Berita Nasional Terpercaya

Pawai Budaya Dukung Penetapan Sumbu Filosofi

0

SLEMAN, BERNAS.ID – Dinas Kebudayaan Sleman menyelenggarakan Pawai Budaya Garis Imajiner sebagai dukungan terhadap penetapan Sumbu Filosofis Yogyakarta sebagai warisan dunia, Sabtu (28/10/2023). Pawai didukung oleh ribuan warga dari 17 Kapanewon se-Kabupaten Sleman dengan mengikuti kirab dan menampilkan beragam tarian.

Baca Juga Sri Sultan Bentuk Sekretariat Penanganan Sumbu Filosofi

Pawai dimulai dari gardu pandang Kaliurang dan berakhir di kawasan Tlogoputri. Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, membuka acara secara simbolis dengan pemukulan gong di panggung kesenian di kawasan Tlogoputri Kaliurang.

Danang menyebut pelaksanaan Pawai Budaya Garis Imajiner sebagai upaya melestarikan, mengembangkan serta memperkenalkan seni dan budaya di wilayah Kabupaten Sleman kepada masyarakat luas.

Ia menilai Pawai Budaya Garis Imajiner juga sebagai media untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah berdirinya Keraton Ngayogyakarta maupun Yogyakarta yang tidak bisa lepas dari garis imajiner yang memiliki sumbu filosofis.

“Sumbu filosofis memiliki makna keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam. Garis ini memang imajiner, tapi setidaknya bisa diwujudkan dengan perilaku budaya masyarakat,” tutur Danang.

Danang berharap kegiatan Pawai Budaya Garis Imajiner Kabupaten Sleman 2023 dapat menjadi salah satu sarana untuk menggali, mengenalkan, memasyarakatkan, melestarikan, serta mengukuhkan eksistensi budaya dan kesenian tradisional Kabupaten Sleman.

Kepala Dinas Kabupaten Sleman, Edy Winarya menyampaikan Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang dilalui garis imajiner. Hal itu menjadi salah satu latar belakang Sleman perlu melestarikan adanya filosofi tersebut melalui Festival Garis Imajiner.

Baca Juga Kepala Dispertaru DIY Jadi Tersangka Kasus Tanah Kas Desa

Edy menerangkan kegiatan ini mengusung tema Resik Ketitik, Reget Kejiret. Menurutnya, tema ini diangkat berlatar belakang keprihatinan terhadap isu penanganan sampah yang belum tertangani dengan baik. “Dengan tema ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penanganan sampah berbasis budaya,” kata Edy.

Di samping itu, melalui Festival Garis Imajiner, Edy mengatakan ke depan dapat menjadi wahana kreatifitas bagi seniman sekaligus mempertahankan eksistensi jati diri seni tradisional kerakyatan. Festival akan dilaksanakan pada 28-29 Oktober 2023, masyarakat dapat mengikuti berbagai rangkaian kegiatan seperti, pawai budaya, pentas seni dan UMKM, gelar seni kawasan candi, dan lomba film dokumenter. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.