Berita Nasional Terpercaya

Hati-hati Jangan Mudah Tergiur dengan Operasi Transplantasi Ginjal

0

BERNAS.ID – Penulis mendengar bahwa ada rencana dari Pemerintah (KEMENKES) RI ingin agar setiap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) bisa melakukan operasi Transplantasi Ginjal. Tentu penulis sangat mendukung rencana dan target tersebut.

Dari sisi pasien, makin banyak RS yang bisa menyelenggarakan operasi transplantasi ginjal, (apalagi relatif berbiaya minim karena dibiayai oleh BPJS Kesehatan) tentu semakin baik.

Namun ada beberapa hal yang bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi pemangku kepentingan termasuk pasien dan keluarga yang merencanakan operasi transplantasi tersebut.

1. Operasi transplantasi lebih ribet dari operasi lainnya

Secara teknik medis melakukan operasi transplantasi ginjal mungkin bukan perkara besar. Sama seperti operasi-operasi lainnya. Perbedaannya (misalnya dengan operasi usus buntu), operasi transplantasi melibatkan banyak pihak.

Baca Juga : Hujan dan Penyakit: Mengenal dan Mengatasi 10 Ancaman Kesehatan Musiman

Pasiennya saja ada 2 yaitu pendonor dan penerima. Selain operator (Urolog) dan anestesi, tim ini juga memerlukan dokter penyakit dalam khususnya Ahli Ginjal (Nefrolog) dan tentu nakes lainnya.

Berbicara mengenai pendonor, ini juga tidak bisa sembarangan. Harus dipastikan benar bahwa selain kesehatan donor juga jangan sampai ada transaksi jual beli organ dalam pelaksanaan operasi ini.

Satu hal yang perlu penulis ingatkan (meskipun tidak mutlak), sebaiknya si pendonor bukan dari pendamping hidup sehari-hari pasien (suami/istri/keluarga) satu-satunya.

2. Dukungan pasca operasi

Jika pada operasi usus buntu, setelah dioperasi dan dirawat beberapa hari, pasien sudah bisa keluar Rumah Sakit dalam keadaan sembuh, hidup seperti orang normal lainnya. Berbeda dengan operasi transplantasi. Si pendonor mungkin bisa seperti itu. Tapi tidak dengan si penerima/resipien/mantan pasien cuci darah/CAPD.

Pasien memulai kehidupan barunya harus dengan lebih berhati-hati karena akan minum obat penekan kekebalan tubuh seumur hidup ginjalnya. Pasien dan pendamping perlu menjaga agar tubuh pasien tidak menderita infeksi (virus, bakteri, jamur, dan lainnya) berkepanjangan.

Tidak boleh jajan sembarangan karena mudah terkena diare. Kemana-mana harus menggunakan masker dan menjaga higienitas karena mudah terkena flu, tbc, dan lainnya (terima kasih kepada Covid yang sudah mendidik masyarakat akan hal ini).

Disinilah peran tim penilai (sebelum operasi) untuk menilai apakah pasien mampu bertahan hidup setelah operasi transplantasi. Jika pasien hidup dalam lingkungan (maaf) yang tidak terlalu mendukung, alangkah baiknya pasien menjalankan Terapi Pengganti Ginjal (TPG) lainnya seperti Cuci Darah saja.

Kesimpulannya: tidak mudah menjalani operasi transplantasi. Banyak hal yang perlu dipikirkan diluar aspek medis saat operasi. Yang penting harus diingat, janganlah berpikir operasi transplantasi adalah jalan keluar dari kehidupan cuci darah.

Baca Juga : Pengembangan SWeB, Cegah Penyakit Tidak Menular Berbasis Sekolah di Kabupaten Klaten

Maksudnya, jika saat cuci darah saja pasien sudah banyak komplikasi, tidak mampu disiplin menjaga makan dan minum, rencana operasi transplantasi sebaiknya dipikirkan lagi. Operasi transplantasi bukanlah jalan keluar jika pasien gagal ginjal sudah bermasalah.

Lebih detil mengenai hal ini bisa dibaca di buku, “Ali Kidney Warrior, menjalani transplantasi ginjal puluhan tahun”.

Daftar 13 Rumah Sakit Umum Pusat milik Pemerintah

Berikut daftar Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) milik Pemerintah yang ditargetkan bisa melakukan operasi transplantasi ginjal:

  1. RSUP Fatmawati – Jakarta
  2. RSUP Persahabatan – Jakarta
  3. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo – Jakarta
  4. RSUP Dr. Hasan Sadikin – Bandung
  5. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro – Klaten, Jawa Tengah
  6. RSUP Dr. Kariadi – Semarang
  7. RSUP Dr. Sardjito – Yogyakarta
  8. RSUP Dr. M. Djamil – Padang, Sumbar
  9. RSUP Dr. Mohammad Hoesin – Palembang, Sumsel
  10. RSUP Sanglah – Denpasar
  11. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo – Makassar
  12. RSUP H. Adam Malik – Medan
  13. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou – Manado

(Penulis: Dr. Erik Tapan, MHA, | Penulis buku “Penyakit Ginjal Kronis dan Hemodialisis”)

Leave A Reply

Your email address will not be published.