Berita Nasional Terpercaya

Sejarah Krimea yang Selalu Disebut-Sebut Dalam Perang Ukraina vs Rusia

0

Bernas.id – Ketika membahas perang Ukraina vs Rusia, hal tersebut tak pernah luput dari Krimea. Jauh sebelum invasi Rusia ke Ukraina dilakukan Pada tanggal 24 Februari lalu, Rusia juga pernah melakukan aneksasi Krimea, tepat saat Presiden Ukraina Viktor Yanukovych, yang dianggap pro Rusia jatuh karena oposisi. Baik Rusia dan Ukraina sama-sama menganggap Krimea adalah miliknya.

Dari sisi historis, hampir 200 tahun lamanya semenangjung Krimena berada dibawah kekuasaan Rusia. Akan tetapi, tahun 1954 wilayah Crimea diserahkan ke Republik Uni Soviet oleh Nikita Khrushchev, Perdana Menteri Rusia yang saat itu menjabat.

Akan tetapi, Uni Soviet runtuh karena adanya insiden nuklir Chernobyl, kebijakan Perestroika dan Glasnost, masalah kebijakan ekonomi dan sejenisnya.  Padahal, Uni Soviet telah dianggap sebagai penerus kekaisaran Rusia. Karena itulah, secara terselubung Rusia ingin mengembalikan kejayaan Uni Soviet.

Di tahun 1991, muncul konstitusi yang memperbolehkan Ukraina yang saat itu masih menjadi bagian USSR menjadi negara berdaulat. Lalu sejak Josef Stalin meninggal, Ukraina yang dulunya bergabung sebagai Uni Republik Sosialis Soviet, wilayah Crimea diserahkan ke Ukraina. 

Baca juga: Kisah Volodymyr Zelensky, Dari Pelawak Hingga Jadi Presiden Ukraina

Fakta tentang Krimea

Krimea adalah sebuah semenanjung di pantai utara laut hitam dengan luas sekitar 27 ribu kilometer persegi. Ke arah barat laut, Semenanjung Krimea terhubung oleh wilayah Ukraina melalui Tanah Genting Perekop. Di wilayah itu pula, telah terjadi berbagai pertempuran untuk memperebutkan Krimea.

Di arah utara terdapat Sivash atau “Laut Busuk”. Wilayah ini memiliki sejarah panjang, di mana banyak kekuatan besar yang ingin menguasainya seperti Yunani, Romawi, dan Kekaisaran Bizantium.

Di sisi lain, Krimea juga memiliki kekayaan alam yang sangat besar. Cadangan minyak dan gas lepas pantai Krimea diprediksi mamoy memperkuat posisi Rusia sebagai salah satu produsen energi utama dunia. Krimea memiliki beberapa ladang gas alam serta dua ladang minyak, baik di darat maupun di lepas pantai di Laut Hitam. Karena itulah Rusia mati-matian mempertahankan wilayah tersebut.

Krimea juga sempat menjadi wilayah yang merdeka. Ketika Revolusi 1917 menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Rusia, Tatar Krimea (kelompok etnis Turki di Krimea) yang tersisa mendeklarasikan Krimea sebagai republik demokratis yang independen.

Selama Perang Saudara Rusia (1918–1920), Krimea menjadi benteng terakhir bagi pasukan Kulit Putih (anti-Bolshevik), dan kekalahan mereka menandai akhir dari negara Krimea yang merdeka.Semenanjung itu direorganisasi sebagai Republik Sosialis Soviet Otonomi Krimea pada tahun 1921.

Proses kolektivisasi Soviet sangat keras di Krimea, dan puluhan ribu Tatar Krimea tewas selama penindasan Joseph Stalin terhadap etnis minoritas. Pada Mei 1944, Tatar Krimea yang tersisa, sekitar 200.000 orang, dideportasi paksa ke Siberia dan Asia Tengah karena diduga telah bekerja sama dengan Nazi selama Perang Dunia II.

