Berita Nasional Terpercaya

Lika-liku Perjalanan TikTok, Pernah Dilarang hingga Miliki Pengguna Lebih dari 1 Miliar

0

BERNAS.ID – Salah satu aplikasi media sosial yang populer di dunia adalah TikTok. Pengguna bisa menyajikan karya, hobi, pengalaman, atau sekadar berjoget dengan musik yang sedang digandrungi di platform tersebut.

Di Indonesia, aplikasi ini pernah diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 3 Juli 2018. Menkominfo Rudiantara kala itu menilai banyak konten negatif yang berbahaya bagi anak-anak di TikTok.

Namun, pemblokiran itu bersifat sementara hingga akhirnya TikTok bisa mematuhi ketentuan. Layanan TikTok di Tanah Air bisa diakses kembali pada 10 Juli 2018. Per Juli 2021, pengguna aplikasi tersebut di Tanah Air mencapai 92,2 juta.

Baca Juga: Hampir Bangkrut, Ini Kisah Apple yang Bangkit hingga Jadi Merek Paling Bernilai di Dunia

Sementara di dunia, jumlah pengguna aktif TikTok mencapai lebih dari 1 miliar orang per bulan. Sebagai perbandingan, Facebook memiliki 2,9 miliar pengguna, YouTube sebanyak 2,2 miliar pengguna, Instagram 1,4 pengguna, dan Twitter 397 juta pengguna.

Laporan Reuters menyebutkan perusahaan induk TikTok, ByteDance, mengalami peningkatan pendapatan hingga 70% secara year-on-year pada 2021 menjadi 58 miliar dolar AS.

Pada 2020, total pendapatan perusahaan yang berbasis di Beijing, China, itu tumbuh lebih dari 100% menjadi 34,3 miliar dolar AS. ByteDance menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia yang bernilai sekitar 300 miliar dolar AS.

Lalu, bagaimana TikTok bisa merajai dunia? Siapa sosok di balik aplikasi tersebut? Berikut selengkapnya.

Zhang Yimin dan ByteDance 

Menurut Investopedia, TikTok adalah media sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat, menonton, dan membagikan video melalui ponsel. Dengan durasi pendek dan fitur musik serta efek suara, TikTok menarik perhatian banyak orang bahkan profesional.

Kisah peluncuran TikTok bermula dari sosok pemuda bernama Zhang Yimin. Ia dibesarkan di Longyan, sebuah kota di bagian barat daya Provinsi Fujian. Pada awal 2000-an, dia mempelajari software engineering di Nankai University di Tianjin.

Melansir dari SCMP, Zhang dikenal sebagai sosok yang kerap membantu teman-temannya untuk memperbaiki komputer. Hal itu pula yang membuatnya dipertemukan oleh istrinya.

Sebelum mendirikan ByteDance, dia bergabung dengan Kuxun, sebuah search engine atau mesin pencari web yang diperuntukan bagi para turis. Dia juga pernah bekerja di platform jejaring sosial Fanfou, yang dibuat oleh Wang Xing.

Dia juga pernah meluncurkan bisnis pencarian real estate 99fang.com yang merupakan startup atau perusahaan rintisan pertama yang ia bentuk. Zhang juga pernah bekerja untuk Microsoft, namun hanya bertahan setengah tahun.

Ia begitu terobsesi dengan sirkulasi informasi hingga tercetuslah ide untuk membuat aplikasi pada akhir tahun 2011. Kemudian, munculah agregator berita Jinri Toutiao pada 2012.

Lalu, bagaimana akhirnya TikTok lahir? Mengutip BBC, kelahiran TikTok berbeda dengan media sosial lainnya yang dibangun oleh beberapa teman di sebuah garasi rumah. Sebelum menjadi seperti yang sekarang, TikTok awalnya tiga aplikasi yang berbeda.

Baca Juga: 5 Tips Digital Marketing di TikTok untuk Bisnis UMKM Anda

Aplikasi pertama adalah Musical.ly yang diluncurkan pada 2014 di Shanghai, yang kelak dibeli oleh ByteDance. Bahkan, platform tersebut telah memiliki jaringan yang kuat di Amerika Serikat.

Kemudian pada 2016, ByteDance merilis layanan serupa dengan Musical.ly di China dengan sebutan Douyin. Ada 100 juta pengguna yang tersebar di negara itu dan Thailand. Dengan menargetkan pengguna yang lebih luas, ByteDance memutuskan untuk meluncurkan aplikasi serupa dengan merek berbeda.

Maka lahirlah brand TikTok pada 2018, yang turut membeli Musical.ly dan TikTok memulai ekspansi globalnya.

Aplikasi TikTok. (Sumber: Pixabay/solenfeyissa)

TikTok Mendunia

TikTok makin bersinar setelah menjadi platform media sosial dengan pertumbuhan tercepat. Pada September 2021, pengguna TikTok telah mencapai lebih dari 1 miliar pengguna aktif per bulan.

Pencapaian itu bahkan melebihi pendahulunya seperti Facebook dan Instagram. Melansir dari Forbes, sebuah studi menunjukkan 92% pengguna cenderung lebih aktif berinteraksi seperti menyukai atau mengomentari sebuah video, membagikannya ke teman-teman, mengikuti merek/brand, dan bahkan membeli produk tersebut.

Dalam wawancaranya kepada Forbes, Global Head of Business Marketing TikTok Sofia Hernandez mengatakan banyak orang yang menghabiskan waktu lama menonton video-video yang diunggah di TikTok.

