Berita Nasional Terpercaya

Kisah Joschy Saadeekhun, Pemilik Phuket Resto yang Kuasai 200 Menu

0

Bernas.id – Saat memikirkan masakan Thailand, yang muncul di benak kita pertama kali pasti Tom Yum. yah, masalah dengan citarasa asam, manis, dan segar tersebut memang masakan Thailand yang paling terkenal di Indonesia. Bahkan, di supermarket pun kita bisa menemukan bumbu instan untuk membuat Tom Yum.

Namun jika Anda berkunjung ke Phuket Resto, Yogyakarta, Anda bisa menemui berbagai masakan Thailand yang sangat memanjakan lidah. Ada beragam menu khas Thailand dengan cita rasa otentik yang tersedia di restoran tersebut.

Konon, sang pemilik sekaligus chef restoran tersebut belajar langsung di Negeri Gajah Putih tersebut sebelum memberanikan diri membawa menu-menu tersebut ke Indonesia.

Joschy Saadeekhun adalah orang dibalik berdirinya Phuket Resto. Seperti apa, sih, perjalanan pria yang akrab disapa dengan panggilan Chef Josch tersebut mendirikan Phuket Resto? Berikut kisahnya:

Dari Negeri Kangguru hingga ke Gajah Putih

Kepada Tim Bernas.id, Chef Josch mengaku bahwa rasa cintanya pada masakan Thailand muncul ketika dirinya berada di Negeri Kangguru atau Australia. Saat ia sedang menempuh studi di Australia di awal tahun 1990an, Chef Josh merasa hanya masakan Thailand yang cocok dengan lidah dan seleran mahasiswa Indonesia.

“Saya pernah tinggal di Australia untuk sekolah. Waktu itu saya coba berbagai macam makanan tapi yang pas di lidah cuma masakan Thailand,” ucap Chef Josch.

Josh juga bercerita bahwa kebanyakan orang Indonesia yang datang ke Australia justru memilih masakan Thailand. Bahkan, ia mengatakan bahwa masakan Thailand lebih banyak digemari dibandingkan masakan China saat itu.

Rasa cinta Chef Josch pada masakan Thailand semakin besar saat dirinya mendengar cerita dari kedua orangtuanya bahwa dirinya masih memiliki darah Thailand.

“Ada cerita dari orangtua dulu kalau saya masih ada keturunan dari Thailand. Yah, dari nenek moyang, lah,” ucapnya.

Untuk memenuhi rasa cintanya pada masakan Thailand, tahun 1994 Chef Josch memberanikan diri untuk menimba ilmu memasak. Josch memilih Hat Yai sebagai kota tujuannya karena saat itu ia mengenal seorang chef yang sangat ahli memasak di kota tersebut.

“Di Thailand itu saya kerja bantu-bantu di sebuah rumah makan dan berguru dengan seorang master chef bernama Prasert Saelim,” ungkapnya.

Prasert Saelim adalah seorang chef yang ahli meramu makanan Thailand dan memiliki kemampuan mendalam mengenai bumbu-bumbu masakan hanya dengan mengandalkan lidahnya.

“Guru saya itu, kalau misalnya diajak ke rumah makan, dia bisa tahu apa saja bumbu makanan itu hanya dengan mencicipinya,” ucap dia.

Baca Juga: Kisah Budi Seputro, dari Angkringan hingga Sukses Kembangkan Sate Ratu yang Dikenal 85 Negara

Suka Duka di Thailand

Perbedaan bahasa dan budaya menjadi kendala tersendiri bagi Chef Josch ketika menimba ilmu di Thailand. Namun, kebiasaan sehari-hari masyarakat Thailand yang sangat berbeda dibandingkan masyarakat di Indonesia menjadi tantangan tersendiri baginya,

Ia bercerita bahwa butuh waktu sekitar tiga bulan agar dirinya bisa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Thailand. Sebab, ada banyak kosakata dalam Bahasa Thailand yang mirip dengan Bahasa Indonesia. Karena itu, tidak butuh waktu lama bagi dirinya untuk mempelajari bahasa tersebut.

“Dibandingkan dengan bahasa, yang menjadi kendala lebih besar, yah, justru kebiasaan masyarakat sehari-hari,” ucapnya.

Namun seiring waktu, Chef Josch mulai terbiasa dan justru jatuh hati dengan negara tersebut. Bahkan, Josch memuji sistem keamanan di negara tersebut.

“Di Thailand itu tergolong aman, Nggak perlu takut ada jambret atau begal. Anak perempuan saya di sana saya justru nggak khawatir sama sekali. Nah, malah waktu dia pulang ke Indonesia, saya yang deg-degan takut dompetnya dijambret atau HPnya diambil orang,” ungkapnya.

Jatuh Cinta pada Masak Sejak Kanak-Kanak

Kecintaan Josh pada dunia memasak ternyata sudah tumbuh sejak dirinya masih masa kanak-kanak. Sayangnya, ia tak pernah mendapat kesempatan untuk bersekolah memasak secara formal.

“Yah, waktu kecil dulu main sama teman-teman, saya suka masakin mereka mie. Sayangnya dulu sama orangtua nggak boleh sekolah tata boga. Jadi, saya kuliah ambil jurusan arsitektur,” tambahnya.

Hingga saat ini, Chef Josch telah menguasai sekitar 200 menit, khususnya masakan Thailand. Tak ingin menu yang telah dikuasainya hilang begitu saja, saat kembali ke Indonesia, ia bertekad mendirikan restoran Thailand.

