Berita Nasional Terpercaya

Psikolog Jelaskan Pemicu Anarkisme Suporter Bola

0

SLEMAN, BERNAS.ID – Senin (25/7), terjadi kericuhan antarsuporter sepakbola di beberapa titik di Sleman dan Kota Yogyakarta. Misalnya di Jalan Gejayan, Jalan Magelang, dan Depan Taman Makan Pahlawan Wahidin Sudiro Husodo di Mlati, Sleman.

Psikolog, Prof Koentjoro mengatakan tindakan anarkis atau vandalisme yang dilakukan oleh suporter sepak bola terjadi karena dipengaruhi oleh jiwa massa. “Anarkisme yang terjadi pada suporter bola ini karena jiwa massa,” jelasnya, Kamis (28/7).

Baca Juga Polisi Terapkan UU Darurat Untuk Tersangka Keributan Suporter

Koentjoro menyebut seseorang atau individu akan bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan. Ketika berada di tengah massa akan mendorong munculnya perilaku atau tindakan yang tidak akan dilakukan saat sedang sendiri.

“Jiwa massa ini timbul ketika berada di antara massa dan memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan berani melakukan hal-hal itu. Apalagi ditambah dengan mengenakan pakaian atau atribut yang kemudian menggambarkan itu adalah satu bagian,” jelasnya.

Saat bersama dengan massa, terlebih ditambah dengan adanya sebuah atribut, seseorang dari kelompok massa tersebut akan berani melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan saat sendiri. Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo.

“Misalnya saja di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata dan melakukan gerakan tertentu secara tidak sengaja atau tak disadari akan tertular. Orang seringkali kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan,” urainya.

Baca Juga Suporter Solo Rusuh Di Jogja, Begini Kata Sultan

Untuk mencegah kericuhan massa, Koentjoro menyebutkan pentingnya upaya pengendalian masa. Pengendalian massa bisa dilakukan memecah massa dalam kelompok-kelompok lebih kecil agar jiwa massa tidak terlalu solid. “Penting memecah massa agar massa tidak terkonsentrasi menjadi satu.”

Ia mengatakan aparat keamanan dapat membuat pengaturan waktu kepulangan suporter dalam beberapa kloter. Selain itu, mengatur rute untuk  memecah kerumunan. “Kalau jiwa sudah dikendalikan massa itu kan susah apalagi kalau ada penyusup dengan tujuan tertentu seperti adu domba atau pun buat konten biar Viral. Ini kan mengerikan jadi untuk mencegah kericuhan perlu memecah konsentrasi massa baik lewat pengaturan waktu ataupun rute,” pungkasnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.