Berita Nasional Terpercaya

Presiden Kritik Pemberian Biskuit untuk Gizi Anak: Harusnya Telur dan Ikan

0

JAKARTA, BERNAS.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengkritik Kementerian Kesehatan yang masih mengandalkan bantuan berupa biskuit bagi anak-anak balita untuk mencegah stunting alias kondisi gagal tumbuh pada anak.

Jokowi menilai pemberian biskuit merupakan cara yang mudah namun sebenarnya tidak tepat sasaran untuk memenuhi keseimbangan gizi pada anak.

“Dan jangan sampai keliru, karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari Kementerian masih memberi biskuit pada anak, cari mudahnya saja, saya tahu,” kata Jokowi dalam pidatonya di acara BKKBN, di Kantor BKKBN Jakarta Timur, Rabu (25/1/2023).

Jokowi lantas menyarankan seharusnya anak-anak diberikan asupan makanan yang memperhatikan kandungan gizi baik. Sehingga, protein hewani seperti telur dan ikan justru yang penting diberikan.

Baca juga: UNICEF: 24,4 Juta Balita Indonesia Kekurangan Gizi

Jokowi juga meminta kekeliruan pemberian biskuit ini tak dilakukan lagi ke depannya. Terlebih, Indonesia mematok target angka stunting di tahun 2024 turun hingga berada di bawah 14 persen.

“Kalau telur ikan kan gampang busuk gampang rusak telur, ini cari mudahnya saja, jangan dilakukan lagi. Kalau anaknya bayinya harus diberikan telur ya telur, diberikan ikan ya ikan,” ucapnya.

Baca juga: Perubahan Perilaku Berperan Penting Dalam Mencegah Stunting

Lebih lanjut, Jokowi juga mengaku kaget lantaran angka stunting pada anak pada tahun 2014 atau ketika awal menjabat mencapai 37 persen.

“Saya masuk di 2014 itu angkanya di angka 37 persen. Saya kaget,” lanjutnya.

Jokowi menilai sumber daya manusia (SDM) unggul jadi kunci daya saing bangsa. Sementara persoalan stunting di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah sangat besar harus segera diselesaikan

Ia berpendapat dampak stunting bukan hanya urusan tinggi badan. Lebih bahaya dari itu, anak-anak dikhawatirkan memiliki kemampuan rendah untuk belajar hingga potensi keterbelakangan mental.

“Lalu munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak,” kata dia.

Di sisi lain, Jokowi mengaku bersyukur angka stunting di Indonesia pada tahun 2022 lalu menurun menjadi 21,6 persen. Baginya, hasil itu menjadi kerja keras semua pihak.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengakui Kementerian Kesehatan kerap mendapatkan kritik perihal pemberian biskuit di Posyandu.

“Penting di sini makanannya protein hewani. Saya dimarahi semua profesor-profesor gizi karena saya kasih biskuit, salah,” kata Budi.

“Bukan biskuit, bukan sayur, bukan nasi, tapi protein hewani. Itu telur, ikan atau ayam,” imbuhnya.

Budi melanjutkan berdasarkan data SSGI 2019-2021 menunjukkan stunting terjadi sejak bayi masih dalam kandungan. Kemudian meningkat dan paling banyak terjadi pada rentang usia 6 bulan yaitu 13,8 persen, lalu menuju usia 12 bulan sebesar 27,2 persen.

Ia menyebut dengan melihat data itu, masyarakat diharapkan dapat melihat pentingnya pemenuhan gizi mulai saat ibu hamil, menyusui dan gizi pada MP-ASI balita. Masa-masa tersebut, khususnya saat anak baru mulai MPASI di usia enam bulan, rawan stunting apabila orangtua salah memilih asupan. (den)

Leave A Reply

Your email address will not be published.