Tahun 1996, tepat saat ia baru saja kembali dari Thailand, Josch mendirikan sebuah restoran yang menyajikan khusus masakan dari negeri Gajah Putih tersebut di Jakarta. Lalu di tahun 2006, ia kembali menunjukan kecintaan pada makanan Thailand dengan mendirikan sebuah rumah makan bernama Phuket Resto.

“Awalnya, saya mendirikan restoran Thailand di Jakarta bernama Raja. Saat itu namanya bukan Phuket Resto. Lalu saya ganti namanya dan nekat mendirikan rumah makan lagi di Jogjakarta,” ucapnya.

Sama halnya dengan kehidupan, mendirikan rumah makan pun juga menemui banyak pasang surut. Saat awal mendirikan rumah makan Thailand di Jakarta, pelanggan pun langsung dalam memenuhi restoran milik Chef Josch. Sayangnya, saat mendirikan rumah makan di Yogyakarta, pelanggan yang datang pun bisa dihitung dengan jari.

Baca juga: Kisah Martoyo, Sukses Jalankan Amanat Sultan untuk Kembangkan Kuliner Lokal Lewat Bale Raos

“Awal buka di Jakarta, itu restoran saya langsung ramai. Namun, saat buka di Jogjakarta, itu awal-awal memang sepi,” ungkapnya.

Kondisi berubah ketika gempa di Yogyakarta terjadi, tepatnya di tahun 2006. Saat gempa terjadi, banyak rumah makan yang tutup dan hanya Phuket Resto yang masih buka.

“Nah, dari situ banyak orang mulai datang. Apalagi, ada banyak mahasiswa dari Thailand yang datang kesini. Mereka senang bisa mencicipi makanan dari negara mereka saat kuliah di negeri orang. Selain harganya yang terjangkau di kantong mahasiswa, saya juga terjun langsung menyapa mereka dengan Bahasa Thailand,” ucap Chef Josch.

Sejak kejadian itulah, popularitas Phuket Resto mulai melonjak. Hingga saat ini, hampir tak terhitung jari banyaknya pelanggan yang datang ke restoran tersebut.

“Yah, mungkin nama resto ini semakin dikenal orang berkat informasi dari mulut ke mulut,” ucap dia.

Hingga saat ini, Phuket Resto pun sering menjadi jujugan mahasiswa Thailand yang sedang menimba ilmu di wilayah Yogyakarta.

“Selain mahasiswa Thailand, mahasiswa Malaysia juga sering datang kesini. Kebetulan Malaysia dan Thailand kan berdekatan jadi makanannya hampir sama. Nah, terkadang mereka juga membawa teman-temannya yang asli Indonesia,” ungkap Chef Josch.

Setiap harinya, Phuket Resto menyajikan sekitar 60 menu yang selalu diperbarui. Salah satu menu favorit di Phuket Resto adalah Tom Yum dan Ayam Kemangi khas Bangkok.

Untuk menghadirkan citarasa otentik Thailand, Chef Jocsh juga membeli beberapa bumbu langsung dari negara tersebut. Namun, ia juga melakukan beberapa modifikasi agar rasa makanan bisa diterima oleh lidah orang Indonesia. 

“Yah, ada beberapa bumbu, kalau pake buatan Indonesia, itu rasanya bisa berbeda. Namun, saya juga melakukan beberapa modifikasi agar orang Indonesia bisa makan. Misalnya, salad Mangga, itu rasa terasinya kental banget kalau di Thailand. Lalu saya kurangi terasinya agar orang Indonesia suka. Terus, misalnya masakan yang pakai daging babi, yah, saya ganti dengan daging ayam atau sapi untuk menjaga kehalalannya,” ungkapnya.

Tom Yum

Baca juga: Kisah Pemilik Catering Nirbaya, Dari Jual Kain Hingga Sukses Bisnis Kuliner

Tips Sukses Berbisnis Restoran

Phuket Resto kini telah memiliki beberapa cabang di Indonesia, salah satunya Jakarta, Semarang, dan Thailand. Meski Pandemi covid-19 banyak membuat usaha rumah makan gulung tikar, Chef Josch mampu mempertahankan rumah makannya dari serangan badan virus Corona tersebut.

“Yah, adanya pandemi ini memang ada beberapa cabang yang tutup. Namun, berkat adanya jasa antar makanan online ini, kami jadi terbantu,” ucap Chef Josch.

Chef Josch juga selalu berusaha memperbaiki menu-menu yang ada agar menyesuaikan dengan zaman.

“Yah, misalnya kalau di Thailand lagi trend makanan apa, kita juga coba buat dan memasarkannya. Kita juga menyediakan bumbu instan untuk masakan Thailand agar orang-orang juga bisa memasak sendiri di rumah,” ungkapnya.

Josch juga mengaku bahwa kesuksesan besar yang ia dapat saat ini tak lepas dari peran gurunya, Prasert Saelim. Meski sang guru sudah tiada,  Chef Josch juga selalu menjaga hubungan baik dengan keluarga gurunya.

Bagi Chef Josch, mengenang jasa guru adalah kunci sukses utama yang harus diterapkan oleh semua orang. Sebab, tiada kesuksesan yang terjadi tanpa jasa seorang guru.

“Kita jadi orang, kan, nggak boleh kacang lupa kulitnya. Sebab, kita bisa jadi seperti sekarang, yah berkat gurunya. Jadi, kita harus bisa membalas budi pada orang yang sudah memberikan ilmu agar apa yang kita dapatkan juga lebih berkah,” ucap dia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.