BERNAS.ID – Diabetes (kencing manis) bukan hanya masalah kesehatan yang berdampak pada individu, melainkan juga merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat global. Prevalensi diabetes yang terus meningkat menjadi perhatian kita semua. Di Indonesia, situasi ini semakin diperparah dengan berbagai faktor lingkungan, gaya hidup, dan kebijakan kesehatan yang belum optimal.
Tulisan ini membahas epidemiologi diabetes, perbedaan tipe diabetes, faktor risiko, serta strategi pencegahan dan pengelolaan untuk mengatasi tantangan ini.
Epidemiologi
Diabetes adalah masalah kesehatan global yang signifikan, dengan prevalensi yang terus meningkat dan dampak besar pada kesehatan masyarakat. Di Indonesia, prevalensi diabetes terus meningkat dari tahun ke tahun.
Baca Juga : Genap Berusia 30 Tahun, LCYPM Menggelar Baksos, Mulai dari Kanker Anak sampai Diabetes
Data dari tahun 2007 hingga 2018 menunjukkan peningkatan signifikan dalam prevalensi prediabetes, terutama di daerah pedesaan yang mencapai 44.8%, dibandingkan dengan daerah perkotaan sebesar 34.9%.
Faktor risiko utama untuk diabetes onset dini (usia 20-40 tahun) diantaranya adalah tinggal di perkotaan pada masa anak-anak dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Tipe dan Faktor Risiko
Diabetes mellitus adalah kondisi kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat gangguan produksi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Ada dua tipe utama diabetes yang sering ditemukan, yaitu diabetes tipe 1 (T1D) dan diabetes tipe 2 (T2D).
Diabetes Tipe 1
T1D adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel beta penghasil insulin di pankreas. Hal ini mengakibatkan kekurangan insulin absolut. Faktor risiko utama untuk T1D termasuk predisposisi genetik (terutama gen HLA), pemicu lingkungan seperti infeksi virus, mikrobiota usus, dan faktor nutrisi tertentu.
Diabetes Tipe 2
T2D, sebaliknya, adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan resistensi insulin dan kekurangan insulin relatif. Faktor risiko untuk T2D sangat kompleks, melibatkan predisposisi genetik, obesitas, gaya hidup sedentari, diet yang buruk, penuaan, dan riwayat keluarga. Faktor lingkungan dan gaya hidup memainkan peran signifikan dalam perkembangan dan progresi T2D.
Pandemi COVID-19 dan Diabetes
Pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu telah memperburuk masalah pengelolaan diabetes, dengan meningkatnya komplikasi seperti hipoglikemia dan ulkus kaki diabetik. Sekitar 69.8% orang dengan diabetes melaporkan kesulitan dalam pengelolaan penyakit selama pandemi ini. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem kesehatan kita dalam menghadapi krisis kesehatan yang tiba-tiba.
Regulasi di Indonesia
Implementasi kebijakan Standar Pelayanan Minimum Kesehatan di Jakarta telah meningkatkan cakupan skrining diabetes, meskipun masih banyak tantangan dalam kesadaran dan kolaborasi multisektoral. Upaya ini perlu diperluas ke seluruh Indonesia untuk memastikan deteksi dini dan pengelolaan yang lebih baik.
Tren Global
Secara global, prevalensi diabetes diperkirakan akan meningkat dari 9.3% pada tahun 2019 menjadi 10.9% pada tahun 2045. Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menunjukkan disparitas signifikan dalam insiden dan manajemen diabetes, dengan faktor lingkungan, sosial ekonomi, dan genetik yang berkontribusi pada variasi ini.
Baca Juga : Mitos Atau Fakta: Nasi Putih Menyebabkan Diabetes
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi prevalensi diabetes global termasuk obesitas, urbanisasi, dan polusi partikel.
Strategi Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan dan pengobatan diabetes memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan perubahan gaya hidup, terapi medis, dan dukungan sosial. Berikut adalah beberapa strategi utama:
Pencegahan
Strategi pencegahan untuk T1D fokus pada skrining genetik, imunoterapi untuk mencegah kerusakan sel beta, dan modifikasi gaya hidup untuk menghindari faktor pemicu. Uji klinis imunoterapi bertujuan untuk menunda onset T1D dengan memodulasi respons imun.
Untuk T2D, strategi pencegahan meliputi menjaga berat badan yang sehat, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan mengadopsi diet seimbang yang kaya akan biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran. Skrining rutin untuk individu berisiko tinggi membantu dalam deteksi dini dan intervensi yang tepat waktu.
Pengobatan Herbal
Pengobatan herbal juga telah dieksplorasi untuk potensi manfaatnya dalam pengelolaan diabetes. Untuk T1D, tanaman seperti pare (Momordica charantia) dan fenugreek (Trigonella foenum-graecum) berpotensi menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Dalam T2D, tanaman seperti berberine (Berberis vulgaris) dan ginseng (Panax ginseng) digunakan untuk sifat penurun glukosa dan peningkatan sensitivitas insulin.
Tantangan dan Harapan
Meski banyak tantangan dalam pengelolaan diabetes, kemajuan dalam penelitian genetik, imunoterapi, dan intervensi gaya hidup terus memberikan harapan bagi peningkatan hasil kesehatan individu dengan diabetes. Pemahaman yang komprehensif tentang kondisi ini memungkinkan diagnosis, pengobatan, dan pencegahan yang lebih baik, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup mereka yang terdampak.
Sebagai “pandemi senyap”, diabetes tetap menjadi masalah kesehatan global yang kritis dengan prevalensi yang terus meningkat dan disparitas signifikan di berbagai wilayah. Di Indonesia, faktor-faktor seperti urbanisasi, pendidikan, dan implementasi kebijakan memainkan peran penting dalam manajemen dan prevalensi diabetes.
Secara global, obesitas, faktor lingkungan, dan status sosial ekonomi memiliki dampak signifikan terhadap tren diabetes. Dengan aksi nyata serta pendekatan yang tepat dan komprehensif, kita dapat mengatasi tantangan ini dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.
Masa depan bangsa kita tergantung pada bagaimana kita mengelola kesehatan masyarakat saat ini. Diabetes hanyalah salah satu ujian terbesar yang harus kita hadapi bersama.
[Dokter Dito Anurogo MSc PhD (Cand.), Diploma in Project Management from International Business Management Institute Berlin Germany, Kandidat Doktor di IPCTRM College of Medicine Taipei Medical University Taiwan, dosen tetap di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dokter pengampu Telemedicine di SMA Negeri 13 Semarang, penulis puluhan buku di antaranya: The Art of Televasculobiomedicine 5.0, “The Art of Onconomics 5.0”, dan “Stem Cells Made Easy”, reviewer puluhan jurnal nasional dan internasional, trainer bersertifikasi BNSP]