Baca Juga: 7 Fakta TikTok bagi UMKM dan Praktik Digital Marketing 2022

Menurutnya, hal itu ibarat membuka pintu kepada orang-orang untuk unjuk diri dan menjadi kreatif. Dengan platform tersebut, dia menyebut para kreator dapat menyampaikan pemikiran, pesan, atau bahkan melakukan trik sulap.

Di sisi lain, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk memproduksi video yang akan diunggah di TikTok. Sofia menyebutnya sebagai sesuatu yang sangat asli dan alami.

“Kami ada pada kenyataan dalam masyarakat di mana orang-orang menginginkan realitas. Ini bukan tentang mobil mewah atau merasa takut karena ketinggalan sesuatu,” ujarnya.

“Ini tentang koneksi dan kreasi. Ini adalah pondasi bagaimana orang-orang menggunakan TikTok,” imbuhnya.

Meski eksistensi TikTok makin diakui, platform ini nyatanya pernah menjadi pernah menjadi target Pemerintahan Donald Trump. Ia yang kala itu menjabat sebagai Presiden AS melarang keberadaan TikTok.

TikTok diminta untuk mengalihkan kepemilikannya ke perusahaan AS, dengan alasan masalah keamanan Siber. Perusahaan asal China itu setuju untuk bermitra dengan Oracle dan Walmart.

Namun, hakim memutuskan untuk menunda larangan tersebut dan penjualan ditunda. Hal tersebut dilakukan setelah pemerintahan Joe Biden membatalkan larangan yang diterbitkan Trump. Pemerintah AS kini memilih untuk mengevaluasi kembali risiko keamanan nasional yang mungkin ditimbulkan oleh TikTok.

TikTok dan 58 aplikasi lainnya  juga dilarang di India pada Juni 2020 karena dianggap merugikan kedaulatan, integritas India, keamanan negara, dan ketertiban umum. Menurut Time, langkah itu diyakini sebagai balasan atas bentrokan yang terjadi antara pasukan India dan China di perbatasan Himalaya.

Pandemi membuat orang-orang dipaksa untuk tetap di rumah. Di sisi lain, mereka harus tetap terhubung. Media sosial menjadi salah satu jalan agar mereka bisa berinteraksi.

Selama pandemi,TikTok telah menyalip Facebook sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di dunia. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari 3 miliar kali. Pengguna aktifnya diperkirakan akan mencapai 1,5 miliar hingga akhir 2022.

Baca Juga: Haruskah UMKM Go Digital Eksis di TikTok untuk Memasarkan Produknya?

Selain Asia dan Amerika, TikTok telah memperluas operasinya di Eropa, terutama di Inggris. Pada Oktober 2021, seperti dikutip dari China Daily, TikTok merekrut 3.000 engineer untuk karyawan globalnya.

Sejauh ini, TikTok telah memiliki kantor global di sejumlah kota besar yang tersebar di seluruh dunia, seperti Los Angeles, New York, London, Paris, Berlin, Mumbai, Singapura, Jakarta, Seoul, dan Tokyo.

TikTok dalam Angka

Dengan pengguna aktif lebih dari 1,2 miliar per bulan, TikTok menerbitkan hasil laporan pada Agustus 2021 bertajuk Marketing Science Global Time Well Spent. Berikut hasil penelitiannya terkait tentang karakter pengguna:

  • 35% pengguna TikTok menyebut waktu menonton TV mereka berkurang setelah menggunakan TikTok
  • 45% pengguna TikTok menghabiskan waktu lebih sedikit di aplikasi kencan sejak menggunakan TikTok
  • 46% pengguna TikTok berinteraksi dengan konten TikTok tanpa mengalami gangguan

Karakteristik pengguna TikTok ketika beraktivitas sendirian:

  • 59% pengguna TikTok mengetahui informasi tentang acara dan tren terkini
  • 60% pengguna TikTok mempelajari resep masakan baru atau kerajinan dan tutorial
  • 69% pengguna TikTok memilih untuk mengikuti kreator konten
  • 71% pengguna TikTok menjadi lebih sering menonton video

Karakteristik pengguna TikTok ketika sedang bersama teman atau keluarga:

  • 68% pengguna TikTok membagikan video kepada orang lain
  • 66% pengguna TikTok berpartisipasi dalam hashtag challenge
  • 65% pengguna TikTok berpartisipasi dalam sebuah tren/prank
  • 61% pengguna TikTok saling berkirim pesan kepada teman-teman
  • 57% pengguna TikTok mempelajari tarian baru
  • 56% pengguna TikTok mereka video untuk diunggah
  • 55% pengguna TikTok membuat konten orisinil atau original content

Lalu, bagaimana perilaku pengguna TikTok setelah scrolling video di TikTok?

Baca Juga: 5 Cara Mendapatkan Uang dari TikTok

Sebanyak 81% pengguna TikTok mengaku menghabiskan waktu menonton video di TikTok sesuai dengan yang direncanakan, dan bahkan ada yang justru lebih. Selain itu, sebanyak 92% pengguna TikTok cenderung melakukan aksi setelah menyaksikan video di platform tersebut.

Sebanyak 25% pengguna TikTok memilih untuk membeli sebuah produk atau sekadar browsing produk-produk setelah melihat video yang diunggah di TikTok. Gen Z atau mereka yang lahir setelah tahun 1996 adalah pengguna terbanyak aplikasi ini.

Lima konten kreator yang paling banyak diikuti oleh pengguna TikTok adalah Charli D'Amelion (137,9 juta pengikut), Khaby Lame (134,6 juta pengikut), Bella Poarch (88,3 juta pengikut), Addison Rae (87 juta pengikut), dan Zach King (67,7 juta pengikut).

Leave A Reply

Your email address will not be published.