Berita Nasional Terpercaya

Tradisi Sekaten Sebagai Kultur Budaya Jawa Dalam Menyambut Milad Nabi

0

Bernas.id ? Milad Nabi Muhammad SAW atau yang biasa disebut Maulid Nabi merupakan peringatan hari lahirnya Rasulullah SAW. Peristiwa ini diperingati pada tanggal 12 Rabiul Awal. Peringatan Maulid Nabi sejatinya dilakukan sebagai rasa syukur umat Islam pada Allah SWT.

Peringatan maulid Nabi di Indonesia dirayakan hampir menyeluruh di berbagai daerah. Setiap daerah memiliki nama perayaan berbeda-beda namun tujuannya sama. Perayaan ini umumnya dengan mengadakan pengajian umum yang berkisah tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dari lahir hingga wafat. Masyarakat Jawa pada umumnya mengenal perayaan Saulid Nabi dengan sebutan Sekaten. Perayaan Sekaten biasanya dengan cara membawa hasil bumi daerah dibawa ke alun-alun dan dirayakan bersama masyarakat.

Kultur budaya masyarakat Indonesia dengan perpaduan unsur religi dari agama Islam. Menjadikan kemasan perayaan Milad Nabi di Indonesia ada unsur budaya Indonesia. Contoh saja, tradisi Sekaten yang dilakukan di Surakarta ataupun Yogyakarta. Kedua wilayah di Indonesia yang terkenal dengan kentalnya tradisi Jawa ini merayakan tradisi Sekaten dengan kultur budaya Jawa yang begitu lekat. Meskipun perayaan Milad Nabi, namun masyarakat di sekitar Surakarta dan Yogyakarta masih mengenakan pakaian adat Jawa yang dipadukan dengan busana religi.

Perpaduan kultur budaya Indonesia dengan kultur budaya Arab melalui agama Islam memang sudah berlangsung sejak lama. Indonesia yang sudah dulu memiliki tradisi dan budaya tersendiri kemudian kultur budaya Arab yang dibawa oleh pedagang dengan mensyiarkan agama Islam menjadikan Indonesia memiliki adaptasi kultur yang dipadukan antara keduanya.

Perpaduan kultur memang bisa saja terjadi sewaktu-waktu, tidak hanya pada zaman berjayanya kerajaan Islam di Indonesia. Melainkan pada saat ini pun masuknya kultur baru masih terus terjadi dan berkembang. Apalagi tradisi yang merupakan hasil buatan dari manusia sendiri akan terus berkembang mengikuti zaman.

Terlepas dari hal itu, esensi sebenarnya pada perayaan Maulid Nabi adalah mengenang Rasul umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW. Bukan perayaannya yang terpenting, melainkan doa yang terus menggema untuk mengingat Rasul dan menyebutkan serta bersholawat. Manusia mengemas secara berbeda dan dengan cara yang berbeda pula. Asalkan tidak meninggalkan tujuan utamanya, cara dan kemasan boleh saja berbeda-beda. Toh dengan cara perayaan demikian bisa merekatkan silaturahmi antara hubungan sesama. Manusia diciptakan secara berbeda-beda. Oleh karena itu, cara mengagungkan Rasul-Nya pun boleh dengan cara yang berbeda pula dengan catatan esensi dan tujuannya sama.

Seperti halnya tradisi Sekaten yang dikemas secara berbeda di setiap daerahnya, dengan adaptasi kultur budaya masing-masing daerah. Namun nafas Islami dan lantunan Shalawat Nabi sama-sama bergema di setiap sudut daerahnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.