Berita Nasional Terpercaya

Profil Fujiko A Fujio, Sang Komikus Pencipta Ninja Hattori

0

BERNAS.ID– RIP Legend menjadi trending topic Twitter hingga Kamis (7/4/2022) malam. Cuitan ucapan belasungkawa mengalir deras di media sosial atas meninggalnya komikus pencipta manga Ninja Hattori yang dikenal dengan nama pena Fujiko A Fujio.

Dilansir dari AFP, pria bernama asli Motoo Abiko itu ditemukan meninggal dunia di luar rumahnya di Kawasaki, Jepang, pada Kamis (7/4/2022). Ia wafat pada usia 88 tahun. Sejauh ini, pihak kepolisian belum mengungkap penyebab meninggalnya Sang Legenda.

Selama hidupnya, dia telah melahirkan karya seperti Ninja Hattori, The Laughing Salesman, Obake no Q-Taro, dan Kaibutsu. Di Indonesia, kartu Ninja Hatori yang adaptasi dari komiknya pernah menjadi salah satu tayangan favorit anak-anak.

Baca Juga: Lebih Suka Doraemon Versi Lama Atau Versi Baru?

Dia juga bermitra dengan pencipta Doraemon, Fujiko F Fujio, yang memiliki nama asli Hiroshi Fujimoto. Keduanya kemudian berkolaborasi untuk menggunakan nama Fujiko Fujio, dan bekerja sama dalam pembuatan Doraemon.

Hiroshi telah meninggal lebih dulu pada September 1996 di usia 62 tahun. Lalu bagaimana kisah perjalanan Abiko hingga sukses menciptakan karya yang dikenal luas dan menuai kesuksesan? 

Bertemu Sahabat

Mengutip dari berbagai sumber, Abiko di Prefektur Toyama, Jepang, pada 10 Maret 1934. Ia merupakan anak tertua dari rahib di sebuah kuil bersejarah. Namun, keluarganya meninggalkan kuil tersebut setelah kematian sang ayah.

Saat itu, Abiko baru duduk di kelas lima. Dalam wawancara dengan harian Asahi Shimbun pada 2020, dia mengaku kepergian sang ayah untuk selamanya telah mengubah hidupnya.

“Kematian ayah saya yang paling mengubah hidup saya. Jika dia tidak meninggal, saya pikir saya akan menjadi seorang rahib,” ujarnya.

Abiko pun pindah ke sekolah dasar di Kota Takaoka. Di sekolah tersebut, ia bertemu Fujimoto yang kerap menggambar di buku catatannya. Mereka berdua menjadi teman.

Mereka bahkan sering menyembunyikan ilustrasi gambar-gambar dari teman sekelasnya karena malu. Saat duduk di bangku SMP, hasil karya mereka banyak dipengaruhi oleh komikus dan animator terkenal di Jepang, Dr. Osamu Tezuka.

Karya kolaborasi pertama Abiko dan Fujimoto berjudul Tenkuma. Mereka kemudian mulai mengirimkan karya ke majalah seperti Manga Shonen. Saking dekatnya, dua sahabat itu bahkan membuka rekening tabungan bersama.

Baca Juga: Kisah Melanie Perkins Rintis Canva, Ditolak 100 Investor Hingga Jadi Unicorn Pertama di Australia

Mereka terus berbagi pendapatan dan pengeluaran secara merata. Kebiasaan terus berlangsung sepanjang kemitraan mereka. Debut profesional keduanya dimulai pada 1951.

Pada tahun yang sama, keduanya berhasil bertemu dengan idola mereka, Osamu Tezuka di Prefektur Hyogo. Abiko dan Fujimoto mendapat pujian dari sang idola atas karya ilustrasi mereka berjudul “Ben Hur”. Tezuka yakin keduanya kelak menjadi komikus ternama di Negeri Sakura.

