Berita Nasional Terpercaya

Cegah Startup Layu Sebelum Berkembang, Bekraf Buat Berbagai Program

0

HarianBernas.com – Startup jadi salah satu ranah industri yang saat ini engah tumbuh dengan pesat, bukan hanya di dunia, tetapi juga di Indonesia. Namun sayangnya, tak banyak startup yang dapat bertahan lama. Bahkan tidak jarang pula startup yang telah layu sebelum dapat berkembang.

Data yang diungkapkan oleh Forbes menyatakan, 90 persen startup gagal untuk bertahan di bidang yang telah digelutinya. Sedangkan, hanya terdapat tiga persen startup yang berhasil untuk bertahan dan tumbuh besar hingga sekarang.

Hal senada juga diungkapkan oleh Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Hari Sungkari, pada saat ditemui oleh para wartawan dalam acara pengumuman program kerjasama Bekraf, Telkom dan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi serta Komunikasi Indonesia (MIKTI).

Huffington Post juga mengungkapkan terdapat enam alasan dibalik kegagalan sebagian besar startup di masa sekarang. Salah satunya ialah karena adanya sistem kekeluargaan yang diterapkan dalam menjalankan usaha.

Tetapi, Kepala Bekraf, Triawan Munaf menyebutkan, jika salah satu faktor utama kegagalan yang telah dialami startup ialah ketidakmampuan mereka dalam melihat sebuah dunia bisnis dan juga berpartner, serta untuk mengomunikasikan ide serta produk mereka.

“Saat ini, startup Indonesia masih banyak yang mengalami kesulitan untuk mempresentasikan ide dan produk mereka dengan cara komunikasi yang baik serta pengemasan yang sesuai. Tidak sedikit dari mereka baru bisa menyadari hal itu setelah ide mereka keduluan dicaplok oleh pihak lain,” ujar Triawan

Kesulitan untuk dapat mengemukakan ide disebabkan karena adanya sebagian besar pelaku startup yang merupakan orang ahli di bidang teknis dan tidak memiliki banyak pengetahuan serta pengalaman tentang pemasaran dan juga bisnis.

Minimnya pengetahuan serta pengalaman terkait bisnis dan pemasaran tentu mengakibatkan ketidakmampuan sebuah startup dalam mengelola keuangan mereka, yang akhirnya menjadi hambatan dalam bermitra dengan para venture capital. Ini juga menjadi salah satu alasan runtuhnya startup tidak lama setelah kemunculan startup tersebut.

“Mampu untuk bertahan saja sudah jadi salah satu bentuk kesuksesan dari sebuah startup. Karena di dalam prosesnya, mereka pasti akan mengalami yang namanya up and down. Hal itu perlu kami (Bekraf) kawal untuk memastikan startup bertahan lebih lama dan sukses.? Tutur Triawan

?Kalau sekarang 90 persen startup ternyata mengalami kegagalan, kami ingin program Bekraf mengubah hal tersebut. Sehingga, dari 90 persen tadi akan ada lebih banyak lagi startup yang sukses,” tambah Triawan.

Triawan pun menyebutkan, startup di Indonesia juga cenderung memiliki kondisi rapuh sejak tahap awal, sehingga lebih sulit ketika menjalankan fase selanjutnya. Hal inilah yang menjadi alasan Bekraf menghadirkan sebuah program salah satunya Bekup.

“Melalui program ini (Bekup), Bekraf ingin bisa memperkecil jumlah startup yang gagal, atau yang disebut juga dengan istilah valley of death,” kata Triawan.

Hal lain yang juga menjadi penghambat perkembangan startup di Indonesia ialah kesulitan mereka dalam mendapatkan investasi, baik dari venture capital maupun angel investor.

Triawan mengaku hal tersebut juga jadi salah satu fokus utama pemerintah. Menurut Traiwan, pemerintah telah menyediakan anggaran yang memang ditujukan untuk bisa membantu startup dalam hal mendapatkan pendanaan atau investasi.

Hanya saja, Bekraf sampai saat ini masih sebagai lembaga yang mendapatkan mandat untuk mengurusi anggaran ini juga harus menghadapi tantangan tersendiri, diantaranya infrastruktur dan juga ekosistem yang belum mendukung.

Karena itulah, Bekraf sangat ingin membangun ekosistem yang sesuai. Tantangan ini disebut Triawan sebagai penghambat Bekraf dalam bertindak cepat ketika hendak membantu pertumbuhan startup.

Dukungan dari pemerintah sendiri, diakui oleh Hari Sungkari, telah dihadirkan lewat paket kebijakan untuk dapat mempermudah startup bisa mengurusi proses legalitas pendirian perusahaan.

Namun sayangnya, upaya ini dinilai masih belum sebaik negara tetangga yang bisa menyelesaikan proses tersebut hanya dalam satu hari saja. Hal ini tentu jadi salah satu pekerjaan rumah terbesar bagi pemerintah untuk dapat mendorong pertumbuhan startup.

Dalam hal pajak, Hari juga menyebutkan jika pemerintah sudah menyiapkan pembedaan peraturan untuk perusahaan yang telah matang serta perusahaan baru.

Tetapi, lanjut Hari, peraturan terkait pajak khusus untuk startup sampai saat ini masih belum tersedia. Hal tersebut tentu jadi agenda lain yang diakui Hari masih perlu digodok lebih dalam lagi.

“Soal aturan pembiayaan untuk startup sendiri, untuk saat ini memang belum ada. Karena pada umumnya pembiayaan saat ini bukanlah dari bank, tetapi dari venture capital ataupun angel investor. Tetapi masih belum ada aturan itu legal atau tidak,” tutur Hari.

Saat disinggung tentang waktu penyelesaian dan penerapan regulasi pendukung, Hari juga mengaku belum dapat untuk memastikan, sebab masih adanya proses pembahasan untuk menemukan titik temu antara kebutuhan serta permintaan pihak terkait.

Leave A Reply

Your email address will not be published.