Berita Nasional Terpercaya

Ini Sebabnya Mengapa Papa Adalah Orang yang Beruntung

0

HarianBernas.com – Suatu malam, seperti biasa kami sering berjalan-jalan di sekitar kompleks rumah, Evan bisa-bisanya ngomong seperti ini: ?Papa beruntung ya punya anak seperti Evan lho?. Kaget juga saya mendengar cetusan sang anak yang sedang beranjak menjadi ?teenager? tahun depan.

Ada rasa bangga bahwa anak-anak di saat memasuki masa peralihan akan mulai bisa lebih kreatif cara berpikirnya. Karena biasanya, Evan ini mudah sekali mencemaskan sisi ketidak-nyamanannya, seperti keraguannya dengan teman-teman barunya nanti pindah sekolah.

Sehingga ketika dia bisa mulai ?pede? bahwa betapa ?Papa beruntung?, maka saya mulai bertanya bagaimana itu bisa? 

?karena Evan kan selalu menurut kalau disuruh walau sebenarnya Evan kurang nyaman (baca: kurang mengerti),? jawab Evan.

Singkat, akan tetapi ini rupanya sebuah perjuangan bagi seorang anak.

Beberapa hari yang lalu, sempat kami pergi makan siang setelah beribadah ke salah satu mall. Ketika hampir tiba, Evan protes bahwa kenapa bukan pergi ke mall yang saya sebutkan dan janjikan. Betapa kaget saya rupanya, kesalahan sebut nama mall, menyebabkan reaksi kritis bagi Evan. Ketika ia menyampaikan bahwa, ia merasa ?dikhianati? karena berbeda dengan yang dijanjikan. Saat itulah saya menyampaikan permohonan maaf dan memegang tangannya bahwa memang saya salah sebut. Sekaligus meluruskan kata yang tepat itu adalah ke-khilaf-an sang ayah berjanji, dan itu bukanlah berkhianat.

Respon setelah kami selesai makan, menunjukkan bahwa Evan juga rupanya menyadari bahwa ia rupanya terlalu cepat menghakimi, ketika ia mengatakan: ?Pa, kenapa ya Evan kok tadi terlalu mudah marah dan menuduh yang salah?.

Sebenarnya ketika ia sudah bisa mengakui berarti ia juga sudah tahu apa yang diajarkan itu sekarang bisa dipratekkan. Kami selalu mengatakan, bila mau marah segera ambil nafas 10 kali dan coba mengatur perkataan supaya kepala tetap berpikir dengan jernih.

Benar, semakin besar anak-anak mereka akan semakin kritis memberikan sikap atas penyimpangan perilaku orang-orang sekitarnya. Tidak hanya itu, saat bermain game online pun teman-temannya sempat kaget karena bila ditegur Evan dan ia melapor kepada papanya. Mereka kaget, karena kok bisa-bisanya orang tuanya sempat mendengarkan anaknya langsung komentar selagi online (Hampir semua game online setiap peserta bisa berinteraksi dengan saling main sambil ?chatting? dengan tulisan). Karena memang jarang rupanya para orang tua menemani anak-anaknya bermain sekalipun itu sebuah game online di komputer atau di gadget.

Sebenarnya diskusi dengan anak menjelang ABG sudah juga kami lakukan dengan kakaknya, Nathanael yang sekarang sudah beranjak remaja.

Betapa bodohnya kita, para orang tua yang tidak punya waktu untuk belajar perilaku bersama anak-anaknya, terutama tentunya dengan pasangan hidupnya. Pelajaran singkat terpenting itu adalah menemukan momen yang tepat.

Bagaimana perilaku kita bila kehilangan uang Rp. 100 ribu atau Rp. 1 juta bahkan Rp. 10 juta. Apakah Anda akan berpikir dan membuang waktu untuk mengevaluasi atau mencarinya? Demikianlah waktu bersama anak yang sesungguhnya jauh lebih bernilai karena uang hilang bisa dicari, akan tetapi waktu dan momen bersama anak tidak akan pernah kembali.

Catatan hidup bersama pasangan dan anak ini contohnya, merupakan hal-hal yang sangat berharga Tuhan berikan bagi kami hidup berkeluarga. Terima kasih Tuhan, benar kami orang yang beruntung.
?
Salam Karakter,
Ir. William Wiguna, M.Pd., CPHR., CBA., CPI.

Leave A Reply

Your email address will not be published.