Setelah perang Dunia II, Krimea diturunkan dari republik otonom menjadi oblast (wilayah) di bawah kekuasaan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia. Lalu pada tahun 1954, pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev, memberikan wilayah tersebut ke Ukraina untuk menandai peringatan 300 tahun Perjanjian Preslav, sebuah perjanjian menandai bergabungnya Ukraina di bawah aturan Rusia.

Dengan kematian Stalin dan naiknya Nikita Khrushchev sebagai pemimpin Soviet, warga yang telah mengalami deportasi internal akhirnya diizinkan untuk kembali ke daerah asal mereka. Namun, mereka harus menjalani proses rehabilitasi secara legal pada tahun 1967, Tatar Krimea merupakan pengecualian penting dari aturan tersebut.

Lalu di tahun 1991, Krimea menjadi republik Otonom di bawah Uni Soviet. Akan tetapi, Krimea diserahkan kembali ke Ukraina seiring dengan bubarnya Uni Soviet.

Pada akhir 1980-an dan awal 90-an, ketika Uni Soviet hancur, banyak Tatar bermukim kembali di Krimea, jumlah mereka bertambah dari sekitar 38.000 pada 1989 menjadi sekitar 300.000 pada pergantian abad ke-21.

Pada Desember 1994, Rusia, Ukraina, Amerika Serikat, dan Inggris menandatangani Memorandum Budapest, yang isinya bahwa negara0negara yang terlibat dalam penandatanganan tersebut bersedia untuk menghormati perbatasan pasca-Soviet Ukraina.

Sementara itu, Ukraina berjanji untuk mentransfer persediaan besar senjata nuklir era Soviet ke Rusia untuk penonaktifan. Masalah Armada Laut Hitam juga diselesaikan dengan membaginya secara proporsional antara kedua pihak, di mana Rusia diberikan perpanjangan sewa fasilitas pelabuhan di Sevastopol. Lalu pada tahun 1997, Ukraina dan Rusia juga menandatangani perjanjian persahabatan dan kerjasama. Perjanjian tersebut juga menegaskan bahwa Krimea adalah bagian dari Ukraina.

Di awal abad ke 21, Ukraina mendapat guncangan politik akibat Revolusi Oranye.Penduduk Krimea yang didominasi Rusia tetap menjadi pendukung setia Viktor Yanukovych dan Partai Daerah yang pro Rusia. Ketika Yanukovych menjadi presiden pada 2010, ia memperpanjang sewa Rusia di pelabuhan di Sevastopol hingga 2042.

Perjanjian tersebut memungkinkan Rusia untuk menempatkan sebanyak 25.000 tentara di Sevastopol dan mempertahankan sepasang pangkalan udara di Krimea. Hal tersebut membuat Yanukovych  mendapat protes besar dari rakyatnya. Pada Februari 2014 Yanukovych melarikan diri dari Kiev setelah berbulan-bulan protes rakyat menggulingkan pemerintahannya.

Setelah itu, orang-orang bersenjata bertopeng tak dikenal,, yang diketahui adalah tentara Rusia, merebut gedung parlemen Krimea dan situs-situs penting lainnya. Hal ini membuat kondisi Ukraina semakin kritis.

Legislator pro-Rusia mengadakan sesi tertutup parlemen untuk memilih Sergey Aksyonov, pemimpin Partai Persatuan Rusia, sebagai perdana menteri. Lalu muncul demonstrasi yang menyatakan diri sebagai pro Rusia. Pada bulan Maret 2014, Presiden Rusia Vladimir Putin menerima persetujuan parlemen Rusia untuk mengirim pasukan ke Krimea dengan alasan untuk melindungi penduduk etnis Rusia di sana.

Dalam hitungan hari pasukan Rusia dan kelompok paramiliter lokal pro-Rusia secara de facto menguasai semenanjung Krimea. Namun, pemerintah Ukraina terus menegaskan bahwa Krimea adalah wilayah Ukraina..

