Berita Nasional Terpercaya

Kontroversi Pelarangan Angklung di Malioboro: Antara Kebijakan Pemerintah Kota dan Peran Seniman Lokal dalam Industri Pariwisata

1

YOGYAKARTA BERNAS.ID – Rabu 5 April 2023 pagi cukup cerah, membawa kami beriringan menuju balai kota, menghantarkan rumusan pernyataan dari kesimpulan kajian Forum Keragaman Budaya Yogyakarta. Para pemerhati budaya ini tengah mengkaji regulasi Pemerintahan Kota Yogyakarta akan pelarangan musik angklung tampil di Malioboro dan dampaknya bagi harmoni budaya di Yogyakarta.

Sementara Malioboro diharapkan sebagai pusat keanekaragaman budaya.
Tegak berdiri beringin rindang senantiasa menjadi saksi ide-ide bijak para tokoh dari era ke era berikutnya. Daunnya yang lebat berbisik merdu menyampaikan pesan dalam hati yang terkuak. Akarnya yang kuat menjadi pembelajaran kami akan filosofi kehidupan.

“Diskusi hari pertama ing sor ringin mbak, agenda berikut buka puasa di Griya Abhipraya!” ajak Ki Sarwanto.

Silaturahmi awal sore itu tepat Ramadhan 6 hari, seniman dan budayawan mengawali kajian bersama di Taman Budaya Yogyakarta. Atas undangan Bapak Sigit Sugito (Koperasi Seniman & Budayawan DIY), Risang Yuwono (Tobong Institute), dan Arya Prahasta (Asosiasi Musisi).

Telah hadir antara lain Sukron Arief komisi D DPRD Yogyakarta, Komunitas UKM Jogya, Abhipraya Angklung Carehal, Angklung Rajawali, Angklung Fung, Forkom DIY, Amphi DIY, Paguyuban Kawulo Mataram, RJA Community, Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia, INRUKA, Milenial Berbudaya, dan Aliansi Yogya Sehati.

Sembari menggali kepiawaian kepariwisataan dari Tazbir Abdullah yang pernah menjabat Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri di Kemenparekraf dan sebelumnya Kepala Dinas Pariwisata DIY.

Menurutnya penataan dan manajemen Kawasan Malioboro, sumbu filosofi , ikon wisata dan budaya kebanggaan kita, seharusnya dikelola lebih profesional, jujur, adil, dan manusiawi. Harus sesuai ruh dan martabat Mataram (Jogja istimewa). Untuk Indonesia, dengan semangat implementasi tahta untuk rakyat tetap diperlukan. Jenis pariwisata Indonesia lebih tepat berbasis masyarakat.

Asa teman yang lain menginginkan menyiapkan event yang bisa menarik kunjungan wisatawan mancanegara sebab Jogyakarta merupakan salah satu international gate (gerbang internasional). Masyarakat diharapkan bisa mendukung Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan). Mempersiapkan para pelajar berbudaya mengingat kenangan era dulu adanya lomba tari dolanan anak-anak maupun pementasan budaya yang di hadiri anak-anak sekolah. Jangan hanya Farel yang menyanyikan lagu dewasa yang tampil di istana hari kemerdekaan NKRI seru yang lain.

Drs HM Satriya Wibowo Omah Pitulungan mengingatkan pemerintahan untuk mengingat pasal 32 ayat (1)Undang-undang dasar NKRI bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.

Sumbu Filosofi Kota Yogyakarta dimulai dari Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Kraton, Panggung Krapyak hingga Laut Selatan diajukan sebagai warisan dunia ke UNESCO.

Sri Sultan Hamengku Buwono X mentargetkan Yogyakarta sebagai pusat Pendidikan kebudayaan dan daerah terkemuka Asia Tenggara di tahun 2025. Pemkot Yogyakarta sedang melakukan pembenahan pariwisata dan budaya. Pemkot Yogyakarta melarang pengamen angklung di jalur pedestrian Malioboro sebagai tindak lanjut dari penataan kawasan Malioboro. Berkaitan dengan pengajuan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya UNESCO.

Malioboro membentang dari Tugu Yogya hingga persimpangan titik nol kilometer Yogyakarta. Mulai popular sejak masa kolonial tahun 1790 sebagai pusat perbelanjaan. Hingga saat ini Malioboro berkembang sesuai konsep aslinya dulu menjadi pusat kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk hingga Istana Presiden Gedung Agung.

Menilik sejarah angklung di Yogyakarta dimulai pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX, yang berlangsung pada abad ke-20. Pada saat itu, Sultan Hamengkubuwono IX tertarik dengan alat musik angklung dan memerintahkan para seniman di kerajaannya untuk mempelajari dan mengembangkan alat musik tersebut.

Dari sinilah angklung mulai dikenal di Yogyakarta dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat setempat. Kesenian tradisional yang khas : Angklung memiliki ciri khas tersendiri sebagai simbol kesenian tradisional yang masih lestari di Indonesia. Masyarakat Yogyakarta antusias untuk menikmati dan melestarikan angklung sebagai bagian kebudayaan Indonesia. (DEV)

1 Comment
  1. Shasa says

    Setuju kalau Malioboro jadi pusat kebudayaan seperti salah satu jalan di London.

Leave A Reply

Your email address will not be published.