Berita Nasional Terpercaya

90 Persen Jeep Wisata Merapi Tidak Standard Offroad

0

Bernas.id – Santoso Kurniawan, sekretaris harian IOF (Indonesia Off-Road Federation) DIY mengatakan kapasitas IOF hanya sekedar memberikan masukan dan pembinaan dalam kegiatan pembinaan dan pelatihan driver jeep wisata lereng Merapi, Bumi Perkemahan Wonogondang, Cangkringan, Sleman yang diadakan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman.

“Kita sifatnya hanya masukan. Jadi, lebih ke fungsi pembinaan masyarakat seperti sosial kemasyarakatan karena secara langsung IOF tidak punya tanggung jawab secara institusi karena kita diminta oleh Pemerintah Kabupaten Sleman istilahnya sharing atau bagi ilmu mengendarai jeep offroad,” katanya di sela-sela kegiatan, Selasa 6 November 2018.

“Karena kita sendiri sadar apa yang dilakukan teman-teman (di Jeep Lava Tour-red) sedikit banyak sudah termasuk minat khusus istilahnya menyangkut yang agak berbahaya. Makanya harus ada kemampuan khusus dan kecakapannya dalam mengendarai yang menjadi standard utama,” imbuhnya.

Terkait standard kelayakan jeep wisata, menurut Wawan sapaan akrabnya, kendaraan itu harus sesuai dengan standard offroad karena sudah termasuk minat khusus. Selain itu, ia menyarankan ada jalur khusus. “Setelah standar kelayakan jeep, harus ada jalur khusus, tidak boleh dicampur. Yang jadi masalah, di Merapi ini campur antara jalur wisata dengan jalur umum,” ujarnya.

“Kalau boleh jujur, hampir 90 persen tidak masuk (standar Jeep offroad-red), tapi ini kan prosesnya bertahap. Kita tidak mungkin istilahnya saklek sesuai dengan yang kita inginkan atau sampaikan sesuai masukan dan kita melihat kemampuannya. Dan yang paling penting adalah kesadaran safety karena bagi teman-teman offroad itu yang paling utama. Faktor keselamatan menjadi patokan dan menjadi prinsip kita,” bebernya.

Menurut Wawan, IOF itu sudah punya regulasi standard keselamatan offroad yang sifatnya baku. “Kebetulan yang teman-teman ini bukan offroad yang sebenarnya, tapi masuk kategori light offroad. Kita kasih masukan dan regulasi yang disesuaikan dengan lapangan dari teman-teman di Merapi,” ujarnya.

“Sebenarnya sangat simpel standarisasi dari kita, misal berkaitan dengan kendaraan, yaitu four wheel drive, rolling bar wajib di enam titik, kursi, safety belt harus satu-satu, dan helm wajib,” imbuhnya.

Di teman-teman driver jeep lereng Merapi ini, driver harus menjadi navigator, mekanik, duta wisata, dan pemandu wisata. “Yang jadi beban beratnya mereka kan itu,” ujar Wawan.

Untuk jalur yang aman, Wawan mengatakan bahwa IOF juga menyarankan alternatif  jalur atau rute yang akan dilewati. “Kita kasih masukan bahwa jalur ini terlalu berbahaya atau terlalu beresiko. Karena offroad ringan, kalau ada jalan turunannya tidak terlalu curam. Kalau jalan berbatu, tidak terlalu banyak batu yang besar dan bisa bumpy,” katanya.

Seperti yang disampaikan Wawan, standar kendaraan wisata offroad misalnya melaksanakan scrutineering, standard operating procedure (SOP) yang wajib dilakukan misal, cek pintu, rollbar, sabuk pengaman, helm, kondisi rem, dudukan aki/klem, instalasi kabel/saluran bahan bakar, ketebalan ban, pemadam api, kotak P3K, klakson, lampu-lampu, dan toolkit (kunci-kunci).

Untuk peralatan tambahan, recovery kit, radio komunikasi, peralatan bengkel, dan sparepart cadangan.

Sedangkan, penguji dari Dinas Perhubungan, Kabupaten Sleman, Zaenal Arifin menyebutkan temuan-temuan yang masih perlu ditindaklanjuti dari jeep wisata lereng Merapi seperti kemudi selang rem yang fleksibel, spring kemudi melebihi ambang batas,  spring sekel tidak sesuai standar dari pemeriksaan bulan kemarin yang dilakukan 6 kali.

“Saya dapat 300 unit kondisinya masih sama. Belum layak, termasuk lampu-lampu asal nyala. Warna-warnanya tidak sesuai aturan seperti petunjuk arah bukan warna kuning. Yang saya temui kekurangan-kekurangan, saya kembalikan ke pengemudi. Mereka juga cukup kooperatif,” imbuhnya.

Zaenal juga menyatakan mesin jeepnya juga tidak pas karena mesinnya pake tipe 4k yang berbeda. “Bodi juga dimodif sendiri. Jadi, untukk standar keselamatan itu masih perlu perbaikan dan perbaikan tergantung manajemen masing-masing. Masalahnya kita juga keteteran menangani 900 jeep di Sleman. Kalau bertambah lagi kan sulit penanganannya,” ujarnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.