Berita Nasional Terpercaya

Arief Budiman, Nyaman dengan Dunia Jurnalistik Radio hingga Jadi Presiden KVDAI

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Masa kecil kita dihiasi dengan serial kartun yang tidak membosankan untuk ditonton berulang-ulang. Untuk tetap bisa menikmatinya, kartun biasanya diisi oleh suara dubber Indonesia.

Lalu, pernahkah Anda mendengar suara pengumuman di bandara atau bioskop? Atau ketika menonton film dokumenter yang serius atau fun? Di balik vokal yang khas itu ada profesi voice over talent.

Dan satu lagi, suara-suara yang menemani Anda ketika harus beradu waktu dengan kemacetan. Ya, ada penyiar radio yang senantiasa mengabarkan situasi terkini, atau memutarkan lagu dari musisi favorit Anda.

Mereka berkumpul dalam satu wadah bernama Komunitas Voice Over Dubber Announcer Indonesia atau KVDAI. Dalam situsnya, komunitas ini merupakan tempat untuk belajar bersama bagi siapapun yang tertarik dengan olah suara.

Baca Juga: Cuan di Tengah Pandemi: Sertiva, Startup Sertifikat Digital (Bagian 1)

Komunitas ini diprakarsai oleh Anes Wibowo pada Juli 2018. Anes adalah seorang voice director, voice over, dubber, dan announcer yang sudah lama menekuni dunia vokal itu.

Jika kita membahas soal KVDAI, maka tidak bisa dipisahkan oleh sang presiden atau ketua umum yang memimpin komunitas tersebut agar terus “bersuara”.

Dia adalah Arief Budiman. Sosok ramah ini telah berpengalaman lebih dari 14 tahun di industri radio. Dari wawancara dengan Bernas.id, terdengar suaranya yang “empuk” dan merdu.

Arief menyebut, pada dasarnya semua orang bisa menjadi penyiar, dubber, atau voice over talent. Namun, butuh latihan agar vokal yang keluar mulut enak didengar.

“Tidak ada suara yang jelek, yang ada hanyalah suara yang terlatih dan belum terlatih,” katanya.

Awal mula nyaman

Sebelum memulai karier profesional sebagai penulis naskah berita, penyiar, reporter lapangan, hingga produser, Arief terjun di dunia radio pada 2006.

Saat itu, dia jatuh cinta dengan seni olah suara di radio. Kemudian pada 2012, Arief melebarkan sayapnya melalui jurnalistik radio, mulai dari Pasfm Radio Bisnis Jakarta, Radio El John Indonesia, Radio Sonora Jakarta, Radio Elshinta Jakarta, dan kini sebagai aktif di Radio Republik Indonesia Programa 4.

Sebagai informasi, RRI Pro 4 Jakarta menyajikan informasi dan hiburan tentang kebudayaan. Menjalani profesi sebagai penyiar radio berita bikin Arief menemukan kenyamanan.

“Nyaman karena lebih bisa mengungkapkan ide, pemikiran, dan gagasan. Kita jadi bisa bertemu orang berbagai latar belakang. Mulai dari wawancara pedagang, ojek online, menteri, dan bahkan presiden,” ujarnya.

Dari segudang pengalaman yang dia miliki, tentu ada beragam pendengar yang telah mendengar suaranya. Setiap segmen audiens tentu memerlukan tipe suara yang berbeda.

Lalu, bagaimana dia menemukan karakter suaranya?

“Disesuaikan dengan kebutuhan. Menemukan karakter itu biasanya tergantung di mana tempat kita kerja,” ucapnya.

“Ketika sekarang saya di RRI Pro 4, yang menyiarkan tentang budaya, karakter saya bisa lebih santai. Tapi kalau ketika di radio news, jadi lebih taktis,” imbuhnya.

Sebelum melanjutkan wawancara dengan Bernas.id, Arief menyempatkan diri untuk menyapa pendengarnya. Terdengar suara sayup-sayup dari telepon, bagaimana dia begitu luwes berada di belakang microphone.

Selain aktif di radio, Arief juga menjalani pekerjaan sebagai voice over talent untuk iklan komersial dan konten digital, serta menjadi moderator/MC diskusi dan seminar. 

