Berita Nasional Terpercaya

Samuel Danang: Individu Harus Terus Bertumbuh Ibarat Tanaman

0

HarianBernas.com – Samuel Danang Istitoro saat ini menekuni bidang profesi sebagai facilitator, trainer, dan coach. Dalam perjalanan hidupnya, ia memiliki sebuah motto “Grow or Die” yang bermakna setiap individu harus terus bertumbuh ibarat tanaman.  

“Jika tidak bertumbuh artinya kita akan mati dalam segala hal. Karena itu, saya mau pastikan untuk terus bertumbuh dalam segala aspek yang bisa membantu orang lain. Saya mulai bisnis Training Consultant sejak 2012 karena merupakan passion saya,” ungkapnya kepada Harian Bernas, Senin (20/1).

Baca juga: 14 Universitas Jurusan Teknik Informatika Terbaik di Indonesia

Penyuka hobi membaca buku ini membagikan 4 pengalaman khususnya yang menjadi titik baliknya ketika berproses sehingga menjadi seperti sekarang ini. “Pertama, saat saya di SMP, saya berubah dari anak yang malas belajar menjadi anak yang semangat belajar dan memiliki mimpi setelah membaca ringkasan autobiografi Jendral Douglas Mac Arthur yang ada di majalah Intisari.  Dan ini merupakan tahap pertama saya memiliki kepercayaan diri untuk menjadi lebih baik. Kedua, waktu saya mau meninggalkan rumah untuk kuliah di Bogor (IPB), ayah saya memberikan nasihat yang tidak pernah saya lupakan yaitu Beliau mengatakan bahwa dia tidak akan bisa lagi mengawasi saya.  Dan dia tidak minta nilai yang tinggi di kuliah saya, yang dia minta adalah untuk ingat Tuhan di manapun saya berada.  Ini benar-benar menyentuh saya dan saya pegang sampai hari ini. Ketiga, sewaktu saya mulai menggali passion saya setelah saya membaca buku 7 Habits of Highly Effective People di tahun 1994.  Buku ini benar benar menginspirasi saya dan mendorong saya untuk terus memikirkan apa yang menjadi ‘End in Mind’ saya. Saya beruntung bisa mengikuti trainingnya di tahun 2000.  Setiap kali, saya mereview kembali ‘mission statement’ yang saya tulis semakin menguatkan saya bahwa ini adalah passion dan misi saya. Keempat, saat saya mengalami sebuah pengalaman ‘pembelajaran’ di dunia korporasi di tahun 2007.  Saya belajar banyak mengenai makna menjadi seorang pekerja. Saya makin menguatkan saya untuk melanjutkan yang menjadi rencana karir saya, yaitu menjadi seorang pengusaha,” urainya panjang.

Pemilik cita-cita ingin menjadi dokter saat kecil ini menceritakan pengalaman uniknya dalam bidang pekerjaannya saat ini. “Saat saya memimpin Network Service Center, departmen yang bertanggung jawab untuk memproses pembukaan account sampai transaksi pembayaran. Jujur saya tidak memiliki latar belakang banking karena saya lebih berkecimpung di dunia kartu kredit. Saya sangat menyukai tantangannya dan pada saat yang bersamaan, saya juga ada kekuatiran bagaimana memastikan semua transaksi lancar tanpa kesalahan. Sementara saya tidak tahu apapun mengenai SWIFT code dan code lainnya sepert MT102 atau yang lainnya. Padahal, transaksi yang jumlahnya sangat besar di atas limit tertentu harus saya yang meng-approve. Dan yang saya lakukan adalah saya meminta bantuan anak buah saya untuk mengajarkan pada saya membaca SWIFT dan kode lainnya. Dan setiap kali saya ragu, saya panggil anak buah saya untuk double check. Jikalau mereka tidak ada maka saya akan memanggil tim ‘investigasi’ membantu saya.  Ada kalanya tidak ada orang yang bisa saya percaya untuk membantu saya. Saat itu, saya analisa berdasarkan ‘pembandingan dengan transaksi sebelumnya’ dan berdoa sebelum saya tekan tombol ‘approval’. Saya bersyukur selama saya memimpin departemen ini dan melakukan approval, tidak pernah ada kesalahan satupun. Saya katakan itu benar-benar berkat perlindungan Tuhan,” terangnya panjang.

