Berita Nasional Terpercaya

Kisah Papua: Dari Zaman Prasejarah Hingga Tangan Belanda

Sejarah Papua

1

Bernas.id – Membicarakan Papua memang tak pernah ada habisnya. Wilayah ujung timur Indonesia ini tak hanya memiliki kekayaan alam yang Indah. Budaya dan adat istiadat wilayah tersebut juga punya keunikan tersendiri. 

Provinsi ini awalnya mencakup seluruh bagian barat New Guinea. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mendeklarasikan bagian paling barat pulau, di sekitar Semenanjung Kepala Burung, sebagai provinsi terpisah.

Papua juga punya sejarah panjang yang jarang diketahui banyak orang. Kisah mengenai tanah Papua bahkan datang jauh sebelum masa penjajahan, tepatnya dimulai sejak 50-60.000 tahun.

Papua di zaman Pra Sejarah

Penduduk purba kita diyakini telah tiba di Papua Nugini sekitar 50-60.000 tahun yang lalu. Mereka tiba dari Asia Tenggara selama periode Zaman Es ketika laut lebih rendah dan jarak antar pulau lebih pendek. Papua adalah salah satu daratan pertama setelah Afrika dan Eurasia yang dihuni oleh manusia modern. 

Saat itu, manusia modern melakukan migrasi pertamanya pada waktu yang hampir bersamaan dengan Australia. Hal ini menjadikan Papua sebagai salah satu tempat peradaban manusia tertua di bumi.

Sekitar 7000 SM, pertanian menjadi mata pencaharian utama penduduk Papua Nugini yang dikembangkan secara independen. Hal ini menjadikan Papua sebagai salah satu dari sedikit area domestikasi tanaman asli di dunia.

Sekitar 2500 tahun lalu, terjadi migrasi besar-besaran orang-orang berbahasa Austronesia datang ke wilayah pesisir Indonesia. Mereka datang dengan mengenalkan tembikar, ternak babi, dan teknik penangkapan ikan tertentu.

Lalu sekitar 300 tahun yang lalu, ubi jalar memasuki Papua Nugini dengan hasil panen yang jauh lebih tinggi. Hal ini berhasil mengubah pertanian tradisional dan menggantikan makanan pokok sebelumnya, yakni talas. Secara tak langsung, kondisi ini juga meningkatkan populasi di wilayah tersebut.

Baca juga: Jadi Rebutan Israel-Palestina, Ini Situs-Situs Penting Di Yerusalem

Datangnya Penjelajah Portugis dan Spanyol

Pada awal abad ke 16, para penjelajah Portugis dan Spanyol berlayar di Samudra Pasifik Selatan. Orang Eropa pertama yang melihat pulau New Guinea adalah orang Portugis pada tahun 1511,. Setelah itu, banyak penjelajah Spanyol, Belanda, Jerman, dan Inggris datang ke wilayah Papua Nugini.

Inggris berusaha untuk menemukan koloni di dekat Manokwari (sekarang di Papua Barat) pada tahun 1793. Belanda mengklaim bagian barat New Guinea pada tahun 1828, tetapi pos administratif permanen pertama mereka, di Fakfak (sekarang di Papua Barat) dan Manokwari, tidak didirikan hingga tahun 1898.

Perebutan Papua

Bagian utara Papua Nugini jatuh ke tangan Jerman pada tahun 1884 sebagai Nugini Jerman. Dengan meningkatnya kebutuhan minyak kelapa di Eropa, Geoffroy’s of Hamburg, perusahaan perdagangan terbesar di Pasifik, mulai berdagang kopra (daging kelapa yang dikeringkan) di Papua Nugini.

Pada tahun 1884, Jerman secara resmi mengambil alih wilayah timur laut pulau itu dan menyerahkan administrasinya kepada perusahaan sewaan. 

Pada tahun 1899, pemerintah kekaisaran Jerman mengambil kendali langsung atas wilayah tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Nugini Jerman. Pada tahun 1914, pasukan Australia menduduki Nugini Jerman, dan  wilayah tersebut berada bawah kendali militer Australia sampai tahun 1921.

Haji Misbach, seorang komunis Muslim, diasingkan oleh Belanda ke Papua Barat pada tahun 1924, dan tiga tahun kemudian sekitar 1.300 komunis dipenjarakan di sana setelah pemberontakan di Jawa.

Pemerintah Inggris, atas nama Persemakmuran Australia, menerima mandat dari Liga Bangsa-Bangsa untuk mengatur Wilayah Nugini pada tahun 1920. Mandat tersebut diberikan oleh Pemerintah Australia sampai invasi Jepang pada bulan Desember 1941. 

Menyusul penyerahan Jepang pada tahun 1945, administrasi sipil Papua serta Nugini dipulihkan, dan di bawah Undang-Undang Administrasi Sementara Papua Nugini, 1945-46, Papua dan Nugini digabungkan dalam suatu kesatuan administratif untuk menjadi negara Papua Nugini.

Jepang menduduki bagian utara Nugini Belanda selama Perang Dunia II sampai pasukan Sekutu merebut kembali Hollandia (sekarang Jayapura) pada tahun 1944. Belanda mendapatkan kembali kedaulatan atas Papua Barat pada akhir perang dan mempertahankannya setelah secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.

Pada tahun 1962, setelah negosiasi yang berlarut-larut, Papua Nugini ditempatkan di bawah administrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, lalu pada tahun 1963 dipindahkan ke Indonesia.

