Berita Nasional Terpercaya

Mengkaji Sektor Pariwisata “The Era of New Normal” Dari Kacamata Akademisi, Pelaku Usaha Dan Pemerintah

0

JAKARTA,BERNAS.ID – Saat ini sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terguncang oleh pandemi virus Corona (Covid-19). 

Hal itu terjadi karena, penutupan obyek wisata, pembatasan penerbangan dan ajuran untuk beraktivitas di rumah saja.  Dunia usaha di sektor ini mengalami pelemahan hingga berdampak pada pelaku di industri pariwisata, termasuk hotel, restoran, transportasi, industri ekonomi kreatif hingga usaha non formal banyak yang mengambil kebijakan untuk merumahkan para pekerjanya. 

Untuk mengungkap berbagai antisipasi sektor pariwisata dalam memanfaatkan peluang pasca pandemi Covid-19, dan mengungkap strategi para pelaku usaha sektor pariwisata pasca pandemi Covid-19, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sahid Jakarta menyelenggarakan SARAPAN (ShARing hAsil Penelitian dan kajian kebijakAN) Webinar SEKTOR PARIWISATA ?THE ERA OF NEW NORMAL? PASCA PANDEMI COVID 19.

Selaku host webinar, Kepala LPPM Universitas Sahid, Prof. Dr. Ir. Giyatmi, MSi

Giyatmi menyampaikan, bahwa diharapkan dengan terselenggaranya Wmqebinar ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bangsa dan negara, dalam memulihkan sektor pariwisata pasca pandemik Covid-19.  Bahwa para pemangku kepentingan sektor pariwisata harus siap mengubah pendekatan dan strategi baru untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada sesuai dengan tuntutan pasar domestik, regional dan internasional dengan menerapkan protokol keamanan baru mengenai kebersihan, pelayanan dan kesehatan menuju tatanan baru, sehingga the era of new normal di bidang pariwisata dapat berhasil.

Webinar Zoom yang digelar Kamis, kemarin 11 Juni 2020,  terdaftar lebih dari 3000 peserta yang terdiri dari Akademisi, Mahasiswa, Pelaku Usaha, Pemerintah Daerah dan Masyarakat Pemerhati Pariwisata.

Keynote Speaker oleh Wishnutama Kusubandio (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia) yang diwakili oleh Dr. Frans Teguh, MA ( Plt Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan), dengan topik Grand Design Sektor Pariwisata Indonesia Pasca Pandemi Covid-19. Para nasumber lainnya yaitu, Dr. Ir. H. Haryadi BS Sukamdani, MM – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) dengan topik Antisisipasi Subsektor Perhotelan dan Restoran Pasca Pandemi Covid-19; Dr. Nunung Rusmiati, M.Si – Ketua Association of the Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) dengan topik Strategi Subsektor Tour and Travel Pasca Pandemi Covid-19; Dr. Diena M. Lemy, A.Par., M.M., CHE – Sekjen Himpunan Lembaga Pendidikan Pariwisata Indonesia  (HILDIKTIPARI) dengan topik Normal Baru Pendidikan Tinggi Pariwisata; Ir. Djohan Riduan Hasan – Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) – Bangka Belitung dengan topik Kesiapan Pengusaha Sektor Pariwisata Mengantisipasi Pandemi Covid-19 dan Dr. Levyda, SE., MM – Universitas Sahid (USAHID) Jakarta dengan topik Wisata Kuliner Pasca Pandemi Covid-19. Moderator oleh Dr. Yohannes Sulistyadi – Politeknik Pariwisata Sahid.

Dr. Frans Teguh, MA – Plt Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisita dan Ekonomi Kreatif dan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyatakan 4 point penting dalam paparannya yaitu, mengenai dampak Covid-19 terhadap pariwisata dan ekonomi kreatif; skenario dan prediksi proyeksi kunjungan wisatawan internasional termasuk kondisi Indonesia, pasar utama serta negara pesaing; pariwisata dan ekraf dalam tatanan baru serta strategi juga kebijakan pemerintah.

Menyambut tatanan baru pada pariwisata dan ekonomi kreatif, statement ahli kesehatan, standar kesehatan dan standar kebersihan menjadi pertimbangan penting untuk orang berwisata. Hastag #WhenWeTravelAgain menjadi viral dan masuk 5 trending topik teratas di Indonesia. Fenomena ini menandakan kerinduan netizen dan travelling menjadi komoditi teratas yang akan diburu konsumen. Tren wisata pasca Covid-19 diantaranya, wisata domestik lebih menjadi preferensi, objek wisata alam menjadi lebih popular bagi wisatawan, wisatawan muda dari kalangan menengah atas lebih bersemangat untuk bepergian dan konsumen memerlukan pengalaman wisata baru dan individual-based.