Pada Mei 2018, Rusia membuka jembatan yang membentang di Selat Kerch. Jembatan itu menghubungkan langsung antara Rusia dan Krimea. Jembatan tersebut memiliki panjang sebesar 19 kilometer dan menjadi jembatan terpanjang di Eropa. Akibat pembangunan tersebut, negara-negara barat menjatuhkan sanksi kepada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan proyek tersebut. 

Kapal-kapal Rusia juga sering menahan kapal komersial yang melakukan perjalanan ke pelabuhan Ukraina di Laut Azov. Pada November 2018 bentrokan antara kapal angkatan laut Rusia dan Ukraina menyebabkan beberapa pelaut Ukraina terluka.

Rusia menangkap tiga kapal Ukraina dan awaknya dan secara efektif menutup Laut Azov dengan memarkir sebuah kapal tanker di bawah Jembatan Selat Kerch. Insiden itu membuat pemerintah Ukraina mengumumkan masa darurat militer selama 30 hari.

Baca juga: Begini peran Cryptocurrency dalam Konflik Rusia dan Ukraina

Mengapa Rusia sangat Menginginkan Krimea?

Akibat aneksasi Krimea oleh Rusia, Ukraina telah kehilangan 80% cadangan minyak dan gas di Laut Hitam dan sebagian besar infrastruktur pelabuhan. Hal tersebut menunjukan bahwa Krimea merupakan wilayah yang kaya sehingga banyak negara mencoba untuk merebutnya.

Meski mendapat kecaman dari negara barat, Rusia sejauh ini tidak menunjukkan tanda-tanda menyerahkan kendalinya atas Krimea. Sebabm Krimea memiliki peran yang sangat penting bagi Rusia.

Secara militer, kontrol Krimea memberi Moskow akses berkelanjutan ke pangkalan angkatan laut di Sevastopol, rumah bagi Armada Laut Hitam Rusia. Pelabuhan air hangat Sevastopol, pelabuhan alami, dan infrastruktur yang luas menjadikannya salah satu pangkalan angkatan laut terbaik di Laut Hitam. 

Armada Laut Hitam memberi Rusia kemampuan operasional yang substansial di wilayah terdekat. Pada tahun 2008, misalnya, Rusia menggunakan armada untuk mengangkut pasukan dan melakukan blokade terhadap Georgia.

Sevastopol juga memberi Angkatan Laut Rusia akses ke Mediterania, dan ke Atlantik Selatan dan Samudra Hindia di luarnya, tunduk pada batasan tertentu yang diberlakukan oleh Konvensi Montreux tentang transit kapal perang melalui Selat Turki pada saat perang.

Hal ini bisa berfungsi sebagai markas untuk Gugus Tugas Mediterania yang baru dibentuk Rusia, yang baru-baru ini melanjutkan operasi permanen di Mediterania Timur, memperluas jangkauan Rusia dan meningkatkan prestise di wilayah tersebut.

Selain itu, kontrol Krimea memberi Rusia kemampuan pertahanan strategis yang penting. Meskipun mungkin kekurangan kapal modern, Armada Laut Hitam tetap mampu mengatasi ancaman angkatan laut dari negara-negara lain di kawasan itu untuk kepentingan Rusia di Laut Hitam.

Crimea juga merupakan rumah bagi Brigade Rudal Pertahanan Pesisir ke-11 BSF, yang menggunakan sistem pertahanan pantai K-300P, dipersenjatai dengan rudal anti-kapal Yakhont yang sangat mumpuni.

Itulah sejarah singkat mengenai Krimea yang selalu disebut-sebut dalam perang Ukraina vs Rusia. Untuk mengetahui sejarah perang Ukraina vs Rusia, Anda bisa membaca artikel berjudul Melihat Akar Permasalahan Antara Ukraina dan Rusia. Perang Ukraina vs Rusia juga memberi dampak besar pada ekonomi dunia. Dampak perang Ukraina vs Rusia bagi ekonomi global bisa Anda saksikan dalam artikel berjudul 3 Dampak Perang Ukraina vs Rusia Terhadap Ekonomi Dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.