Baca juga: Melihat Peran NATO Dalam Konflik Ukraina Vs Rusia

Pembebasan Papua

Meski Papua telah menjadi bagian Indonesia sejak 17 Agustus 1945, namun berdasarkan hasil KMB 1949 penyerahan Irian Barat ke Indonesia masih ditangguhkan. Pada masa demokrasi terpimpin, tepatnya di tahun 1959 hingga 1965, pembebasan Irian Barat makin digencarkan. 

Presiden Soekarno semakin menegaskan bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak akan berakhir sebelum Irian Barat menjadi milik Indonesia. Oleh Karena itu, Indonesia melakukan banyak cara untuk merebut kembali Irian Barat. Beberapa cara yang dilakukan Indonesia untuk merebut kembali irian Barat Antara lain:

1. Diplomasi

Indonesia dan Belanda telah menempuh jalan damai melalui perundingan bilateral yang dilakukan secara berturut-turut pada tahun 1950, 1952, dan 1954.Namun, Belanda tetap tidak mau mengembalikan Irian Barat ke Indonesia. 

Akhirnya, Indonesia mengajukan masalah ini ke forum PBB. Namun, Indonesia masih belum memperoleh suara dukungan yang cukup dari negara-negara anggota PBB untuk mendesak Belanda. Setelah itu, Indonesia melakukan diplomasi aktif melalui konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh 29 negara dari Asia-Afrika. Sayangnya, suara dari negara-negara tersebut masih belum cukup dalam memenangkan sidang internasional PBB.

2. Konfrontasi Politik

Salah satu bentuk konfrontasi politik yang dilakukan Indonesia adalah membatalkan secara sepihak. Indonesia juga membentuk pemerintahan sementara Irian Barat di Tidore dan mengambil alih semua perusahaan Belanda di Indonesia.

Indonesia juga membentuk Front Nasional Pembebasan Irian barat untuk mengerahkan massa. Konfrontasi tersebut semakin memuncak saat Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan kerajaan Belanda pada tahun 1960, yang diikuti dengan penutupan kantor perwakilan Belanda di Indonesia.

3. Konfrontasi ekonomi

Bentuk konfrontasi ekonomi yang dilakukan Indonesia kepada Belanda adalah membatalkan utang ke Belanda senilai  3661 juta gulden. Indonesia juga melarang maskapai penerbangan Belanda melakukan penerbangan dan pendaratan.

Pemerintah juga memberhentikan semua perwakilan konsuler Belanda dan mengambil alih semua perusahaan Belanda di Indonesia. Pasar komoditas Indonesia dari Rotterdam juga dipindahkan ke Jerman.

Baca juga: Tak Hanya Ukraina Vs Rusia, Ini Sejumlah Negara Yang Akhir-Akhir Ini Berkonflik

Saat sidang umum PBB tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berpidato dan menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan  memperkeras sikapnya kepada Belanda. Pidato tersebut dikenal dengan judul “Membangun Dunia Kembali”. Pidato tersebut berhasil membuka kembali masalah Irian Barat di forum PBB.

Akhirnya, wakil Amerika Serikat Di PBB mengusulkan agar Belanda memberikan kedaulatan Irian barat melalui PBB dalam jangka waktu maksimal 2 tahun. Namun, Belanda ingin membentuk negara Papua. Alhasil, Presiden Soekarno melakukan konfrontasi militer sebagai upaya terakhir. Pemerintah pun mencari bantuan senjata ke luar negeri di bawah pimpinan jenderal AH. Nasution.

Perebutan Papua dari tangan Belanda

Melihat perkembangan militer Indonesia. belanda protes ke PBB dan memperkuat kedudukannya dengan mengerahkan kapal perang ke perairan Irian Barat. Lalu pada 19 Desember 19961 dalam rapat besar di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengeluarkan komando untuk mengajak rakyat Indonesia ikut serta dalam Konfrontasi militer tersebut. Komando tersebut dikenal dengan nama Trikora alias Tri Komando Rakyat. Dengan adanya trikora, konfrontasi total terhadap Belanda pun dimulai.

Setelah trikora, presiden membentuk Komando Mandala untuk pembebasan Irian barat yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto. Awalnya, Belanda menganggap enteng kekuatan militer Indonesia dibawah komando mandala. Namun ketika operasi infiltrasi ke Irian Barat berhasil merebut kota Teminabuan, Belanda pun bersedia melakukan perundingan untuk menyelesaikan sengketa.

Akhirnya, tanggal 15 Agustus 1962 terjadi perjanjian antara Indonesia dan Belanda di kota New York. Dalam perjanjian tersebut, Belanda harus menyerahkan Irian Barat kepada PBB selambatnya 1 Oktober 1962 dan Tentara Belanda harus meninggalkan Irian Barat secara bertahap.

Lalu 1 Desember 1962, bender Indonesia mulai dikibarkan di Papua disamping bendera PBB. Kemudian 1 Mei 1963, PBB menyerahkan Irian Barat ke Indonesia.

Berdasarkan hasil perjanjian New York yang telah disepakati, Indonesia harus mengadakan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat).

Sayangnya, terjadi kekacauan politik di Indonesia, salah satunya gerakan G 30 S PKI yang membuat presiden Soekarno harus turun dari jabatannya. Indonesia baru bisa menyelenggarakan Pepera tanggal 14 Juli hingga 2 Agustus 1969, saat itu Indonesia sudah berada di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.

Tahun 1969, berlangsung referendum Papua. Hal ini bermula dari meletusnya oposisi terhadap pemerintahan Indonesia, yang dipimpin oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Akibat referendum tersebut, wilayah Papua menjadi provinsi Irian Jaya di Indonesia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.