Ada 7 tahapan menuju Tatanan Baru yaitu ditetapkan protocol (SOP), edukasi dan pelatihan, simulasi, sosialisasi, uji coba penerapan protocol, dibuka bertahap dan evaluasi.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) – Dr. Ir. H. Haryadi BS Sukamdani, MM dalam paparannya menyatakan, bahwa dampak Covid-19 pada pariwisata global dan Indonesia antara lain, potensi devisa yang hilang Januari ? April 2020 sebesar US$ 4 M, lebih dari 2000 hotel dan 8000 restoran tutup, dengan potensi hilang pendapatan Januari ? April 2020 sektor hotel Rp 30 T dan restoran  40 T, kerugian maskapai penerbangan US$ 812 Juta, kerugian tour operator Rp 4 T dan pekerja sektor pariwisata 90% dirumahkan atau unpaid leave, jumlah pekerja sektor pariwisata 13 juta orang.

Beberapa strategi diungkapkan Dr. Haryadi Sukamdani yaitu jalan tengah yang dinamakan New Normal, usulan dalam pelonggaran PSBB diantaranya harus disiapkan Health and Safety Protocol, bersama dengan Kemenparekraf, berdasarkan protokol Kesehatan dari Kemenkes, sebagai jaminan bagi para stakeholder untuk mampu melayani tamu wisnus atau wisman.

Usulan dalam pemulihan diantaranya sektor hotel dan restoran memerlukan tambahan modal kerja karena selama pandemic Covid-19 telah terjadi deficit cash flow. Diharapkan Pemerintah Bersama OJK memberikan stimulus terkait penambahan modal kerja. Fokus pada pasar domestik dan intensifkan publisitas dengan tema Pemulihan Pariwisata Indonesia.

Kepastian jadwal penerbangan ke tujuan destinasi wisata dengan paket bundling tiket dan hotel dengan harga yang menarik untuk mendukung pemulihan pariwisata. Sedangkan usulan dalam akselerasi atau percepatan diantaranya, penentuan produk pariwisata disesuaikan dengan kondisi ?New Normal? paska Pandemi Covid-19 yang fokus pada pasar regional ASEAN, Jepang, Korea, China, Australia dengan membuka lebih banyak penerbangan langsung menuju lokasi destinasi wisata.

Penggunaan digital marketing ditingkatkan dengan target yang jelas. Perluasan pasar wisata bahari dan minat khusus ecotourism, cultural tourism, culinary, music concert dan sport.

Dr. Diena M. Lemy, A.Par., M.M., CHE – Sekjen Himpunan Lembaga Pendidikan Pariwisata Indonesia  (HILDIKTIPARI) dalam paparannya menambahkan, persiapan menuju normal baru pada Pendidikan Tinggi Kepariwisataan diantaranya, menyiapkan pedoman akademik baru yang jelas dan mengakomodir situasi terkini akibat pandemik Covid-19, yaitu kebijakan pelaksanaan pembelajaran seperti flipped classroom and blended learning serta mensosialisasikan normal baru bagi dosen, tendik dan mahasiswa.

Menyiapkan pedoman protokol Kesehatan, kebersihan dan keselamatan untuk menghadapi pandemic Covid-19 yaitu, penetapan pedoman protokol kesehatan di kampus terkait fasilitas, alat pelindung diri dan makanan minuman.

Menyiapkan Transformasi kurikulum yang menekankan pada soft skill dan social skill serta menyediakan pembelajaran life skill seperti critical thinking, communication skill, disiplin dan emotional intelligencef serta menyiapkan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam masa pandemik.

Ketua Association of the Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) – Dr. Nunung Rusmiati, M.Si, meminta travel agen untuk memperkuat digital platform, kreatif dalam membuat paket tour dan memperluas jaringan sebagai salah satu strategi menghadapi era new normal.

Ir. Djohan Riduan Hasan – Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengungkapkan, pokok-pokok pemecahan masalah sector pariwisata, bahwa daerah harus membuat pola yang terkonsep, terukur dan efektif;  adanya sinergitas berbagai komponen yaitu pemerintah pusat, daerah dan pelaku pariwisata serta menyiapkan anggaran dan efektivitas penggunaanya.

Lebih lanjut, Dr. Levyda, SE., MM – Universitas Sahid (USAHID) menekankan, kesiapan para pemangku kepentingan pariwisata. Pelaku usaha wisata harus menyiapkan prioritas pada keselamatan dan pelayanan Kesehatan serta melaksanakan protocol Kesehatan. Kesiapan destinasi dalam membuka lokasi wisata dengan system cluster, per slot atau per Kawasan kolaborasi dengan dinas Kesehatan, mendorong perilaku pengunjung saling menghormati dalam berbagi ruang public.

Kesiapan Pemda dalam layanan Kesehatan, sarana prasarana, pengelolaan social politik dan komunikasi serta jejaring masyarakat berbasis desa dan kelurahan.(fir)

Leave A Reply

Your email address will not be published.