Baca juga: Jurusan IT: Pengertian, Mata Kuliah, dan Prospek Kerja Terbaru

Pengagum sosok Steven Covey, seorang penulis, bisnisman, public speaker ini memaparkan tentang permasalahan yang sering dihadapi dalam bidang pekerjaannya. “Comfort Zone. Sebagai seorang facilitator dan pebisnis saya harus memastikan bahwa saya tidak berada dalam zona nyaman seperti merasa cukup dengan ilmu atau kemampuan saat ini atau saat saya merasa tidak perlu input dari orang lain termasuk orang terdekat, saat saya merasa sudah bisa melakukan sendiri semuanya, dan masih banyak lagi. Yang saya lakukan adalah memastikan untuk mempelajari sesuatu yang baru setiap tahunnya dengan mengambil sertifikasi ataupun membaca buku-buku.  Selain itu, saya akan minta nasihat atau input dari orang orang terdekat dan terpercaya bahkan juga klien saya. Saya selalu coba mereview apa yang sudah lakukan secara berkala,”paparnya.

Peraih Asia Pacific Star Award ini membeberkan tantangan ke depan yang akan dihadapi di bidang pekerjaannya. ”Dengan dunia semakin modern dari sisi teknologi, orang semakin ingin serba instan dan menjadi jarang berhubungan secara langsung. Semuanya banyak melalui media teknologi dan orang span of attention-nya makin pendek. Tantangannya, bagaimana membawa generasi millennial dan berikutnya untuk kembali ke ‘values’ dan menjadikan lebih terhubung secara in person. Karena kebutuhan emosi manusia sering terlupakan dan ini membawa banyak penyimpangan perilaku baik secara profesional dan personal. Yang saya lakukan saat ini adalah mengamati generasi millennial dan mempelajari bagaimana terhubung dengan mereka atau dengan kata lain beradaptasi sambil memperkenalkan values dan pentingnya kecerdasan emosi (EQ) karena ini yang akan membantu mereka untuk berhasil dan memiliki kehidupan yang lebih baik di dunia professional atau bisnis ataupun personal,” bebernya.

Baca juga: Apa Itu Jurusan Sistem Informasi? Inilah Mata Kuliah dan Prospek Kerjanya

Director di People Synergie ini menjelaskan tentang alasan bidang yang digeluti ini penting dilakukan dan dibagikan kepada masyarakat. “Saya melihat saat ini banyak masyarakat yang secara umum melupakan kebutuhan emosi atau kecerdasan emosi. Yang ditekankan hanya ‘achievement’ secara instan. Saat ini, banyak penyimpangan perilaku yang terjadi seperti kasus pembunuhan, perkosaan, korupsi, bunuh diri, dan lainnya.  Hal ini terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan emosi yang membuat rendahnya kecerdasan emosi. Ini semua mulai terjadi dari lingkup yang kecil, yaitu keluarga. Untuk itu, kita harus membantu keluarga untuk tumbuh secara sehat, bukan hanya financial tapi emosi sehingga akan menghasilkan individu yang berkarakter dan sehat jiwa raga (emosi). Jika semuanya sudah terbangun, Indonesia akan menjadi bangsa besar dan kuat secara karakter,” jelasnya.

Trainer dan coach ini membagikan inspirasi dan saran kepada orang lain yang membaca kisahnya ini. ”Temukan passion Anda dan lakukan dengan disiplin dan penuh ketekunan. Untuk saran, lakukan perencanaan akan hidup Anda, bahkan pada waktu Anda masih muda. Jangan pernah berhenti bermimpi. Lakukan sesuatu untuk mencapai mimpi Anda secara disiplin dan tekun, terutama sekali jangan lupakan Tuhanmu dalam setiap langkah hidup Anda,” katanya.

Pemilik sertifikasi EQ-i2.0 dari Multi-Health Systems, Inc (MHS) ini membagikan rencana atau project dalam waktu dekat dan impiannya. “Untuk project, EQ and Parenting dan Coaching for Indonesia. Untuk impian, saya bisa membantu lebih banyak orang di Indonesia agar memiliki kehidupan penuh berkemenangan, baik personal (keluarga) dan bisnis/professional, baik melalui tulisan-tulisan saya, coaching, ataupun yang lainnya,”pungkasnya.

Baca juga: 10 Universitas Jurusan Perhotelan Terbaik dan Unggul di Indonesia

Leave A Reply

Your email address will not be published.