Baca Juga: Cuan di Tengah Pandemi: Cara Startup Sertiva Awali Bisnis dengan Modal Rendah (Bagian 2)

Kini, dia juga dipercaya sebagai Presiden KVDAI dengan anggota hampir 4.000 orang yang tersebar di 7 negara, antara lain Indonesia, Brunei Darussalam, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Timor Leste, dan Mesir.

Selain beragam dari sisi geografis, KVDAI juga memiliki anggota dari berbagai latar pekerjaan, seperti pelajar, mahasiswa, karyawan, dan bahkan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Suara mahal

Di Facebook, laman KVDAI telah diikuti sekitar 6.600 pengguna. Komunitas ini juga memiliki WhatsApp Group yang setiap hari membagikan materi pelatihan.

Mereka biasanya melakukan latihan teknik vokal, humming, intonasi, artikulasi, dan speed reading. Sebagian member menjadikan profesi voice over talent sebagai pekerjaan utama, tapi ada juga yang dijadikan sebagai pekerjaan kedua.

Selain itu, ada yang sekadar hobi untuk menyalurkan talenta. Tapi apapun tujuannya, seni vokal ini tetap menjanjikan.

Arief menuturkan anggota komunitasnya juga diisi oleh generasi muda, yang tertarik dengan dunia olah suara ini.

Dia menceritakan seorang member KVDAI yang masih berusia belasan tahun, bahkan ada yang masih duduk di Sekolah Dasar. Arief meyakini kebutuhan akan talenta suara bakal terus tumbuh, apalagi industri digital semakin berkembang.

“Hampir semua hal yang menimbulkan suara, berarti ada potensi voice over. Seperti mesin penjawab telepon dan bandara, itu kerjaannya voice over,” katanya.

Lalu, bagaimana cara mengetahui karakter suara yang bernilai mahal?

“Suara yang bikin mahal, sebenarnya ada dua tipe. Pertama, dia dibayar karena memang telah terkenal, atau kedua, ya, karena karakter suaranya. Imej si voice over talent,” ujar Arief.

Arief mengapresiasi milenial yang mulai melirik kegiatan voice over, dubber, atau penyiar melalui media sosial. Aplikasi TikTok menjadi salah satu platform yang digemari kaum muda.

Berbagai video tantangan untuk mengeluarkan suara sebagai voice over talent berseliweran di aplikasi tersebut.  Arief berharap siapa saja mulai berani untuk mengasah kemampuan diri di bidang seni olah suara.

Meski begitu, urusan dunia seni tidak terlepas dari kasus penyalahgunaan hak cipta. Ini yang juga pernah terjadi pada kawan-kawan di KVDAI.

Bicara soal Hak Cipta, mengutip dari Direktorat Jendera Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia, Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra, dan program komputer.

Meski telah dinaungi dalam UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, namun kesadaran hukum tentang hak cipta sebagai kekayaan intelektual masih kurang dipahami oleh masyarakat.

Dalam UU tersebut juga diatur ketentuan hukum pidana. Pelanggar hak cipta bisa dipenjara atau pidana denda hingga miliaran rupiah.

Semoga, aturan ini benar-benar ditegakkan sehingga seniman atau mereka yang punya hak atas karya seni tidak dirugikan.

Bergabung KVDAI

KVDAI membuka kesempatan bagi siapapun untuk bergabung dan menjadi anggota. Dengan memiliki ID member grup, anggota bisa masuk ke grup WhatsApp sehingga bisa materi pelatihan dan informasi terbaru, termasuk kesempatan sebagi talent.

Selain itu, member juga berhak mengikuti kegiatan KVDAI seperti kelas voice over dan dubbing, voice acting, dan masih banyak lagi.

“Di KVDAI tidak ada suara yang jelek, suara kan anugerah Tuhan, berarti itu adalah sesuatu yang baik,” ujar Arief.

Berkembangnya industri kreatif membuat peluang profesi voice over, dubber, dan announcer terbuka bagi siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

Bahkan, dunia olah suara ini bisa dilakukan di rumah, seperti salah satu kegiatan KVDAI yang berbagi ilmu menjadi remote voice over talent, ketika suara bisa dijual dari rumah.

Bagaimana, tertarik untuk mengasah bakat kalian di bidang suara? Ingat, tidak ada suara yang jelek, yang ada hanyalah suara yang belum terlatih dan sudah terlatih.

Leave A Reply

Your email address will not be published.