Ubud Writers and Readers Festival 2023 Peringati Perayaan Ke-20 Dengan Tema ‘Atita, Wartamana, Anagata’

UBUD, BERNAS.ID – Yayasan Mudra Swari Saraswati mengumumkan kembalinya Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), festival sastra unggulan di wilayah Asia Tenggara, untuk memperingati perayaan 20 tahun berlangsungnya festival, yang akan berlangsung dari tanggal 18-22 Oktober 2023.
Untuk menandai pencapaian penting ini, festival tahun ini memilih tema Atita, Wartamana, Anagata: Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan. Tema ini diilhami oleh konsep kearifan lokal Bali Tri Semaya, yang mengandung pandangan filosofis orang lokal mengenai waktu, yang mereka pandang sebagai suatu hal yang bersifat non-linear, sirkular dan kolektif.
“Tema ini mengandung gagasan tentang Atita, Wartamana, Anagata (Masa Lalu, Masa Kini, Masa Depan) sebagai tiga hal yang bukan hanya tidak terpisahkan antar satu sama lain, namun juga berlangsung secara bersamaan,” ujar pendiri dan direktur UWRF, Janet DeNeefe, Jumat (26/5/2023).
Baca juga: Sutradara Despicable Me Hadiri Ubud Writers & Readers Festival 2017
Ia meneruskan, konsep ini membangkitkan representasi metafisik sebuah ‘makhluk’ yang cakupannya jauh melampaui daur hidup seorang manusia individual. Konsep ini menekankan pentingnya keseimbangan dan keselarasan, yang kemudian merajut sebuah benang rapuh yang mengikatkan takdir umat manusia melintasi batasan waktu dan ruang.
“Pandangan ini membantu kita untuk melampaui individualisme dan mulai berpikir tentang cara untuk bersama-sama merawat satu sama lain sebagai umat manusia, dari satu generasi ke generasi selanjutnya,” jelasnya.
Tema ini akan diturunkan menjadi serangkaian program yang menarik yang akan menjadi wadah dialog dan pertukaran kreatif dan intelektual. Tema besar ini akan mencakup sejarah pribadi dan kolektif, penyegaran spiritual, sekaligus konteks sosial, lingkungan, ekonomi dan politik global kontemporer.
UWRF kembali akan menampilkan para penulis, seniman, intelektual, cendekiawan, dan pembicara yang akan membagikan pandangan mereka soal sejarah, urusan terkini dan masa depan dunia. Festival ini juga akan memberi penghormatan kepada mereka yang telah membaktikan kehidupan mereka untuk membangun dan memelihara lanskap sastrawi kita, dengan mendukung skena sastra Indonesia dan global, sekaligus meningkatkan literasi dan minat baca.
“Adalah penting bagi kami untuk memastikan bahwa program 2023 kami merangkum perjalanan kami selama 20 tahun terakhir sebagai sebuah perayaan atas seni kesusastraan dan komunitas kreatif kami yang terus berkembang. Ini juga merupakan waktu yang tepat bagi Festival untuk merenungkan hal-hal apa saja yang telah kami raih dan arah yang akan kami tuju dalam 20 tahun berikutnya,” ujar dia.
Baca juga: Ubud Food Festival 2020 Diundur Karena Isu Corona
Festival ini digagas pada tahun 2002 sebagai tanggapan atas bom Bali pertama, didasari oleh pepatah “pena lebih tajam daripada pedang.” Sejak pendiriannya, festival ini juga telah melewati berbagai cobaan. Pada 2020, sebagai tanggapan atas COVID-19, festival ini mengadakan acara daring bertajuk Kembali 2020: A Rebuild Bali Festival, dan pada 2021, festival mulai mengadakan beberapa acara luring di Ubud, yang digabungkan dengan sesi daring.
Melalui lensa kesusastraan, kesenian, aktivisme dan wacana intelektual, festival ini mencatat bagaimana pandemi berdampak terhadap kehidupan manusia.
Program emerging writers (penulis awal karir) UWRF yang diluncurkan pada 2008 adalah salah satu sumbangan paling penting festival terhadap perkembangan sastra lokal.
Banyak alumni program emerging writers festival telah membangun karir yang sukses di dunia sastra setelah tampil di festival, dan beberapa di antara mereka telah mendapat pengakuan mancanegara setelah karya-karya mereka diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan bahasa-bahasa asing lainnya.
Salah satu contohnya adalah Norman Erikson Pasaribu, yang kumpulan puisinya Sergius Mencari Bacchus dan kumpulan cerita pendeknya Cerita-Cerita Bahagia, Hampir Seluruhnya telah diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Tiffany Tsao, masing-masing dengan judul Sergius Seeks Bacchus dan Happy Stories… Sort Of.
Kedua karya tersebut telah mendapat pujian dari kalangan pembaca berbahasa Inggris.
Program emerging writers ini telah membuktikan komitmen UWRF untuk memberikan peluang bagi para penulis muda Indonesia. Setiap tahunnya, sebuah dewan kuratorial independen memilih kira-kira 12 karya sastra, berupa esai, cerita pendek, nukilan novel, puisi dan naskah drama dari berbagai penjuru nusantara.
Tulisan-tulisan ini kemudian diterbitkan dalam antologi tahunan kami dan diterjemahkan ke bahasa Inggris. Para penulis terpilih kemudian diterbangkan ke Ubud untuk tampil dalam program Festival. Luasnya cakupan pengalaman yang mereka dapatkan saat mengikuti Festival telah mengubah kehidupan mereka.
Untuk memperingati hari jadi ke-20nya, UWRF akan meluncurkan sebuah Antologi edisi khusus Perayaan ke-20 UWRF, menampilkan karya-karya terpilih dari para alumni program emerging writers dari tahun 2008 hingga 2022. Kami akan mengumumkan lebih banyak rincian mengenai antologi edisi khusus ini di bulan Juli, berbarengan dengan pengumuman deretan pertama program kami.
Pada pekan pertama Agustus 2023, festival kami akan membuka pendaftaran untuk seleksi emerging writers Festival tahun 2024. Kami akan mengumumkan nama penulis terpilih pada Februari 2024, dan mereka semua akan mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengikuti sebuah lokakarya penulisan sebelum tampil di Festival 2024.
Karya seni rupa pendamping tema festival 2023 digambar oleh Goenawan Mohamad, salah satu wartawan, penyair dan esais terdepan Indonesia. Koleksi karya terbarunya menampilkan rangkaian intaglio dan litograf yang diilhami oleh dunia binatang.
Untuk karya seni UWRF 2023, ia bekerjasama dengan Devto Printmaking Institute dan dibantu oleh cucunya, Adinda Hapsari, seorang desainer grafis muda. Karya seni grafis yang ia ciptakan untuk UWRF akan tersedia untuk dijual dalam jumlah terbatas di bulan Oktober.
“Karya seni pesanan ini merupakan bentuk penghargaan terhadap karya saya,” ujar Gunawan Mohamad. “Selain itu, saya juga telah senantiasa mendukung UWRF sejak awal.” (den)