Berita Nasional Terpercaya

Berniat Membangun Desa Wisata? Tunggu, Baca Dulu Langkah-Langkahnya!

0

Bernas.id – Goa Pindul saat ini menjadi primadona Gunung Kidul, bahkan menjadi destinasi paling sering dikunjungi. Rasanya belum lengkap apabila belum memasuki Goa ini jika kita berkunjung ke Yogyakarta. Namun dibalik itu semua ada hal yang harus kita perhatikan karena berdirinya Goa pernah menjadi polemik. Belajar dari pengelolaan Goa Pindul, tidak perlu khawatir lagi hal itu akan terjadi jika kita perhatikan langkah-langkah berikut.

Komitmen

Membuat komitmen antar warga masyarakat juka kita ingin merintis desa wisata. Kumpulkan para tokoh dan didengarkan masukan-masukannya. Kemudian membuat kepanitian serta jobdesk yang jelas, buat analisis SWOT agar semua warga mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dihadapi. Membuat komitmen ini cukup lama, jadi jangan tergesa-gesa apabila pendapat kita tidak diterima. Sampaikan dengan tenang apa saja keuntungan yang akan didapatkan warga apabila desa wisata terbentuk. Berikan contoh-contoh suksesnya desa wisata, seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Identifikasi

Apabila komitmen bersama sudah terjalin, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi potensi wisata yang dimiliki. Perlu membuat analisis SWOT untuk memudahkan. Gali dengan teliti setiap potensi, jangan pernah berkeinginan menjadikan desa kita seperti Raja Ampat kalau kita punya potensi kerajinan.

Studi Banding

Melakukan studi banding sangat dibutuhkan. Selain melihat potensi yang ada di desa tujuan, kita juga bisa belajar cara mengelola desa tersebut. Untuk melakukan studi banding kita memakai cara ATS (Amati, Tiru, Samakan). Jika tidak bisa meniru persis maka yang kita lakukan adalah ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Usahakan dalam melakukan studi banding, kita lakukan di desa yang memiliki potensi yang sama. Jangan sampai kita ingin merintis desa wisata kerajinan, namun kita studi banding ke Raja Ampat.

Dalam perizinan studi banding kadang kita tidak diizinkan dengan alasan rahasia perusahan. hal ini sering terjadi karena kita dianggap kompetitor. Tidak perlu khawatir, kalau memang tidak diizinkan yang kita lakukan adalah tetap melakukan studi banding tetapi kita sebagai konsumen. Kita ikuti aturan sebagai konsumen, apabila diminta untuk membayar paket wisata, kita bayar, namun dibalik itu kita pelajari manajemennya.

Melakukan Kajian Dampak Pariwisata

Melakukan dampak kajian wisata sangatlah penting. Misalnya kita ingin membuka desa wisata budaya, maka dampak yang terjadi adalah harus ada penginapan, tempat laundry, tempat parkir, paket wisata, katering, travel, dan lain lain. Penginapan tidak perlu sekelas hotel berbintang, cukup homestay di rumah warga saja sudah cukup menarik. Justru itulah yang mereka cari bisa merasakan tidur di rumah pedesaan. Tempat laundry digunakan untuk mereka yang menginap. Tempat parkir kelihatannya sepele namun ini sangat dibutuhkan, saat mereka datang menggunakan bis maka kita harus menyediakan area minimal untuk 5 bis. Jika terpaksanya kita tidak memiliki lahan, maka kita meminta izin ke aparatur desa setempat untuk meminjam jalan atau meminjam desa sebelah.

Paket wisata sangat dibutuhkan, bak menu makanan yang ditawarkan kepada pengunjung restoran kita juga harus menyediakan paket wisata. Misalnya, paket outbond dan makan siang dengan harga satu juta untuk 10 orang, paket outbond dan penginapan, dan paket-paket yang lainnya. Untuk travel kita bisa menggandeng travel agen sekaligus sebagai promosi kita.

Regulasi

Regulasi ini harus dibuat dengan kesepatakan bersama. Regulasi diusahakan tidak ada warga yang dirugikan, semua harus terlibat walaupun hanya sebagai tukang parkir. Regulasi juga berfungsi menjaga desa agar tetap terjaga ciri khasnya, misalnya desa wisata budaya maka warga harus menjaga budaya yang ada ditempatnya. Berikutnya yang tidak kalah penting adalah mengetahui status lahan, batas desa, perizinan. Jangan sampai kasus sengketa lahan di Goa Pindul terulang kembali.

Semoga bermanfaat.

Leave A Reply

Your email address will not be published.