Nama Pena

Sama-sama sebagai anak tertua, Abiko dan Fujimoto merasa punya tanggung jawab sehingga memutuskan untuk mencari pekerjaan. Hal itu mereka lakukan setelah lulus SMA pada 1952.

Abiko bekerja di perusahaan Surat Kabar Toyama. Dilansir dari Japan News, setelah keluar dari pekerjaannya, Abiko memilih pergi ke Tokyo dan tinggal di sebuah apartemen di Tokiwaso. 

Apartemen itu pada akhirnya menjadi tempat berkumpulnya dua sahabat. Pada 1964, ia dan Fujimoto memulai serial “Obake no Q-Taro” di majalah manga Shonen Sunday. Di situlah, keduanya melahirkan nama pena bersama Fujiko Fujio.

Manga itu menceritakan hantu bernama Q-Tari yang tinggal bersama keluarga Ohara. Q-Taro yang kerap disapa Q-chan ini sangat usil. Dia suka terbang untuk menakut-nakuti orang dan mencuri makanan, namun dia juga sangat takut pada anjing.

Serial komik komedi dan fantasi ini kemudian diadaptasi sebagai serial kartun di stasiun televisi TBS pada 1965-1967, dengan 96 episode.

Doraemon diciptakan pada 1970 dan langsung memperoleh popularitasnya di kalangan anak-anak. Bahkan hingga kini, kita masih bisa menonton serial kartunnya di televisi. 

Serial kartun Doraemon mulai disiarkan di TV Asahi pada 1979. Baik karya secara bersama-sama maupun solo, Doraemon berhasil menarik minta publik. Pada 2014, Doraemon menjadi satu-satunya karya keduanya yang pernah dirilis di negara-negara berbahasa Inggris, seperti Amerika Serikat.

Perpisahan Duo

Abiko dan Fujimoto kemudian mulai membagi fokus karya mereka. Fujimoto mendapat bagian  produksi manga untuk anak-anak, sementara Abiko lebih luas lagi. Ia menghasilkan karya berupa komik anak yang menyenangkan hingga komik dengan sentuhan horor untuk pembaca dewasa.

Meski kisahnya terlihat mulus, keduanya memutuskan untuk bubar secara resmi pada akhir 1980-an. Abiko pun memulai awal baru dengan nama pena Fujiko A Fujio, sementara Fujimoto menggunakan nama pena Fujiko F Fujio.

Abiko kemudian merilis karyanya Ninja Hattori, mengisahkan seorang ninja cilik yang bersahabat dengan anak biasa yang kurang pintar, Kenichi Mitsuba. Tak disangka, Ninja Hattori juga digemari kalangan dewasa.

Serial kartun Ninja Hattori mulai ditayangkan di televisi pada 28 September 1981 hingga sekarang.

Meski sudah lama menjalin hubungan dengan Fujimoto, Abiko pernah mengaku enggan membaca komik Doraemon secara intens dan terlalu dekat. Ia punya alasan khusus mengapa melakukan hal tersebut.

“Saya menghindari baca komik (Doraemon) sebagai tindakan protektif, karena ketika saya membacanya, saya terpengaruh oleh komik tersebut dan berpikir ‘Saya tidak bisa menggambar seperti ini’,” ujarnya sambil tertawa.

Baca Juga: Everyone Is Talented! Menggali Potensi Diri Dari Film Animasi Dan Kartun Anak

Abiko juga pernah mengungkap penyebab bubarnya duo Fujiko Fujio. Ternyata, Fujimoto mengetahui dirinya menderita kanker hati dan penyakit jantung pada 1986. Keduanya berkeinginan untuk menyelesaikan masalah hak cipta dan keuangan sebelum Fujimoto wafat pada 1996.

Pada 2005, Abiko menerima penghargaan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi dari Asosiasi Kartunis Jepang atas karya-karyanya.

RIP Legend, Abiko telah menghembuskan napas terakhirnya dan membuat para penggemarnya begitu berduka. Namun, karyanya akan terus dikenang dan dinikmati oleh para pencintanya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.