teknik mental anaesthesia atau anestesi yang tidak memerlukan obat bius.

“Saya manfaatkan hipnosis untuk membuat tangan pasien, misalnya, nggak berasa untuk dijahit kecil,” katanya.

Tak hanya itu, ia pun kerap mendapat pasien yang curhat tentang masalah hidup. Ia pun membantu untuk mengembalikan pasien tersebut pada mental stage yang baik dengan hipnoterapi.

Dengan begitu, pasien tersebut kembali berkeyakinan bahwa hidup harus terus berlanjut. Kehidupan Asep yang begitu dekat dengan spiritualitas seakan “kawin” dengan hipnosis. Ia meyakini dalam semua agama mengajarkan bahwa hidup harus laku spirit.

Baca Juga: Kisah Umi Waheeda, Sukses Kelola Pesantren Tanpa Bantuan Donatur

Dalam Islam, spiritualitas dijalani dengan salat 5 waktu, berdialog dengan Tuhan, dan penyerahan diri. Manusia melakukan penyerahan diri untuk menyadari bahwa kita tidak ada apa-apa, yang ada hanyalah spirit dari Sang Pencipta.

“Untuk menjalani itu harus ada upaya dan pengetahuan, bagaimana kita akhirnya menemukan cintanya Tuhan. Kalau selama ini dikasih musibah malah menyalahkan Tuhan,” ujarnya.

Menurutnya, hipnosis dapat membantu kita mengenali diri sendiri, ada kasih Tuhan dalam diri manusia, dan ada rahmat serta rahim Allah. Dari situ, kemudian timbul keinginan untuk taat beribadah. 

“Spiritualitas sangat berhubungan dengan hipnosis, buat saya mendekatkan diri dengan Tuhan,” katanya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.